Krama Kutuh Gelar Karya Ageng di Pura Nagasari
GIANYAR, NusaBali - Setelah tertunda selama 37 tahun, warga Banjar Adat Kutuh, Desa Sayan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, akhirnya bersiap menggelar kembali upacara keagamaan berskala besar atau karya ageng di Pura Nagasari.
Karya ini diberi nama Karya Ngenteg Linggih, Mupuk Pedagingan, Mepedudusan Agung, lan Menawa Ratna.
Puncak karya akan dilaksanakan pada Rabu Umanis Julungwangi, 5 November 2025, bertepatan dengan Purnama Kalima, atau hari piodalan di pura tersebut. Ketua panitia karya, Drs I Ketut Parsa yang juga Kelian Adat Banjar Kutuh, mengatakan terakhir kali upacara besar digelar di Pura Nagasari tahun 1988, dalam bentuk Karya Wraspati Kalpa, termasuk upacara Mendem Pedagingan dan Pedudusan.
Jelas dia, sesuai tradisi Catur Dresta yang menjadi landasan tata upacara di Bali, karya seperti ini idealnya dilaksanakan setiap 30 tahun sekali, mengikuti satu siklus spiritual yang dianggap sempurna dalam kosmologi Hindu Bali. ‘’Namun, ketika waktu karya selanjutnya yang seharusnya jatuh pada tahun 2018, warga Banjar Kutuh belum mampu melaksanakannya karena keterbatasan biaya, tenaga, dan kesibukan mengempon sejumlah pura lain di wilayah desa adat,’’ jelasnya.
Untuk diketahui, beberapa pura yang juga diempon oleh krama Banjar Kutuh, antara lain Pura Khayangan Tiga, Khayangan Desa, serta pura-pura lainnya. Emponan ini tentu membutuhkan perhatian dalam hal perawatan dan pelaksanaan upacara dengan biaya tak kecil.
Menurut Ketut Parsa, gagasan untuk kembali melaksanakan karya agung di Pura Nagasari mulai mencuat kembali pada tahun 2021. Seorang tokoh masyarakat yang memahami tata pelaksanaan yadnya, (alm) I Wayan Subandi, BA, menggagas diskusi bersama para prajuru desa. Dia menyampaikan pentingnya mengembalikan kesucian palinggih dan kawasan parhyangan di pura tersebut, mengingat sudah terlalu lama tidak dilaksanakan karya ageng.

Pura Nagasari dan beberapa palinggih di madya dan utama mandala pura. -WILASA
Proses pencarian dewasa ayu atau hari baik pun dilakukan. Sempat direncanakan karya akan digelar pada tahun 2023. Namun, secara astrologi sasih saat itu dianggap kurang baik untuk pelaksanaan karya sebesar ini. Pencarian dewasa ayu kemudian berlanjut, dan akhirnya ditetapkan bahwa hari yang paling tepat adalah 5 November 2025, yang bertepatan dengan Purnama Kalima, dan juga hari piodalan di pura ini.
Untuk memastikan hari baik tersebut, para prajuru desa pun matur piuning dan mapinunas kehadapan sulinggih Yajamana, Ida Pedanda Griya Watu Lumbang, Desa Baha, Kecamatan Mengwi, Badung. Ida Pedanda pun menyampaikan bahwa hari yang dipilih memang merupakan dewasa ayu yang tepat untuk pelaksanaan karya, dan sekaligus memberi nama resmi untuk upacara ini.
Sesuai tardisi puja Hindu Bali, purnama dipandang sebagai momen spiritual paling tinggi. Karena bulan penuh ini merupakan simbol kesempurnaan dan penyatuan antara unsur fisik dan nonfisik. Dalam ajaran agama Hindu di Bali, Purnama adalah saat yang ideal untuk pelaksanaan piodalan nadi, yaitu hari suci yang diyakini mendatangkan anugerah spiritual paling besar. Karena itu, pelaksanaan karya pada hari tersebut diharapkan dapat memperkuat sisi spiritual umat sekaligus menyucikan kembali tempat pemujaan kepada Ida Bhatara-Bhatari di Pura Nagasari.
‘’Setelah ada kepastian hari baik dan nama karya ditetapkan, warga dan prajuru Banjar Kutuh segera menyusun langkah konkret,’’ jelasnya.
Kata Ketut Parsa, rapat-rapat persiapan atau paruman mulai dilakukan sejak pascapiodalan sebelumnya. Dalam paruman itu, disepakati pembentukan panitia pelaksana, dengan mempercayakan jabatan ketua panitia kepada dirinya (I Ketut Parsa) yang Kelian Adat Banjar Kutuh. Susunan panitia juga dilengkapi dengan sejumlah koordinator bidang yang bertanggung jawab atas berbagai aspek kegiatan, mulai dari upacara, logistik, keamanan, konsumsi, dokumentasi, hingga penggalangan dana, dan lain-lain.
Ketut Parsa mengatakan, karya yang dilaksanakan ini bukan semata-mata tentang menyelenggarakan sebuah upacara. Namun, menjadi bagian dari upaya kolektif masyarakat adat untuk merawat warisan leluhur, menjaga keharmonisan spiritual desa, serta menguatkan rasa bhakti umat kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa.
Pantauan di pura setempat, dengan semangat gotong royong dan bhakti yang mendalam, krama Banjar Adat Kutuh terus ngayah bersama-sama demi kelancaran karya suci yang telah lama dinantikan itu.
Prosesi karya diawali dengan upacara Matur Piuning ke sejumlah pura di sekitar Desa Adat Sayan, Ubud, pada Buda Umanis Dukut, Rabu (27/8) lalu. Sebelum puncak karya akan dilaksanakan upacara yang melibatkan ribuan umat termasuk undangan/upasaksi, yakni Tawur lan Pedanaan pada Wraspati Kliwon Warigadian, Kamis (30/10). Prosesi akan diakhiri dengan upacara Nyegara Gunung pada Anggara Pahing Sungsang, Selasa (11/11). 7lsa
Komentar