nusabali

Sejumlah Pesisir Berpotensi Dilanda Banjir Rob

  • www.nusabali.com-sejumlah-pesisir-berpotensi-dilanda-banjir-rob

Berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut banjir rob diperkirakan melanda beberapa kawasan pesisir seperti Gianyar, Kuta, Tabanan, Klungkung, dan Karangasem.

DENPASAR, NusaBali
Sejumlah wilayah pesisir di Bali berpotensi dilanda banjir rob pada 7 hingga 11 Oktober 2025. Fenomena ini dipicu oleh fase Perigee pada 7 Oktober 2025, yaitu kondisi ketika posisi bulan berada paling dekat dengan bumi, sehingga tarikan gravitasinya lebih kuat, serta bertepatan dengan fase bulan baru yang berlangsung 7-11 Oktober, yang menambah tinggi permukaan air laut.

Berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut banjir rob diperkirakan melanda beberapa kawasan pesisir, antara lain Gianyar, Kuta, Tabanan, Klungkung, dan Karangasem. Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar, Cahyo Nugroho, Senin (6/10) mengatakan potensi banjir pesisir tersebut memiliki perbedaan waktu di tiap wilayah, baik hari maupun jam. 

Dampaknya diperkirakan akan berpengaruh pada aktivitas masyarakat pesisir, seperti bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman, hingga usaha tambak garam dan perikanan darat. Untuk itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada menghadapi dampak pasang maksimum air laut dan terus memperbarui informasi cuaca maritim dari BBMKG Wilayah III Denpasar. Informasi resmi dapat diakses melalui telepon (0361) 751122, situs bbmkg3.bmkg.go.id, atau laman maritim.bmkg.go.id.

“Kami mengimbau seluruh pengguna jasa pelayaran, khususnya nelayan dan operator kapal, agar meningkatkan kewaspadaan dan menyesuaikan aktivitas dengan kondisi cuaca,” ujarnya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, Gede Teja, mengatakan pasang surut air laut merupakan fenomena alamiah akibat gaya tarik gravitasi bulan dan matahari terhadap bumi, serta dipengaruhi rotasi bumi. Kondisi pasang naik maksimum biasanya terjadi ketika Bulan dan Matahari sejajar, yang berpotensi menimbulkan banjir rob di pesisir dengan hunian maupun usaha yang berada sangat dekat garis pantai.

Meski demikian, Teja menyebut fenomena ini bukan hal baru bagi masyarakat pesisir. Dia menekankan pentingnya kewaspadaan bersama dengan melakukan langkah mitigasi. Menurutnya, di beberapa lokasi pemerintah telah membangun pemecah ombak dan tanggul sebagai upaya perlindungan, khususnya di kawasan dengan risiko tinggi. Peringatan dini juga secara rutin disebarkan berisi informasi mengenai ketinggian gelombang, lokasi terdampak, serta perkiraan waktunya.

“Bila terjadi kondisi darurat tentu langkah-langkah kesiapsiagaan akan dilakukan seperti evakuasi dan layanan kebutuhan dasar,” ujar Teja.

Teja berharap semua pihak dapat menjalin komunikasi yang efektif tanpa menimbulkan informasi menyesatkan, baik antara masyarakat dengan pemerintah maupun dengan media. Dengan langkah bersama tersebut, dampak banjir rob diharapkan bisa diminimalisir sehingga aktivitas masyarakat tetap berjalan aman. 7 tr

Komentar