nusabali

Ayah Korban Ngaku Sempat Bermimpi Antar Mayat ke Setra

  • www.nusabali.com-ayah-korban-ngaku-sempat-bermimpi-antar-mayat-ke-setra

Pada Rabu (18/4) malam, I Gede Darmayasa bermimpi mengantar mayat yang tidak dikenalnya ke setra. Namun sesampainya di setra, mayat yang dikubur ternyata lebih dari satu.

Bocah Korban Lakalantas Tragis Sekeluarga Masuk Jurang Jalani Operasi

SINGARAJA, NusaBali
Kejadian tragis kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan satu keluarga, Ni Putu Nina Damayanti, 32, yang membonceng tiga anaknya, Ni Sayu Putu Ayu Santi Widiantari, 14, Ni Sayu Komang Sri Mulyani, 7, dan Ni Sayu Kadek Putri Anggita Dwi Cahyanti, 8, masuk jurang dan tiga orang di antaranya tewas di lokasi kejadian, Jumat (20/4), masih menyisakan duka mendalam, terutama bagi suami dan ayah korban, I Gede Darmayasa. Usai melakukan upacara penguburan ibu dan dua anak asal Banjar Kedewataan, Desa Mundeh Kauh, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, keluarga kini fokus penyembuhan korban selamat Ni Sayu Kadek Putri Anggita Dwi Cahyanti. Korban saat ini sedang dalam tahap pemulihan di RS Kertha Usada, Buleleng, pasca-menjalani operasi.

Menurut keterangan dokter yang menanganinya di RS Kertha Usada, dr Hindri, yang dihubungi melalui pesan singkat, Minggu (22/4) siang, korban Putri sebelumnya pada Jumat (20/4) pukul 21.00 Wita dirujuk dari Rumah Sakit Santi Graha Seririt. Saat diterima kondisi korban saat itu mengalami sejumlah luka. Yakni luka terbuka di dahi, luka bakar di bagia tangan dan pinggang kiri, serta luka lecet dan lebam di bagian tubuh lainnya. Luka yang paling serius, Putri disebut mengalami pembekuan darah di bagian kepala.

Sehingga pada Sabtu (21/4) sekitar pukul 08.00 Wita Putri menjalani operasi pengangkatan darah yang beku di bagian kepala. Proses operasi berjalan lancar selama sekitar tiga jam. “Pasien kini masih di ruang ICU. Kemarin (Sabtu) kami sudah lakukan tindakan operasi, sekarang menunggu perkembangan dan dalam tahap pemulihan,” ujar dr Hindri.

Sementara itu keluarga korban tampak menunggu di depan ruang ICU RS Kertha Usada. Selain kerabat dekat korban dari Desa Mundeh Kauh, juga tampak I Gede Darmayasa, 40, suami dan bapak korban yang meninggal dalam lakalantas. Darmayasa terlihat lebih tegar saat ditemui bersama keluarganya. Dia mengaku baru saja sampai di rumah sakit untuk menjenguk dan melihat kondisi anak keduanya, Putri, yang kini masih dirawat di ruang ICU.

Darmayasa mengaku baru saja dari rumah duka di Banjar Kedewatan, Desa Mundeh Kauh. Dia baru bisa ke rumah sakit setelah prosesi penguburan jenazah istrinya, Ni Putu Nina Damayanti, 32, dan dua anaknya Ni Sayu Putu Ayu Santi Widiantari, 14, serta Ni Sayu Komang Sri Mulyani, 7, usai dikubur dengan upacara makingsan ring pertiwi pada Saniscara Umanis Tolu, Sabtu (21/4), di Setra Desa Adat Penataran, Desa Mundeh Kauh, Kecamatan Selemadeg Barat.

Sesampainya di rumah sakit, dia langsung menjenguk anaknya di ruang ICU. “Anak saya sudah sadar, sudah bisa diajak komunikasi. Tetapi karena matanya masih bengkak, belum bisa mengenali dan melihat jelas,” kata Darmayasa.

Dia menyatakan pasrah dan sudah ikhlas atas kejadian yang menimpanya. Darmayasa menyebut, selama ini dia yang merupakan warga Banjar Dinas Madan, Desa Musi, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, kawin dengan korban Ni Putu Nina Damayanti dan nyentana di Tabanan. Namun sejak enam bulan lalu dia membuka usaha bengkel sepeda motor di wilayah Desa Sanggalangit, Gerokgak. Selama membuka usaha bengkel, dia tinggal terpisah dengan anak dan istrinya. Karena anak keduanya Putri Anggita dan anak ketiganya Sri Mulyani masih bersekolah di SDN 1 Mundeh Kauh. Istrinya, Damayanti, masih tinggal di kampungnya. Sementara Darmayasa tinggal di bengkelnya di Sanggalangit. Sedangkan anak pertamanya Ayu Santi, 14, yang bersekolah di SMPN 1 Gerokgak, tinggal di rumah bajang Darmayasa di Desa Musi.

