nusabali

Puri Agung Ubud Siapkan Palebon Ageng Almarhum Tjokorda Niti Yadnya, Salah Seorang Putri Panglingsir Puri

Digelar 3 September, Lembu dan Bade Ukuran Jumbo Tengah Disiapkan

  • www.nusabali.com-puri-agung-ubud-siapkan-palebon-ageng-almarhum-tjokorda-niti-yadnya-salah-seorang-putri-panglingsir-puri

Almarhum Tjokorda Niti Yadnya ini merupakan kakak dari salah seorang tokoh Puri Agung Ubud, yakni Cokorda Ngurah Suyadnya alias Cok Wah

GIANYAR, NusaBali
Puri Agung Ubud, Gianyar, kini sedang sibuk mempersiapkan upacara Palebon untuk almarhum Tjokorda Niti Yadnya,60, salah seorang putri Panglingsir Puri Agung Ubud, Tjokorda Agung Suyasa (almarhum). Palebon ageng ini akan digelar pada Buda Pon Watugunung, Rabu (3/9) mendatang, di Setra Dalem Puri, Desa Peliatan, Ubud.

Cok Niti, begitu mendiang akrab disapa, meninggal dunia pada 7 Juli 2025 lalu setelah berjuang melawan kanker serviks yang dideritanya sejak dua tahun terakhir. Perawatan panjang sempat dijalani, baik di rumah sakit di Bali maupun di Malaysia. Bahkan, almarhum beberapa kali bolak-balik menjalani pengobatan. Kondisinya sempat membaik, namun akhirnya kembali drop. Sembilan hari setelah menjalani terapi terakhir di Malaysia, dia berpulang dengan tenang.

Adik mendiang yang salah seorang tokoh Puri Agung Ubud, Cokorda Ngurah Suyadnya alias Cok Wah, mengakui bahwa perjuangan kakaknya melawan kanker cukup panjang dan penuh harapan. “Beliau sempat sembuh setelah berobat di Malaysia. Namun, sakitnya kambuh lagi. Akhirnya pada 7 Juli lalu, beliau meninggalkan kami,” ujarnya sedih.

Bagi keluarga dan masyarakat Ubud, kepergian Cok Niti meninggalkan duka mendalam. Almarhum meninggalkan seorang suami, Tjokorda Putra Sudarsana alias Cok Pelik, serta tiga anak perempuan. Sosoknya dikenal luas, tidak hanya sebagai keluarga puri, tetapi juga tokoh perempuan yang sempat aktif di dunia politik. Dia pernah duduk sebagai anggota DPRD Gianyar periode 2009–2014 dari Fraksi Golkar. Kehadirannya di DPRD Gianyar selama satu periode dinilai sebagai bentuk dedikasi untuk memperjuangkan aspirasi rakyat.

Cok Wah mengatakan sebagai penghormatan terakhir, keluarga Puri Agung Ubud menyiapkan upacara Palebon Ageng. Sejak 3 Agustus 2025 lalu telah dilaksanakan upacara Nuasen atau memulai pembuatan Lembu warna ungu, dan 5 Agustus pengerjaan resmi dimulai. 

Untuk diketahui, Lembu yang dibuat berwarna ungu ini melambangkan kebesaran, keagungan, sekaligus penghormatan. Ukurannya pun luar biasa dengan tinggi 7,60 meter dari fondasi hingga ujung tanduk. Panjang Lembu mencapai 4,5 meter dengan pengerjaan melibatkan 15 orang undagi atau tukang. Tinggi lembu ini sekitar 40 centimeter lebih rendah dari Lembu ungu yang dipakai pada palebon almarhum Cok Bagus Santaka, salah seorang putra Puri Agung Ubud, beberapa waktu lalu. 

Saat ini, progres pengerjaan Lembu di Puri Langon, Banjar Sambahan, Ubud, ini sudah mencapai 65 persen. Para undagi (arsitek tradisi) yang mengerjakan Lembu dipimpin langsung I Wayan Juliarta, lebih dikenal dengan panggilan Gading Tattoo, asal Lingkungan Padangtegal, Kelurahan Ubud. Targetnya, lembu harus rampung pada 31 Agustus, untuk kemudian dipajang di Catus Pata Ubud, pusat kota yang akan menjadi saksi perayaan ritual besar ini. “Kami garap agak ngebut jadinya,” jelas Gading.

Selain Lembu, sebuah Bade atau menara jenazah setinggi 19 meter juga tengah digarap di Desa/Kecamatan Tampaksiring. Namun finishing Bade raksasa itu dilakukan di jaba (halaman depan) Puri Agung Ubud. Bade setengah jadi ini diangkut dengan truk dari Tampaksiring ke Ubud, pada malam hari, Selasa (26/8) kemarin.

Untuk diketahui, Palebon Ageng di Ubud kerap menjadi perhatian, bukan hanya karena ukurannya yang megah, tetapi juga karena sarat makna budaya. Prosesi ini bukan sekadar pelepasan jasad, melainkan juga bentuk penghormatan spiritual, simbol harmoni antara keluarga, masyarakat, dan alam semesta. Palebon ini dipastikan akan disaksikan ribuan pasang mata. Iring-iringan bade raksasa, lembu ungu yang menjulang, tabuh-tabuhan baleganjur, hingga lautan manusia yang ikut mengantar akan menjadi pemandangan khas. 7 lsa

Komentar