SleekFlow Ungkap Wawasan Baru Digitalisasi Hospitality
DENPASAR, NusaBali.com - Bali dijadikan titik awal diskusi tentang tren pariwisata, transformasi AI, serta peluang menghubungkan budaya lokal dengan teknologi untuk pelaku hotel, restoran, kafe, dan retail.
SleekFlow, platform omnichannel conversational AI, membagikan serangkaian insight tentang bagaimana sektor pariwisata dan hospitality Indonesia dapat bertumbuh melalui transformasi digital. Fokusnya adalah menggabungkan kekuatan antara teknologi dan budaya lokal Bali, sehingga pengalaman wisatawan bisa semakin personal, relevan, dan memiliki kemampuan daya saing global.
SleekFlow juga memperkenalkan MAP Framework untuk membantu bisnis memetakan perjalanan pelanggan, memperkaya interaksi dengan data, dan memastikan peran manusia tetap dominan dalam interaksi kompleks. Menurut survei internal, 75 persen pengambil keputusan di Indonesia percaya implementasi conversational AI meningkatkan konversi pelanggan.
"Perubahan besar itu bukan soal masa depan lagi. Realitanya, perubahan itu sudah berlangsung sekarang, di setiap interaksi dengan pelanggan,” ujar Asnawi Jufrie, VP & General Manager (SEA), SleekFlow dalam event Bali Horecail Converence belum lama ini di CANNA Bali.
Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata, Dinas Pariwisata Bali, Ida Ayu Indah Yustikarini mengatakan, tren pariwisata yang menonjol saat ini ada dua, yaitu wellness tourism dengan arah pembangunan pariwisata yang berkelanjutan. Wellness tourism tumbuh dari akar budaya Bali yang kaya akan tradisi spiritual, yoga, serta pengobatan herbal. Selain itu adalah MICE tourism, menempatkan Bali sebagai panggung internasional untuk pertemuan bisnis yang dibalut dengan nuansa budaya dan keramahtamahan khas Bali.
“Perlunya kolaborasi dari masyarakat, pemerintah, swasta, akademisi, hingga wisatawan untuk mendorong pariwisata Bali yang lebih maju secara digital,” ungkap Ida Ayu Indah Yustikarini.
Wakil Ketua Umum Kadin Bali AA Wira Y Pramana juga menyatakan pentingnya digitalisasi UMKM agar dapat mengelola inventaris, keuangan, dan marketing layaknya enterprise. “Bali lebih dari sekadar tourism, melainkan sebuah panggilan untuk bertindak, sebagai upaya kolektif untuk membangun ketahanan ekonomi, menciptakan peluang baru melalui industri hijau, kreatif, dan berbasis teknologi, serta memastikan kemakmuran yang merata bagi seluruh masyarakat Bali,” tutur Pramana.
Transformasi digital dianggap penting karena perilaku wisatawan saat ini sudah berubah. Mereka mencari serta menemukan inspirasi destinasi lewat media sosial, menghubungi bisnis melalui pesan instan, dan menilai pengalaman melalui ulasan online. Hal ini mencerminkan bagaimana teknologi bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan dasar agar bisnis tetap relevan.
Dalam konteks ini, conversational AI hadir sebagai solusi. Teknologi ini memungkinkan hotel, restoran, dan kafe di Bali untuk melayani tamu secara instan, sekaligus menjadi 'pemandu budaya digital'. AI tidak menggantikan sentuhan manusia, melainkan memperkuat kemampuan pelaku usaha untuk menghadirkan pengalaman Bali yang autentik.pol
Komentar