‘Pasar Malam’ Legendaris Banjar Kedaton Kembali Sambut Pengunjung PKB 2025
Jadi Saksi Perkembangan PKB dari Masa ke Masa
Pasar Malam
PKB
Banjar Kedaton
Desa Adat Sumerta
PKB XLVII
PKB 2025
Saksi Bisu
Gedung Ksirarnawa
Pura Luhuran Bingin
Pameran UMKM
DENPASAR, NusaBali.com - Salah satu atraksi di luar kesenian yang selalu menemani pengunjung Pesta Kesenian Bali (PKB) setiap tahun adalah ‘pasar malam’ yang berlokasi di sisi barat area Taman Budaya Provinsi Bali (Art Centre), tepatnya di Banjar Adat Kedaton, Desa Adat Sumerta, Denpasar.
Kumpulan booth UMKM ini lebih populer di ingatan pengunjung sebagai atraksi pasar malam lantaran suasana dan formatnya yang mirip. Selain itu, keberadaan wahana klasik khas pasar malam seperti bianglala, kora-kora, komedi putar, dan sejenisnya menambah nuansa khas pasar malam.
Pada PKB XLVII Tahun 2025 ini, pasar malam legendaris ini kembali menyapa pengunjung. Pantuan NusaBali.com, Kamis (19/6/2025), para pelaku UMKM yang mengisi 100-an booth yang disediakan mulai bersiap-siap. Wahana bianglala dan kawan-kawannya bahkan sudah bersiap sepekan lebih awal.
Johan Afrizal, pemilik stan permainan roda asmara misalnya tampak menata barang dan peralatan. Katanya, ia sudah mengisi booth sejak Selasa (17/6/2025), dimulai dengan mengirim barang ke lokasi dan Kamis siang baru mulai dibongkar dan ditata untuk menyambut PKB yang akan dibuka, Sabtu (21/6/2025) ini.
“Sudah masuk dari dua hari yang lalu, sekarang mulai menata. Mudah-mudahan PKB tahun ini lebih ramai dari tahun lalu atau tahun-tahun sebelumnya,” ujar Johan.
Selayaknya pasar malam, pameran UMKM yang dibuka Banjar Adat Kedaton menawarkan berbagai macam produk dan jasa. Ada yang menawarkan produk mode, kuliner, kerajinan, jasa hiburan seperti permainan ketangkasan, wahana permainan anak-anak, sampai wahana klasik khas pasar malam.
Kawasan pasar malam ini berada di luar tembok panyengker Taman Budaya yang rencananya dapat diakses melalui pintu barat dan pintu sementara di sisi utara di sebelah wantilan. Zona pasar malam pun terpecah dua karena areanya yang dilintasi sungai namun tetap terhubung jembatan.
Ketua Panitia Banjar Adat Kedaton Made Sudiatmika menuturkan bahwa pameran UMKM bernuansa pasar malam ini merupakan bentuk sinergi Pemerintah Provinsi Bali dengan Banjar Adat Kedaton. Selain itu, keberadaan pasar malam legendaris ini merupakan saksi bisu perkembang PKB dalam empat dekade terakhir.
“Banjar Kedaton sudah bersinergi dengan pemerintah sejak PKB dari awal sampai hari ini. Tugas dari Banjar Kedaton itu adalah membantu pemerintah memfasilitasi parkir dan UMKM yang tidak terfasilitasi di dalam Art Centre,” beber Sudiatmika yang juga mantan Kelian Adat Banjar Kedaton sebelumnya ini, Kamis petang.
Kata Sudiatmika, area parkir dan pasar malam PKB di Banjar Kedaton merupakan pelaba Pura Luhuran Bingin yang berada di sebelah timur Balai Banjar Kedaton saat ini. Gedung Ksirarnawa sendiri merupakan gedung ikonik Taman Budaya yang berdiri di atas pelaba pura yang disucikan krama Banjar Adat Kedaton tersebut.
Awalnya, tanah pelaba yang kini difungsikan sebagai parkir dan pasar malam ini dahulu sepenuhnya digunakan sebagai tempat parkir pengunjung PKB. Seiring perkembangan festival kesenian yang bermula tahun 1979 itu, sebagian area pelaba pura lantas dipakai mengakomodir UMKM yang tidak terfasilitasi di dalam Taman Budaya.
