nusabali

Ogoh-ogoh 'Pragolan' Banjar Peken Dibandrol Rp 10 Juta

  • www.nusabali.com-ogoh-ogoh-pragolan-banjar-peken-dibandrol-rp-10-juta

Pasca pawai Ogoh-ogoh saat Pangrupukan, Jumat (16/3) lalu, ST Jaya Sakti, Banjar Peken, Desa Sumerta Kaja, Denpasar Timur tidak langsung membakar Ogoh-ogoh karyanya.

DENPASAR, NusaBali

Tapi, memilih menyimpannya di dalam balai banjar setempat. Ternyata, Ogoh-ogoh yang diberi nama 'Pragolan' tersebut akan dijual dengan harga Rp 10 juta.Ogoh-ogoh tersebut sebanyak empat peran yang dirangkai menjadi satu. Menggunakan konsep knock down agar bisa dimasukkan ke dalam banjar. Bahkan dilengkapi dengan teknologi gerak menggunakan mesin wiper mobil 12 volt 3 buah (new) dan untuk mengatur putaran/cepatan gerak menggunakan 3 buah dimmer 12 volt (new) memakai tenaga aki mobil.

Ketua ST Jaya Sakti Putu Bagus Prabha Suta Bayu saat ditemui, Rabu (21/3) mengatakan, pihaknya memilih menjual Ogoh-ogoh tersebut karena tidak ada tempat untuk menyimpan. Kata Bayu, dengan konsep dan teknologi yang dibuat sangat disayangkan jika harus dibakar. Apalagi pembuatannya memakan waktu selama tiga bulan dengan biaya sekitar Rp 14 juta.

Untuk itu, pihaknya berniat untuk menjual satu set Ogoh-ogoh tersebut sebesar Rp 10 juta. Sebelumnya, kata Bayu, pihaknya sudah pernah membuat Ogoh-ogoh, setelah pawai dibeli oleh seseorang dari Karangasem untuk dipakai saat Pangrupukan tahun ini. "Kalau dibakar sayang, cukup dipercikan tirta pralina saja. Kalau disimpan juga nggak ada tempat, karena Ogoh-ogoh tahun lalu ada yang beli orang dari Karangasem seharga Rp 1,9 juta. Itu satu bentuk saja. Sekarang coba kami menawarkan lagi," ungkapnya.

Dikatakannya, harga Rp 10 juta yang ditawarkan untuk Ogoh-ogoh kali ini, karena konsepnya berbeda yakni ada empat bentuk Ogoh-ogoh yang dirangkai jadi satu. "Kalau untuk pengembalian modal mungkin tidak bisa, makanya coba kami tawarkan dulu, ada sih yang sudah tertarik, orang yang sebelumnya beli Ogoh-ogoh. Tapi belum tahu dihargai berapa," ungkapnya.

Ogoh-ogoh 'Pragolan' ini, lanjat Bayu, beratnya mencapai 500 kilogram dengan menggunakan besi ketebalan 5 mm. Dengan teknik roll pipa besi pada rangka dan tingkat kerumitan saat pembuatan, proses sket kontruksi, pemasangan mesin gerak, ngulat, membuat tapel dan pembentukan anatomi tubuh.  "Dan kerumitan finishing akhir adalah saat menulis lontar (hand made) berbeda tiap lontarnya, pemasangan lontar dan menyetel semua mesin agar gerakannya selaras makanya kita hargai lebih mahal," ungkapnya.

Sementara itu, Kelian Banjar Adat Banjar Peken I Gusti Ngurah Mayun, mengatakan, pihaknya tidak melarang jika pemuda banjar setempat memilih untuk menjual Ogoh-ogoh karyanya. Sebab,  jika dilihat dari biaya pembuatannya cukup besar. "Kalau dijual kan pemuda di sini bisa mendapatkan modal kembali untuk pembuatan Ogoh-ogoh tahun depan. Dengan penjualan tersebut mereka akan lebih sedikit mencari sumbangan ke warga,” ujarnya. Dia menyebut, Ogoh-ogoh ini dalam kondisi masih utuh dan sudah dipercikkan tirta pralina. “Jadi dengan tirta tersebut Ogoh-ogoh sudah dalam keadaan kosong,” ujarnya. *m

Komentar