Disinyalir, Sedimentasi Picu Banjir di Sungai Samblong
NEGARA, NusaBali - Banjir yang kerap menghantui kawasan pemukiman penduduk di Lingkungan Samblong, Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana, Jembrana,Lingkungan Samblong, Kelurahan Sangkaragung, Kecamatan Jembrana, Jembrana, disinyalir diperparah sendimentasi di Sungai Samblong.
Dari hasil asesmen Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jembrana, paling tidak ada 4 titik sedimentasi kritis yang ditemukan di areal pemukiman penduduk setempat. Asesmen di Sungai Samblong itu dilakukan pada Minggu (5/10).
Asesmen dengan melibatkan pihak operator alat berat ini dilakukan untuk menghasilkan data akurat mengenai luasan dan estimasi waktu yang dibutuhkan untuk proses pengerukan.
Hasil asesmen tersebut menunjukkan penyempitan saluran air di empat titik lokasi akibat penumpukan material dan tanah timbul. Titik pertama, di drainase selatan Sirkuit Makepung Samblong, ditemukan sendimentasi sepanjang kurang lebih 100 meter.
Titik kedua, ditemukan tanah timbul di bekas jalur badan sungai dengan luas sekitar 3 are. Titik ketiga, di dekat area bantaran sungai yang sempat tergerus waktu banjir beberapa waktu lalu juga terdapat sendimentasi mencapai luas sekitar 3 are. Kemudian titik keempat, di area utara Jembatan Samblong, juga terjadi penyempitan badan sungai yang tertutup sedimentasi dengan luasan sekitar 3 are.

Waktu pengerjaan untuk mengatasi sendimentasi di titik pertama atau di drainase selatan Sirkuit Makepung Samblong, diperkirakan membutuhkan waktu 4 hari. Sementara untuk mengatasi sendimentasi di titik kedua hingga keempat, masing-masing diperkirkan membutuhkan waktu selama 7 hari. Secara total, akumulasi waktu pengerjaan untuk mengatasi sedimentasi di 4 lokasi tersebut mencapai kurang lebih 25 hari dengan mobilisasi alat berat sebanyak 4 kali.
Kepala Pelaksana BPBD Jembrana I Putu Agus Artana Putra saat dikonfirmasi Senin (3/10), menyatakan bahwa tindak lanjut terhadap hasil asesmen itu masih dalam proses. Dia menegaskan bahwa langkah lebih lanjut berupa pengerukan terhadap beberapa titik sedimentasi itu adalah langkah penting untuk menjaga keselamatan warga.
"Ya, kita rencanakan dikeruk untuk antisipasi banjir di kawasan pemukiman penduduk. Kemarin kita sudah lakukan asesmen dan ada empat titik masalah sedimentasi yang menghambat saluran drainase ataupun mempersempit badan sungai," ujar Agus Artana Putra.
Mengingat sedimentasi yang tergolong sangat luas dan membutuhkan biaya operasional alat berat yang tidak sedikit, Agus Artana menyatakan belum mampun dikerjakan melalui APBD kabupaten. Karena itu, pihaknya memutuskan untuk mengajukan permohonan bantuan dana ke tingkat Pemprov Bali.
"Mengingat cukup luas dan membutuhkan biaya besar, akan diajukan permohonan bantuan ke Pemprov Bali. Biar bisa dibantu Pemprov atau mungkin bisa langsung dari Balai Wilayah Sungai (BWS)," ucap Agus Artana.
Selain di Sungai Samblong, Agus Artana menyatakan, pihaknya juga berencana melakukan asesmen serupa di saluran sungai Jalan Pulau Irian, Lingkungan Menega, Kelurahan Dauhwaru, yang mengarah ke Desa Budeng. Menurutnya, aliran sungai tersebut juga terdeteksi mengalami sedimentasi yang disinyalir menjadi pemicu banjir di wilayah Budeng.
Asesmen itu akan dilakukan untuk menentukan berapa titik dan luasan sedimentasi yang perlu dikeruk, termasuk estimasi biayanya. Pengerukan di sana pun direncanakan akan diajukan ke Pemprov Bali. "Nanti kita bersamaan usulkan dengan yang di Sungai Samblong. Mudah-mudahan nanti bisa segera ditindaklanjuti," ujar Agus Artana.7 ode
Komentar