nusabali

Gempa, 62 Pasien RS Sanglah Dievakuasi

  • www.nusabali.com-gempa-62-pasien-rs-sanglah-dievakuasi

Gempa Lombok berkekuatan 6,2 SR, Kamis (9/8) siang pukul 13.25 Wita, menimbulkan sejumlah kerusakan di Bali. Salah satunya, mudra (gelung) dua palinggih Meru di Pura Pedharman Besakih, Desa Pakraman Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem yang jebol.

Mudra Dua Meru di Pura Besakih Jebol Diguncang Gempa

DENPASAR, NusaBali
Sementara, 62 pasien di RS Sanglah dibawa kelarganya keluar dari gedung perawatan di RS Sanglah, Denpasar. Dua Meru di Besakih yang murda-nya jebol, masing-masing Meru Tumpang Solas (tingkat 11) Pura Pedharman Dalem Kresna Kepakisan Besakih dan Meru Tumpang Pitu (tingkat 7) Pura Pedharman Arya Telabah Pegatepan Apit Yeh Besakih. Meru Tumpang Solas setinggi 15 meter di Pura Pedharman Dalem Kresna Kepakisan Besakih yang murdanya jebol ini terbuat dari batu tabas.

Beruntung, tidak ada koban terluka dalam musibah jebolnya mudra Meru Tumpang Solas dan Meru Tumpang Pitu di Besakih tersebut. Pasalnya, saat kejadian, di lokasi sedang sepi pamedek (umat yang tangkil sembahyang). "Saat mudra Meru Tumpang Solas jebol, kebetulan sedang sepi pamedek,” ungkap pengayah di Pura Pedharman Dalem Kresna Kepakisan Besakih, I Komang Rai Artawan.

Sementara, Juru Bicara Pamangku Pura Besakih, Jro Mangku Suyasa, mengakui ada kerusakan palinggih akibat gempa kemarin siang. "Buat sementara, laporan kerusakan hanya palinggih Meru di dua Pura Pedharman tersebut,” ungkap Jro Mangku Suyasa saat dikonfirmasi terpisah, Kamis kemarin. Pura Besakih sendiri terdiri dari 18 komplek, yakni 18 pura umum, 4 Pura Catur Lawa, 12 Pura Pedharman, 29 Pura Dadia, 7 pura berhubungan dengan Pura Dadia, 9 Pura Tirtha, dan lainnya.

Gempa kemarin siang juga porakporandakan merajan (pura keluarga) milik keluarga I Wayan Resana, 55, di Banjar Pau, Desa Tihingan, Kecamatan Banjarangkan, Kungkung. Sejumlah palinggih (bangunan suci) di pura ini roboh diguncang gempa.

Menurut kesaksian Wayan Resana, ketika gempa mengguncang, dirinya tengah duduk santai bale delod rumahnya bersama sang istri, Ni Nyoman Siti, 55. Mereka pun lari ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Sesaat kemudian, dari luar rumah terdengar suara benturan.

“Setelah dicek, ternyata dua palinggih di merajan sudah roboh, yakni Palinggih Gedong dan Palinggih Petuutan,” ujar Wayan Resana saat ditemuai NusaBali di rumahnya, Kamis sore. Wayan Resana berharap kepada pemerintah untuk bantu perbaikan kembali merajannya yang dirusak gempa.

Sementara itu, puluhan pasien di RS Sanglah, Denpasar sempat keluar gedung perawatan untuk mencari tempat aman saat gempa kemarin siang. Pantauan NusaBali sekitar pukul 14.00 Wita, puluhan pasien terlihat memenuhi tenda-tenda di RS Sanglah. Beberapa di antaranya pasien dewasa, sebagian lagi pasien anak-anak.

Salah satu penunggu pasien, Pan Suamba, mengatakan guncangan gempa kemarin terasa cukup keras di Ruang Angsoka Lantai III RS Sanglah Kala itu, dia sedang menunggui sang istri yang menderita usus buntu. “Istri saya dirawat dari kemarin (Rabu), baru saja dioperasi semalam. Kemungkinan dia masih harus dirawat selama tiga hari ke depan,” jelas pria asal Banjar Mantring, Desa Petak, Kecamatan Gianyar ini.

Saat gempa terjadi, para penunggu pasien di RS Sanglah rata-rata panik, terutama yang berada di Lantai III. Mereka kemudian berhamburan dan menumpuk di tangga. Pan Suamba sendiri mengaku sempat tidak bisa turun dari Lantai III, karena berdesakan di tangga. “Semua teriak dan berdesakan, karena tangganya kecil. Saya tidak bisa lari,” katanya.

Saat situasi mudah mulai agak tenang, setengah jam kemudian, tepatnya pukul 14.30 Wita, pasien terlihat dipidahkan ke beberapa ruangan di Lantai I RS Sanglah. Direktur Medik dan Keperawatan RS Sanglah, Dr dr Ketut Sudartana SpB KBD, mengungkapkan ada sekitar 62 pasien yang keluar gedung akibat gempa kemarin siang. Seluruhnya dipindahkan ke beberapa ruangan seperti Ruang Cempaka yang lama, Ruang Anggrek, dan Ruang Kamboja.

“Kami sesungguhnya tidak ada evakuasi, namun keluarga yang langsung membawa pasien keluar dari gedung masing-masing. Prinsipnya, kami belum mengembalikan pasien itu ke ruangan semula, karena pasiennya tidak mau, masih trauma,” tandas dr Sudartana.

Dokter yang juga Komandan Bencana RS Sanglah ini menambahkan, pasien akan dirawat sementara di ruang-ruang Lantai 1 hingga seminggu ke depan. Pihak RS Sanglah juga akan mengupayakan lebih intensif pemulihan trauma pasien atau trauma healing. “Besok (hari ini) kita akan kerahkan lagi tim psikolog ke lapangan untuk memberikan terapi psikologis kepada pasien-pasien dan pengunjung,” jelas dr Sudartana.

Pasien-pasien tersebut, kata dr Sudartana, sebenarnya sudah dipindahkan ke masing-masing ruangan sejak dua hari lalu pasca gempa Lombok 7,0 SR sebelumnya. Namun, tidak disangka gempa kembali mengguncang, sehingga membuat pasien dan pengunjung merasa khawatir dan was-was. “Setelah kita memastikan situasi aman, gedung aman, kita pindahkan lagi ke atas. Ternyata hari ini (kemarin) ada guncangan gempa yang cukup keras juga,” imbuhnya.

Menurut dr Sudartana, seharian kemarin ada 25 jadwal operasi di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RS Sanglah. Syukurnya, operasi berjalan lancar, meski gempa cukup kencang mengguncang sekitar 15 detik. “Ada 25 pasien yang menjalani operasi, tapi saya tidak sampaikan secara detail, operasi apa yang berlangsung saat gempa itu. Pada prinsipnya, semua berjalan dengan baik sampai dengan selesai.” *k16,wan,ind

Komentar