nusabali

Tak Diberi Uang, Nekat Bakar Rumah Saat Mabuk

  • www.nusabali.com-tak-diberi-uang-nekat-bakar-rumah-saat-mabuk

Selang 2 jam sebelum nekat bakar rumah, pelaku sempat ancam penghuni kos-kosan sebelah rumahnya dengan parang

Pelaku Putu Didik Setiawan Juga Kerap Aniaya Orangtuanya

DENPASAR, NusaBali
Sebuah rumah di Jalan Batanta Gang V/3 Denpasar Barat ludes terbakar, Sabtu (24/3) malam sekitar pukul 22.00 Wita. Tragisnya, rumah ini justru sengaja dibakar penghuninya, I Putu Didik Setiawan, 26, saat pesta minuman keras bersama teman-temannya, karena pelaku kesal lantaran tidak diberikan uang oleh kedua orangtuanya.

Saat aksi pembakaran rumah terjadi, pelaku Putu Didik Setiawan ini berada di rumah bersama rekan-rekannya untuk pesta minuman keras (miras). Sedangkan kedua orangtua pelaku, I Wayan Sumantra, 50, dan Ni Luh Susilawati, 50, tidak berada di rumah karena sedang terapit pijat ke tempat lain.

Istri pelaku, Ni Luh Susan, 26, juga tidak ada di tempat karena sejak 3 bulan lalu pisah ranjang dan pilih tinggal bersama orangtuanya di Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Badung. Demikian pula tiga adik pelaku, tidak ada di rumah karena sudah beberapa lama putuskan tinggal terpisah bersama kerabatnya lantaran tak tahan dengan ulah sang kakak sulung.

Informasi di lapangan, malam itu pelaku Putu Didik pesta miras bersama rekan-rekannya di teras rumah, untuk memperingati 2 tahun kematian anaknya dan sekaligus merayakan ultah pernikahannya dengan Luh Susan, istrinya yang pisah ranjang sejak 3 bulan lalu. Pelaku pun berencana memberikan cincin emas kepada istrinya sebagai tanda per-mintaan maaf untuk menjaga hubungan baik ke depan.

Maka, malam itu juga pelaku Putu Didik menghubungi kedua orangtuanya yang sedang terapi pijat per telepon, untuk minta uang Rp 5 juta buat membeli cincin emas. Nah, permintaan uang cukup besar dan mendadak itu tidak digubris orangtuanya. Inilah yang membuat pelaku emosi. Anak sulung dari empat bersaudara pasangan Wayan Sumantra dan Luh Susilawati ini kemudian mengirim SMS kepada orangtuanya berisi ancaman ‘akan bakar rumah jika permintaannya tak dipenuhi’.

Karena ancamannya tidak direspons orangtua, pelaku Putu Didik yang awalnya duduk bersama rekan-rekannya di teras rumah, pun langsung berdiri dan mengambil kunci motor. Kemudian, dia mencari penjual bensin eceran di sepanjang Jalan Pulau Batanta Denpasar. Setelah kembali sembari menenteng sebotol bensin, pelaku langsung masuk ke dalam rumah.

Selanjutnya, pelaku Putu Didik mengeluarkan seluruh pakaian dan meletakannya di halaman rumah. Rekan-rekannya yang melihat hal itu tidak dapat berbuat banyak, karena pelaku ngamuk dan menyiramkan bensin ke sofa di teras rumah. Bukan hanya itu, beberapa bagian dalam rumah berisi 3 kamar tidur juga disiram besin. Habis itu, pelaku langsung menyulutkan api hingga terjadi kebakaran yang menghangus-kan seluruh bangunan rumah beserta isinya. Beruntung, api tidak menjalar ke rumah tetangga, karena bisa dipadamkan petugas pemadam dibantu warga, sekitar pukul 23.30 Wita.

Sementara, setelah rumah orangtuanya hangus terbakar, pelaku Putu Didik langsung kabur menuju rumah bajang istrinya di Banjar Jumpayah, Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi. Berselang beberapa jam kemudian, pelaku Putu Didik ditangkap jajaran Polsek Denpasar Barat di rumah istrinya di Desa Mengwitani, Minggu (25/3) dinihari.

Kanit Reskrim Polsek Denpasar Barat, Iptu Aan Saputra RA, mengatakan penyidik kepolisian masih mendalami keterangan pelaku Putu Didik. Kepada petugas, pelaku mengakui aksi nekatnya membakar rumah dilakukan lantaran kesal karena keinginannya minta uang Rp 5 juta tidak dipenuhi orangtia. “Pelaku sudah kita tahan untuk proses hukum lebih lanjut,” ujar Iptu Aan Saputra saat dikonfirmasi, Minggu kemarin.

Sementara itu, pelaku Putu Didik Setiawan selama ini dikenal suka berulah. Selama setahun terakhir, pelaku kerap pesta miras dengan rekan-rekannya. Setelah mabuk, pria beristri ini kerap mengamuk seraya menyerang tetangga dan penghuni kos-kosan di seputaran tempat tinggalnya. Bahkan, tak segan pelaku penganiaya orangtuanya sendiri.

Karena ulah pelaku, ketiga adik kandungnya: Ni Kadek Gita Apriliani, 19, Komang Putra, 17, dan Ketut Ayu Nila Candra Dewi, 13, pilih minggat dari rumah. Bukan hanya itu, istri pelaku yakni Luh Susan pilih pidsah ranjang dan tinggal bersama orangtuanya di Desa Mengwitani. “Kalau tiga adiknya itu tinggal di tempat berbeda sama kerabat-kerabatnya,” ujar seorang kerabat pelaku di lokasi TKP, Minggu kemarin.

Dia menceritakan, 2 jam sebelum bakar rumah orangtuannya, pelaku Putu Didik sempat mengancam satu keluarga penghuni kos-kosan yang berjarak 10 meter arah selatan rumahnya, yakni pasutri I Komang Mika, 26, dan Ni Ketut Eni, 23, serta anak balitanya, Gede Dipta, 2, Sabtu malam pukul 20.00 Wita. Mereka diancam menggunakan senjata parang dan kayu, tanpa sebab yang jelas. “Saat didatangi ke kosannya dan diancam, pasutri Komang Mika-Ketut Eni hanya diam saja, karena kalau jawab pasti akan terjadi masalah besar,” katanya.

Karena tidak diladeni keluarga Komang Mika, pelaku Putu Didik kemudian bergerak ke kos-kosan lainnya yang berada 20 meter di sebelah timur rumahnya. Di sana, pelaku menggedor-gedor pintu kos-kosan sembari berteriak. Namun, penghuni kos yang sudah tahu perangai buruk pelaku, tidak menggubrisnya, “Tetangga di sini pada jengkel sama dia (pelaku). Soalnya dia kalau mabuk sangat parah, sampai ngancam dan merusak rumah orang,” ujarnya.

Yang paling parah, kata sang kerabat, ketika mabuk pelaku Putu Didik bahkan kerap memukuli ayah dan ibunya. Pelaku tercatat pernah dua kali menganiaya ayahnya menggunakan besi sampai terluka di bagian hidung dan wajah, hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Masalahnya, karena pelaku tidak diberikan uang.

“Ayahnya hanyalah seorang sopir freelance, sementara ibunya hanya ibu rumah tangga. Terkadang sudah dikasi Rp 300.000, terus dua hari kemudian kembali minta uang Rp 500.000. Begitu seterusnya. Nah, puncaknya itu Sabtu malam, dia minta uang Rp 5 juta ke orangtuanya. Karena tidak dikasih, eh rumah malah dibakar,” ujar kerabat pelaku ini. *dar

Komentar