nusabali

Pangempon Pura Pasang 3.000 Penjor

  • www.nusabali.com-pangempon-pura-pasang-3000-penjor

Jelang Karya Agung di Pura Dasar Buana, Gelgel

SEMARAPURA, NusaBali
Ribuan krama Desa Pakraman Gelgel, Klungkung, memasang sedikitnya 3.000 penjor berwarna putih- kuning di jalan utama Desa Pakraman Gelgel, Desa Gelgel, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, Anggara Wage Gumbreg, Selasa (20/11) pagi. Pemasangan penjor ini serangkaian Karya Agung Mamungkah, Nubung Pedagingan, Ngenteg Linggih, Pedudusan Agung, Tawur Panca Wali Krama, Mahayu Jagat Marisuda Gumi, di Pura Dasar Buana, Desa Gelgel.  Puncak karya pada Soma Kliwon Kuningan, Senin (31/12) atau saat Pamacekan Agung.

Upacara ini merupakan Karya Utamaning Utama atau setara Homa Yadnya yang sempat digelar lima abad silam atau 500 tahun lalu. Saat itu, masa Kerajaan Gelgel dipimpin Dalem Waturenggong sekitar abad ke-15. Menurut Pesedahan Panitia Karya Made Suryawan, pemasangan penjor secara serentak ini dilakukan di jalan utama (margi agung), mencapai 3.000 penjor oleh krama pengarep Desa Pekraman Gelgel. “Penjor tersebut berwarna putih - kuning, sebagai wujud kesucian,” ujarnya.

Serangkaian pemasangan ribuan penjor ini nantinya akan disucikan termasuk palemahan sawewengkon (wilayah) Desa Pekraman Gelgel. Terkait dengan kesiapan wawantenan untuk puncak Karya Agung Mamungkah yang digelar pada saat Pamacekan Agung, 31 Desember 2018, seluruh kesiapan wewantenan selesai sekitar  40 persen. Panyanggra wewantenan upakara Mahayu Jagat Marisuda Gumi dilaksanakan oleh emponan empat banjar di Desa Pekraman Gelgel. Empat banjar ini yakni dari Banjar Sangging, Banjar Gria, Banjar Kacang Dawa, dan Banjar Siku.

Bendesa Desa Pakraman Gelgel Putu Arimbawa, mengatakan upacara ini didasari sumber tertulis yakni sempat digelar upacara agung yang disebut Homa Yadnya di Kerajaan Gelgel. Upacara itu digelar pada masa keemasan Kerajaan Gelgel dibawah kepemimpinan Dalem Waturenggong sekitar abad ke-15. Saat itu, upacara ini dipuput oleh dua tokoh agama yang termasyur pada massanya, yakni Dang Hyang Niratha dan Dang Hyang Astapaka.

Kemudian berdasarkan catatan sejarah itu, prajuru meminta petunjuk ke beberapa sulinggih terkait karya ini. Desa Pakraman Gelgel pun sepakat menggelar upacara utamaning utama (mautama) yakni Karya Agung Memungkah, Nubung Pedagingan, Ngenteg Linggih, Pedudusan Agung, Tawur Panca Wali Krama, Mahayu Jagat, Marisuda Gumi. “Upacara ini digelar di utamaning utama, serupa Panca Wali Krama di Pura Besakih,” ujarnya.

Karya Agung ini akan dipuput oleh 38 sulinggih. Adapun sarana upakara karya di antaranya 13 kerbau seperti kerbau cemeng, kerbau sebulu, kambing, petu, penyu, lubak, dan menjangan. Pura Dasar Bhuana sebagai Kahyangan Jagat Bali sudah beberapa kali menjalani renovasi dan penataan. Namu belum pernah dilaksanakan karya utamaning utama ini.

Tujuan dari upacara ini, untuk menjaga kekuatan spiritual dari Pura Dasar Bhuana Gelgel sebagai Kahyangan Jagat di Bali. Secara umum memohon menjaga keajegan Bali secara kesuruhan.  Persiapan karya sudah dilakukan sejak tahun 2017 dan secara resmi nuasen karya (memulai pekerjaan) dilaksanakan 24 Oktober 2018. *wan

Komentar