nusabali

Gunung Agung Berpayung Awan Mirip Piring Terbang

  • www.nusabali.com-gunung-agung-berpayung-awan-mirip-piring-terbang

Fenomena alam aneh terjadi di Gunung Agung, Rabu (23/1) pagi pukul 09.45 Wita, berselang 6,5 jam pasca erupsi gunung berapi di kawasan Karangasem tersebut.

Fenomena Ini Dipercaya Pertanda Baik


AMLAPURA, NusaBali
Saat itu, puncak Gunung Agung tampak dipayungi lingkaran awan putih yang bentuknya mirip piring terbang. Fenomena alam lingaran awan mirip piring terbang memayungi Gunung Agung ini terjadi sekitar 5 menit. Fenomena ini terlihat sangat indah. Menurut Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar, Imam Faturahman, awan berbentuk lingkaran yang memayungi Gunung Agung ini biasa disebut Altocumulus Lenticularis.

Disebutkan, awan seperti ini sering terjadi di daerah pegunungan, yang terbentuk dari arus udara lembab yang naik ke atas. Kemudian, arus udara lembab ini menyebabkan pengembunan dan membentuk awan lingkar.

Awan lingkaran Altocumulus Lenticularis ini, kata Imam Faturahman, tidak berdampak bagi warga sekitar. Namun, pesawat yang melintas di sekitar tengah awan Altocumulus Lenticularis ini akan mengalami turbelensi. "Jadi, dampak langsungnya terhadap warga tidak ada. Hanya saja, untuk dunia penerbangan, ini menimbulkan turbulensi," ungkap Imam saat dikonfirmasi NusaBali di Denpasar, Rabu kemarin.

Fenomena alam Gunung Agung berpayung lingkaran awan putih itu sendiri terjadi di tengah berlangsungnya rangkaian Karya Agung Panca Balikrama di Pura Besakih, Desa Pakraman Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem. Fenomena serupa sebelumnya pernah terjadi tahun 2009 silam.

Ida Pandita Mpu Nabe Darma Winata, sulinggih asal Griya Badrika Sari, Banjar Kelod, Desa Antiga, Kecamatan Manggis, Karangasem mengatakan munculnya payung awan putih di atas Gunung Agung adalah pertanda baik. Ini pertanda bahwa Ida Sang Hyang Widhi Wasa menurunkan anugerah kemakmuran dan keselamatan untuk umat sedharma.

"Tahun 2009 lalu juga terjadi fenomena serupa saat rangkaian Karya Panca Balikrama berlangsung di Pura Besakih. Kali ini, fenoimena tersebut kembali muncul di tengah berlangsungnya rangkaian Karya Agung Panca Walikrama di Pura Besakih,” jelas sulinggih yang semasa walaka bernama Jro Mangku Nengah Mileh ini saat ditemui NusaBali di kediamannya di Griya Badrika Sari, Rabu kemarin.

Fenomena Gunung Agung berpayung lingkaran awan ini merupakan keajaiban kedua yang terjadi di tengah berlangsungnya rangkaian Karya Agung Panca Balikrama di Pura Besakih, yang puncaknya pada Buda Wage Menail, Rabu, 20 Maret 2019 mendatang. Sebelumnya, muncul jejak sisik naga di palinggih Meru Tumpang Solas (tingkat 11) Pura Penataran Agung Besakih saat dilakukan upacara pamelaspas meru tersebut tepat Purnamaning Kawulu pada Radite Kliwon Pujut, Minggu (20/1) pagi pukul 10.00 Wita.

Jejak sisik naga tersebut terlihat menempel di sekeliling Meru Tumpang Solas hingga ke dalam. Menurut Juru Bicara Pamangku di Pura Besakih, Jro Mangku Suyasa, jejak sisik naga hanya muncul di palinggih Meru Tumpang Solas. Sedangkan untuk Meru Tumpang Sia (tingkat 9) yang berada di sebelah barat Meru Tumpang Solas, tidak ada keanehan apa pun.

Seperti halnya payung lingkaran awan di puncak Gunung Agung, munculnya jejak sisik naga ini juga diyakini sebagai pertanda bagik. "Munculnya jejak sisik naga ini sebagai pertanda umat sedharma dianugerahi keselamatan, kemakmuran, dan perlindungan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa," jelas Jro Mangku Suyasa yang kesehariannya ngayah sebagai Pamangku di Pura Merajan Kanginan Besakih.

Sementara itu, Gunung Agung kembali mengalami erupsi, Rabu dinihari pukul  03.18 Wita atau 6,5 jam sebelum munculnya fenomena awan Altocumulus Lenticularis. Erupsi kali ini tak terpantau secara visual, karena sekeliling gunung tertutup kabut. Erupsi itu hanya terekam seismograf dengan amplitudo 23 mm, durasi 1 menit dan 56 detik.

Menurut Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Agung PVMBG Kementerian ESDM, I Dewa Made Mertha Yasa, erupsi akan terus terjadi seperti halnya beberapa hari sebelumnya. Sebab, pipa magma telah terbuka hingga tembus ke lubang kawah. Ini memudahkan terjadinya erupsi, yang ditandai keluarnya abu vulkanik, lava pijar, kerikil, atau gas. "Erupsi akan terus terjadi dalam sekala kecil,” ujar Mertha Yasa saat dikonfirmasi NusaBali, Rabu kemarin.

Di sisi lain, masyarakat sejumlah desa di Kecamatan Abang, Karangasem merasakan adanya hujan abu, dinihari kemarin, sepeti Desa Datah, Desa Culik, dan Desa Kerta Mandala. "Hujan abu hanya terlihat membekas di jalan aspal. Abu tidak menempel di daun tanaman, karena disapu hujan,” ungkap Perbekel Datah, I Gede Arta.

Menurut Gede Artha, hujan abu di Desa Datah merata terjadi di 14 banjar, yakni Banjar Asah Dulu, Banjar Asah Teben, Banjar Bale Gede, Banjar Bingin, Banjar Juwuk, Banjar Karanganyar, Banjar Karangsari, Banjar Kedampal, Banjar Kelodan, Banjar Lebah, Banjar Tegallanglangan, Banjar Tengah, Banjar Tindih, dan Banjar Wates.

Sedangkan di Desa Culik, hujan abu terjadi di Banjar Amerta Sari, Banjar Buayang, Banjar Geria, Banjar Pekandelan, dan Banjar Seloni. Sementara di Desa Kerta Mandala, hujan abu terjadi di Banjar Kangkang, Banjar Kebon, Banjar Linggawana, dan Banjar Tegallinggah. *k16,dar

Komentar