nusabali

Petani Buleleng Dapat Diskon Tabung Elpiji

  • www.nusabali.com-petani-buleleng-dapat-diskon-tabung-elpiji

Kelompok petani tembakau di Kabupaten Buleleng, Bali, menerima keringanan harga tabung gas elpiji oleh PT Pertamina pada musim panen tahun ini sebesar Rp47.000 setiap tabung, dari harga ekonomis Rp677.000 menjadi Rp630.000 per tabung.

SINGARAJA, NusaBali
Sekretaris Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Buleleng Agung Adnyana di Singarja, Buleleng, Bali, Rabu, mengatakan keringanan harga tabung elpiji tersebut disetujui setelah pihaknya melakukan negosiasi dengan PT Pertamina yang difasilitasi Dinas Pertanian Buleleng. "Selain pengurangan harga, PT Pertamina juga membebaskan biaya kirim elpiji yang pada tahun lalu besarannya mencapai Rp50.000 per tabung," katanya.

Meski mendapat harga elpiji lebih murah dari harga normal, tetapi pengeringan menggunakan kompor berbahan bakar elpiji ini masih tergolong mahal dibandingkan dengan menggunakan kompor pengering berbahan bakar cangkang kemiri.  "Satu kali pengeringan dengan gas elpiji biayanya bisa mencapai Rp4,5 juta ditambah ongkos pekerja yang mengawasi pengeringan Rp400.000. Kalau menggunakan kompor berbahan bakar cangkang kemiri, biaya pembelian bahan bakar Rp2 juta dan ongkos pekerja Rp500.000," katanya.

Untuk itu, Agung Adnyana, menyarankan para petani melakukan penghematan pemakaian gas elpiji pada setiap pengeringan tembakau. Misalnya, petani rajin mengawasi pekerja yang melakukan proses pengeringan agar suhu panas saat pengeringan diatur dengan baik, sehingga bisa menekan biaya pembelian gas elpiji tanpa mengurangi kualitas tembakau.

Menurut dia, Dinas Pertanian Buleleng sejauh ini terus membantu petani agar mau beralih dari menggunakan kompor berbahan bakar cangkang kemiri. Dinas Pertanian bahkan sudah memberikan bantuan perangkat kompor dan instalasinya pada tahun 2010-2011. "Saat ini, tercatat ada 84 omprongan tembakau telah menggunakan kompor berbahan bakar cangkang kemiri yang didanai dari jatah Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT)," katanya.

Hanya saja, lanjut Agung Adnyana, pengadaan kompor dengan sumber dana DBHCT sekarang ini tidak ada lagi. Selain itu, kompor yang sudah digunakan beberapa tahun sebelumnya sekarang banyak rusak, sehingga petani terpaksa kembali memakai kompor berbahan bakar elpiji. "Sebelumnya, sudah banyak petani yang memakai kompor berbahan cangkang kemiri, tapi sekarang banyak yang rusak," katanya. *ant

Komentar