nusabali

92 dari 104 Korban Keracunan Masih Dirawat

  • www.nusabali.com-92-dari-104-korban-keracunan-masih-dirawat

Jajaran Polsek Sukawati belum lakukan pemeriksaan terkait keracunan massal, karena saksi-saksi masih dirawat di RS

Termasuk Kelian Banjar Mudita


GIANYAR, NusaBali
Jumlah korban keracunan nasi bungkus yang disantap seusai prosesi pengarakan ogoh-ogoh saat Pangrupukan Nyepi Tahun Baru Saka 1940, Jumat (16/3) malam, di Banjar Mudita, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar bertambah menjadi 104 orang. Dari 104 pasien korban keracunan tersebut, 92 orang di antaranya masih dirawat di RSUD Sanjiwani Gianyar, Senin (19/3).

Data terkini jumlah 104 pasien korban keracunan massal yang dilarikan ke rumah sakit tersebut diungkapkan Direktur RSUD Sanjiwani Gianyar, dr Ida Komang Upeksa, saat dikonfirmasi NusaBali, Senin kemarin. Semula, tercatat hanya 100 pasien korban keracunan yang dilarikan ke RSUD Sanjiwanni. Namun, ternyata ada tambahan 4 korban lagi yang dibawa ke RSUD Sanjiwani.

"Hingga hari ini (kemarin) ada 104 pasien keracunan yang masuk ke RSUD Sanjiwani," jelas dr Ida Komang Upeksa. "Saat ini, total masih ada 92 pasien korban keracunan yang menjalani rawat inap di RSUD Sanjiwani," imbuhnya. Sedangkan 12 paisen korban keracunan lainnya sudah dipulangkan dari RS dan menjalani rawat jalan.

Menurut dr Upeksa, 92 pasien korban keracunan yang masih dirawat inap ini kondisinya rata-rata sudah membaik. Namun, mereka masih harus mendapat pemeriksaan dari dokter spesialis, Selasa (20/3) ini. Bila kondisinya nanti sudah betul-betul sehat, mereka akan dipulangkan dari RS. "Bila betul-betul sudah sembuh berdasarkan pemeriksaan dokter spesialis besok, mereka akan dipulangkan," tandas dr Upeksa.

Sementara, dari 92 pasien korban keracunan yang masih dirawat, beberapa orang di antaranya menjalani perawatan intensif di Ruang ICU RSUD Sanjiwani Gianyar, termasuk ibu hamil yang dipaksa melahirkan melalui operasi caesar, AA Istri Wina Laksmi, 29. Sedangkan korban lainnya dirawat di beberapa ruangan terpisah, yakni Ruangan Nakula, Ruangan Yudhistira, Ruangan Sahadewa, Ruangan Abimanyu, Ruangan Arjuna, Ruangan Ayodya, dan Ruangan Astina.

Dari 92 pasien korban keracunan yang masih dirawat di RSUD Sanjiwani Gianyar hingga Senin kemarin, termasuk di antaranya Kelian Adat Banjar Mudita, Desa Sukawati, AA Gede Oka Indra, serta Kelian Dinas Banjar Mudita, IB Ketut Mas Adnyana.  

Anak kandung pembuat nasi bungus penebar petaka Gusti Ayu Sukamini, yakni Dewa Gede Sukarsana, yang ikut jadi korban keracunan, juga masih dirawat di RSUD Sanjiwani. Pantauan NusaBali, Senin kemarin, Dewa Gede Sukarsana dirawat di Kamar 307 Ruang Yudhistira RSUD Sanjiwani, dengan ditunggui ibunya, Gusti Ayu Sukamini.

Kelian Dinas Banjar Mudita, IB Mas Adnyana, saat ini dirawat di Kamar 7 Ruang Nakula RSUD Sanjiwani, bersama 5 pasien korban keracunan lainnya. Kepada NusaBali, IB Mas Adnyana mengakui kondisinya masih lemas dan diare. “Saya masih mual dan sakit kepala juga. Belum tahu kapan saya dibolehkan pulang,” ujar Mas Adnyana saat ditemui NusaBali di ruang perawatannya, Senin kemarin.

Mas Adnyana sendiri termasuk salah satu korban keracunan yang dipaksa masuk ke RSUD Sanjiwani. Sebab, sebelum mengalami gejala keracunan, Mas Adnyana masih sempat membantu evakuasi warga yang keracunan massal saat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saaka 1940, Sabtu (17/3) dinihari. Ini sama seperti yang dialami Kelian Adat Banjar Mudita, AA Gede Oka Indra.

“Sejak dinihari itu saya bolak-balik antar warga yang keracunan ke rumah sakit. Eh tahunya, perut saya juga mulas. Pulang-pulang langsung bocor, lalu lemas,” kenang Mas Adnyana. Oleh keluarganya, Mas Adnyana kemudian dipaksa untuk dirawat di RSUD Sanjiwani. “Awalnya saya nggak mau dirawat, cukup di rumah saja. Tapi, karena lemas, badan panas, dan tubuh menggigil, saya dipaksa dilarikan ke RS,” imbuhnya.

Meski masih terbaring lemas di ruang perawatan RSUD Sanjiawani, namun Mas Adnyhana selaku Kelian Dinas Banjar Mudita tetap memantau warganya. “Hanya saja, saya agak susah mengecek warga yang keracunan, karena saya juga masih terbaring lemas. Infonya, sudah ada warga korban keracunan yang dibolehkan pulang,” beber Mas Adnyana.

Sementara itu, Kapolsek Sukawati Kompol Pande Putu Sugiharta mengaku hingga Senin kemarin pihaknya belum melakukan pemanggilan terkait kasus keracunan massal yang menimpa 104 krama Banjar Mudita, Desa Sukawati. Alasannya, karena para saksi dan korban masih dirawat di rumah sakit. Lagipula, penjual nasi bungkus penebar petaka, Gusti Ayu Sukamini, juga masih berada di RSUD Sanjiwani menunggui anaknya yang keracunan.

"Jadi, sampai saat ini belum ada yang kita periksa terkait keracunan massal di Banjar Mudita. Sebab, semua korban masih di RS, nggak enak kita periksa di sana," jelas Kompol Pande Sugiharta saat dikonfirmasi NusaBali per telepon kemarin. Namun demikian, lanjut dia, pihaknya segera akan melakukan pemeriksaan. "Besok (hari ini) ada agenda pemeriksaan di Polsek Sukawati," katanya.

Di sisi lain, petaka keracunan massal yang menimpa 104 krama Banjar Mudita, Desa Sukawati menyita perhatian Penjabat Bupati Gianyar, Ketut Rochineng. Senin kemarin, Rochineng bersama Wakil Ketua DPRD Gianyar I Ketut Jata (dari Fraksi Demokrat) sempat menjenguk pasien korban keracunan di RSUD Sanjiwani.

Menurut Rochineng, sejauh ini belum diketahui secara pasti penyebab keracunan massal usai santap nasi bungkus yang dibagikan pasca prosesi pengarakan ogoh-ogoh tersebut. “Semua masih dalam proses  dan sedang ditangani Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Balai BPOM Denpasar,” jelas biro9klrat asal Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng yang juga Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Bali ini. 7 nvi

Komentar