Saat kejadian, istri dan ketiga anaknya memang berencana ke Buleleng, mengantarkan Ayu Santi kembali ke Musi. Sebelumnya sejak Senin (16/4) lalu, Ayu Santi di Tabanan karena sedang libur sekolah. Nah pada Jumat (20/4) pagi, Darmayasa menelepon istrinya di kampung, mengingatkan bahwa Ayu Santi harus masuk sekolah kembali hari Sabtu (21/4).“Pagi sebelum kejadian saya sempat telepon, mengingatkan besok Ayu Santi sekolah. Tapi karena hari kejepit, agar dipertimbangkan,” katanya.

Dalam percakapan telepon itu, Damayanti mengaku akan bertanya dulu kepada Ayu Santi, apakah akan memutuskan balik ke Buleleng dan masuk sekolah pada hari Sabtu, atau tetap di Tabanan hingga akhir pekan.

Namun Damayanti yang saat itu memutus teleponnya untuk berunding dengan Ayu Santi, tidak langsung menelepon balik dan memberi jawaban. Darmayasa pun mengaku menunggu lama kabar istri dan anaknya, apakah akan balik ke Buleleng atau tidak. Saat kejadian pun dia beranggapan ada yang janggal. Sebab istrinya, Damayanti, disebut tumben tidak mengabari saat akan berangkat ke Buleleng.

“Biasanya kalau berangkat ke Buleleng pasti telepon dulu, tumben tidak. Akhirnya saya menunggu kabar dan sore malah dapat kabar sudah kecelakaan,” ungkapnya.Darmayasa yang kaget mendengar kabar melalui telepon dari seseorang yang tidak dikenalnya, langsung menuju ke lokasi kejadian. Darmayasa baru mendapatkan kabar duka itu pada sekitar pukul 17.00 Wita dan tiba di lokasi kejadian sekitar satu jam setelahnya. Sesampainya di TKP dia mengaku langsung linglung ketika mengetahui istri dan dua anaknya sudah meninggal.

Sebelum kejadian, ayah tiga anak ini mengaku pada malam Kamis atau Rabu (18/4) malam sempat bermimpi melayat dan mengantarkan orang meninggal ke setra. Namun dalam mimpi tersebut dia tidak mengetahui siapa yang meninggal. Dan setelah sampai di setra, tiba-tiba mayat yang dikuburkan lebih dari satu.

Mimpinya tersebut sempat diceritakan pada adiknya Kadek Suniyasa, 35, saat pulang ke rumahnya di Desa Musi. Ternyata mimpinya tersebut berujung maut pada keluarganya. Sementara itu, prosesi penguburan tiga korban lakalantas ibu dan anak asal Banjar Kedewatan, Desa Mundeh Kauh, Kecamatan Selemadeg Barat, diwarnai tangis haru. Terutama suami Damayanti, I Gede Darmayasa.

Menurut Kelian Dinas Banjar Kedewatan I Putu Sudiksa, saat Darmayasa mengantarkan istri dan dua anaknya menuju Setra Desa Adat Penataran, dia  masih bisa ikut membawa jenazah sang istri dan anak. Tetapi saat hendak pulang dari setra dia menangis tanpa henti. “Saat mengantar masih bisa tegar,” ujarnya, Minggu kemarin.

Tak hanya Darmayasa, keluarga Damayanti dan keluarga dari Singaraja ikut menangis mengantarkan jenazah Damayanti dan dua anaknya ke tempat peristirahatan terakhir. “Warga juga banyak nangis, karena merasa sedih,” imbuh Sudiksa.Namun demikian, prosesi penguburan berjalan lancar meskipun dilaksanakan dengan cara ngemaling (mencuri), karena tidak ada hari baik.

Proses penguburan pada Saniscara Umanis Tolu, dimulai pukul 16.00 Wita, dan selesai sekitar pukul 18.00 Wita. “Nanti akan ada prosesi penguburan dengan sesajen yang lengkap, rencananya akan digelar Selasa (24/4),” beber Sudiksa.

Sebelumnya diberitakan, sekeluarga beranggotakan empat orang jatuh ke jurang di jalur berbahaya kawasan Desa Telaga, Jumat (20/4) sore. Informasinya, kecelakaan maut satu keluarga jatuh ke jurang ini diduga terjadi akibat out of control. Pasalnya, sore itu jalan licin karena hujan deras di jalur ekstrem tersebut. Kala itu, motor Vario DK 7515 HR yang dikendarai Ni Putu Nina Damayanti, 32, membonceng tiga anaknya, Ni Sayu Putu Ayu Santi Widiantari, 14, Ni Sayu Komang Sri Mulyani, 7, dan Ni Sayu Kadek Putri Anggita Dwi Cahyanti, 8. Damayanti dan dua anaknya, Ayu Santi dan Sri Mulyani, tewas di lokasi kejadian. Sedangkan Putri Anggita satu-satunya korban selamat dari maut.

Nah, begitu memasuki lokasi TKP di jalan menurun dan tikungan ke kiri cukup tajam, di bawah guyuran hujan lebat, korban Damayanti tidak mampu mengendalikan kendaraannya. Motor yang ditunggangi Damayanti bersama tiga anaknya pun terpeleset, kemudian jatuh ke jurang sedalam 5 meter. Ibu dan tiga anaknya ini mendarat di sungai berbatu.Peristiwa naas ini kemudian diketahui warga yang sedang melintas di lokasi. Saat itu, ketiga korban tewas ditemukan dalam posisi bertumpuk alias saling tindih. *k23, d

Komentar