nusabali

Kera di Gunung Agung Kelaparan

  • www.nusabali.com-kera-di-gunung-agung-kelaparan

Kera–kera yang hidup di hutan Gunung Agung sebagian besar sudah turun gunung.

Ada yang Mati Diduga karena Berebut Makanan

AMLAPURA, NusaBali
Jumlah kera yang bertahan di hutan tinggal beberapa ekor, dengan kondisi kurus dan kelaparan. Bahkan ditemukan kera telah mati dengan luka terbuka di bagian perut. Kera tersebut diduga tewas akibat saling cakar sesama kera.

Gerombolan kera turun gunung karena di bagian atas dari Pura Pasar Agung kondisinya telah gundul. Sebab seluruh tanaman yang ada di hutan telah mati terpapar abu panas vulkanik erupsi Gunung Agung. Hanya hutan di selatan atau di bawah Pura Pasar Agung yang tanamannya masih tumbuh.

Sejumlah relawan dari Desa Peringsari, Kecamatan Selat, Karangasem yang dikoordinasikan Perbekel Peringsari I Wayan Bawa, melakukan penyelamatan dengan membawakan makanan untuk kera di areal Gunung Agung tepatnya di Pura Pasar Agung, Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, Sabtu (23/12) sekitar pukul 10.00 Wita.

Wayan Bawa menuturkan, selama melakukan perjalanan tidak banyak menemui kera penghuni hutan Gunung Agung. Padahal biasanya berkeliaran ribuan ekor kera. Diduga kera–kera tersebut sebagian telah mati kelaparan, atau mati akibat saling cakar sesama kera.

Sebab, relawan menemukan bangkai kera dengan luka terbuka bagian perut, diperkirakan tewas karena dicakar kera lainnya. Relawan hanya menemukan sekitar 10 ekor monyet dalam kondisi kurus-kurus dengan fisik lemah.

Kedatangan relawan yang dikoordinasikan Wayan Bawa, setelah mendengar kera-kera di hutan Gunung Agung kelaparan. Untuk itu Wayan Bawa mengajak I Ketut Suparta, I Nyoman Arjana, Ni Nyoman Darmika, dan yang lainnya memasuki KRB III Pura Pasar Agung di Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, atau radius 1,5 kilometer dari puncak kawah Gunung Agung. Setiba di Pura Pasar Agung mereka bertemu Jro Mangku Gede Umbara pamangku di Pura Pasar Agung dan wisatawan dari Prancis, mengenakan pakaian adat Bali.

Para relawan itu datang membawa makanan kera seperti pisang, ubi, dan sejenisnya. Begitu rombongan tiba di jaba Pura Pasar Agung, menemukan 10 ekor kera dan langsung diberikan makan. “Begitu saya disodori makanan, kera mendekat kelihatannya jinak. Saya perhatikan fisik kera terlihat lemah, karena kelaparan,” tutur Wayan Bawa.

Kera–kera yang ditemui para relawan itu, menurut Wayan Bawa, tidak lagi mampu bersuara seperti biasanya. “Selain membawakan makanan untuk kera, kami sambil melakukan persembahyangan bersama. Ada sekitar satu jam di Pura Pasar Agung,” ujarnya.

Wayan Bawa menambahkan, selama di Pura Pasar Agung tidak mencium bau belerang, tidak merasakan ada getaran, tidak ada hujan abu. Meski demikian, dirinya bersama relawan enggan berlama-lama berada di Pura Pasar Agung, yang lokasinya di lereng Gunung Agung. Sedangkan kedatangan Jro Mangku Gede Umbara ke Pura Pasar Agung, untuk melakukan persembahyangan dan menyaksikan kondisi terakhir Gunung Agung.

Sementara itu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat Gunung Agung kembali erupsi menyemburkan asap berwarna kelabu dengan ketinggian mencapai sekitar 2.500 meter dari puncak kawah.

Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana di Pos Pengamatan Gunung Agung, Karangasem, Sabtu (23/12), menjelaskan erupsi terjadi sekitar pukul 11.57 Wita, demikian seperti dilansir Antara.

Devy Kamil menjelaskan asap tebal bercampur abu gunung itu mengarah condong ke timur laut mengikuti arah angin yang bertiup lemah hingga sedang ke arah timur laut dan timur. Ketinggian kolom asap dari erupsi gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu bahkan dapat dilihat dari Posko Utama Tanah Ampo yang berjarak sekitar 22 kilometer.

PVMBG mencatat selama periode laporan enam jam sekali dari pukul 06.00 hingga 12.00 Wita, Gunung Agung masih memiliki aktivitas vulkanik. Gunung Agung tercatat mengalami sekali letusan dengan amplitudo 26 milimeter berdurasi 120 detik, tiga kali hembusan, gempa rendah sebanyak empat kali, dan vulkanik dangkal sebanyak tiga kali.

Mengingat masih ada aktivitas vulkanik yang di dalam tubuh gunung dan status awas atau level IV, PVMBG mengingatkan masyarakat untuk tidak beraktivitas dalam radius 8-10 kilometer dari kawah gunung. Di luar radius tersebut, aktivitas dapat berjalan normal dan masih tetap aman. *k16

Komentar