nusabali

Almarhum Jro Ray Yusha Diaben 14 Oktober di Tajun

  • www.nusabali.com-almarhum-jro-ray-yusha-diaben-14-oktober-di-tajun

SINGARAJA, NusaBali - Keluarga telah memutuskan untuk melaksanakan upacara pangabenan untuk almarhum Jro Nyoman Ray Yusha, politisi senior Partai Gerindra pada Anggara Wage Gumbreg, Selasa (14/10) mendatang.

Seluruh rangkaian upacara pitra yadnya ini akan dilaksanakan di kampung halaman Jro Ray Yusha di Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.

Menantu Jro Ray Yusha, yakni Made Dwiky Wikrama saat dihubungi, Minggu (5/10) petang mengatakan dewasa ayu (hari baik) upacara pangabenan ditentukan setelah dilakukan rembug keluarga besar. Hanya saja jenazah masih dititipkan di RSU Prof Ngoerah Denpasar dan baru dipulangkan ke rumah duka di Desa Tajun pada Sabtu (11/10) mendatang.

“Nggih nanti langsung ngaben di Tajun. Tanggal 11 baru pulang ke Tajun,” ucapnya di sela kesibukannya menerima pelayat di Denpasar. Sementara itu Penyarikan Desa Adat Tajun yang juga masih ada hubungan kekerabatan dengan Jro Ray Yusha, Jro Made Sumarka mengatakan keputusan upacara pangabenan sudah final. Seluruh rangkaian upacara pangabenan sudah dimulai pada Wraspati Wage Tolu, Kamis (9/10) yang diawali dengan upacara matur piuning dan makarya asagan (mempersiapkan tempat upacara).

Lalu pada Saniscara Umanis Tolu, waktu saat jenazah tiba di rumah duka, akan digelar upacara nyiramang layon (memandikan jenazah) sebelum disemayamkan. Puncak acara pengabenan digelar pada Anggara Wage Gumbreg, Selasa (14/10) di Setra Desa Adat Tajun. Pengabenan Jro Ray Yusha akan dipuput oleh Ida Pedanda dari Griya Penarukan Singaraja.

“Upacara ngaben yang akan digelar sesuai dengan dresta dan sastra itu namanya ngaben Nyuasta Bambang yang artinya upacara selesai satu hari di setra, kemudian nganyut ke segara dan meajar-ajar,” ungkap Jro Sumarka. Dalam proses pengabenan Desa Adat Tajun diungkapkan Jro Penyarikan Sumarka tidak menggunakan bade dan tidak ada prosesi pembakaran. Jenazah setelah sampai di setra akan dikubur (mendem ring pertiwi).

Kemudian proses pengabenan akan dilakukan dengan rangkaian upacara ngereka di atas kuburan, lalu disusul upacara ngulapin, kemudian prosesi ngadegang untuk bersiap menjalani pengabenan. Hingga Minggu kemarin, Jro Sumarka menyebut keluarga di kampung baru melakukan persiapan-persiapan kecil, seperti membuat sarana banten. “Sekarang baru keluarga saja membuat banten-banten tambahan, klatkat, kalau pelayat belum ada yang datang, karena jenazah masih belum di sini (Desa Tajun),” terangnya.

Diberitakan sebelumnya, kabar duka menyelimuti DPRD Provinsi Bali. Anggota dewan asal Partai Gerindra Dapil Buleleng, Jro Nyoman Ray Yusha wafat pada Sabtu (4/10) sore di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof dr IGNG Ngoerah, Denpasar. Politisi senior kelahiran Singaraja, 6 Oktober 1953 ini merupakan politisi asal Banjar Dinas Batu Ngadeg, Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.

Ketua Fraksi Gerindra DPRD Bali I Gede Harja Astawa, mengonfirmasi kabar duka tersebut. Dia menyampaikan Jro Ray Yusha menghembuskan napas terakhir setelah sempat menjalani perawatan karena adanya indikasi luka lambung. Dalam tugasnya sebagai anggota DPRD Bali, Jro Ray Yusha duduk di Komisi III yang membidangi urusan pembangunan, mulai dari pekerjaan umum, tata ruang, perumahan rakyat, lingkungan hidup, perhubungan, hingga pertambangan dan energi.

Dia juga menjadi anggota Panitia Khusus Tata Ruang (Pansus Trap), dan dikenal sangat vokal menyuarakan persoalan tata ruang di Bali. Ketua DPD Gerindra Bali, Made Muliawan Arya alias De Gadjah menyatakan duka mendalam, lantaran kehilangan sosok kader yang semangat dan sangat menghargai kader yang lebih muda walaupun almarhum banyak pengalaman. “Kami belum bisa bicara soal PAW karena masih suasana duka,” kata De Gadjah.

Jro Ray Yusha terjun di politik dengan mengawali bertarung sebagai Calon Bupati pada Pilkada Buleleng 2007 silam. Dia berpasangan dengan Putu Febri Antari yang merupakan kakak kandung dari Wakil Ketua DPRD Bali dari Fraksi Demokrat Komang Nova Sewi Putra.

Jro Nyoman Ray Yusha lahir tahun 1950, mengawali karier sebagai birokrat dan sukses menjabat sebagai mantan Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida. Setelah pensiun Jro Ray Yusha kemudian menapaki jalan politik bersama Partai Gerindra. Namanya mulai mencuat di pentas politik Buleleng saat maju sebagai calon Bupati Buleleng pada 2007 silam. Meski belum berhasil, langkah itu membuatnya semakin dikenal publik.

Pada 2014, dia dipercaya memimpin DPC Gerindra Buleleng. Kepemimpinannya dinilai berhasil menyolidkan partai, terutama saat menghadapi Pileg 2014 dan Pilkada 2017. Di DPRD Bali, dia dikenal sebagai legislator vokal, pekerja keras, dan sangat aktif turun ke lapangan untuk mendengar aspirasi masyarakat.

Almarhum meninggalkan seorang istri, tiga putra, dan dua putri. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam tidak hanya bagi keluarga besar, tetapi juga masyarakat Buleleng dan Bali pada umumnya. 7 k23

Komentar