Hal senada disampaikan Bendesa Adat Sumerta I Made Ariawan Payuse. Kata dia, sebelum ada Gedung Ksirarnawa, sisi barat Taman Budaya tersebut merupakan tegalan rimbun. Kemudian, sebagian pelaba pura tersebut diminta pemerintah untuk pembangunan Taman Budaya yang kemudian jadi lokasi Gedung Ksirarnawa.
“Saat itu ada pembicaraan dari tetua kami, apakah tidak bisa supaya pedagang asongan tidak berantakan di dalam Taman Budaya, bisa tidak kami saja yang mengelola di sini,” ungkap Payuse ketika ditemui di Bale Desa Adat Sumerta, Jalan Nusa Indah Nomor 62, Denpasar, Jumat (20/6/2025).
Payuse sendiri tidak mengetahui pasti tahun berapa Gedung Ksirarnawa dibangun. Namun, dari cerita tetua, Gubernur Bali Prof IB Mantra disebut pernah turun langsung ke Banjar Adat Kedaton untuk bernegosiasi terkait pembangunan Gedung Ksirarnawa di atas pelaba Pura Luhuran Bingin ini.
Area yang awalnya dipakai mengakomodir pedagang asongan yang membludak di dalam Taman Budaya ini lantas berkembang beriringan dengan festival seni yang digagas Prof Mantra tersebut. Kini, meski secara kepanitiaan dan pengelolaan terpisah dari hajatan PKB, pasar malam Banjar Kedaton dan PKB tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
“Dari hasil semuanya ini (sewa booth pasar malam), dipakai ngaci upacara yang ada di Pura Luhuran Bingin dan dua pura lain yang berada di dalam kawasan pelaba pura,” tegas Sudiatmika, sembari menolak mengungkap tarif sewa booth UMKM yang disediakan Banjar Kedaton.
Seratusan booth UMKM yang disediakan Banjar Kedaton terbuka untuk masyarakat umum. Meski kesan yang melekat adalah pasar malam, banyak UMKM lokal Bali yang tidak terfasilitasi di dalam Taman Budaya berhasil terakomodir di sini. Mereka ada yang menawarkan produk-produk mode sampai kuliner. *rat
Pada PKB XLVII Tahun 2025 ini, pasar malam legendaris ini kembali menyapa pengunjung. Pantuan NusaBali.com, Kamis (19/6/2025), para pelaku UMKM yang mengisi 100-an booth yang disediakan mulai bersiap-siap. Wahana bianglala dan kawan-kawannya bahkan sudah bersiap sepekan lebih awal.
Johan Afrizal, pemilik stan permainan roda asmara misalnya tampak menata barang dan peralatan. Katanya, ia sudah mengisi booth sejak Selasa (17/6/2025), dimulai dengan mengirim barang ke lokasi dan Kamis siang baru mulai dibongkar dan ditata untuk menyambut PKB yang akan dibuka, Sabtu (21/6/2025) ini.
“Sudah masuk dari dua hari yang lalu, sekarang mulai menata. Mudah-mudahan PKB tahun ini lebih ramai dari tahun lalu atau tahun-tahun sebelumnya,” ujar Johan.
Selayaknya pasar malam, pameran UMKM yang dibuka Banjar Adat Kedaton menawarkan berbagai macam produk dan jasa. Ada yang menawarkan produk mode, kuliner, kerajinan, jasa hiburan seperti permainan ketangkasan, wahana permainan anak-anak, sampai wahana klasik khas pasar malam.
Kawasan pasar malam ini berada di luar tembok panyengker Taman Budaya yang rencananya dapat diakses melalui pintu barat dan pintu sementara di sisi utara di sebelah wantilan. Zona pasar malam pun terpecah dua karena areanya yang dilintasi sungai namun tetap terhubung jembatan.
Ketua Panitia Banjar Adat Kedaton Made Sudiatmika menuturkan bahwa pameran UMKM bernuansa pasar malam ini merupakan bentuk sinergi Pemerintah Provinsi Bali dengan Banjar Adat Kedaton. Selain itu, keberadaan pasar malam legendaris ini merupakan saksi bisu perkembang PKB dalam empat dekade terakhir.
“Banjar Kedaton sudah bersinergi dengan pemerintah sejak PKB dari awal sampai hari ini. Tugas dari Banjar Kedaton itu adalah membantu pemerintah memfasilitasi parkir dan UMKM yang tidak terfasilitasi di dalam Art Centre,” beber Sudiatmika yang juga mantan Kelian Adat Banjar Kedaton sebelumnya ini, Kamis petang.
Kata Sudiatmika, area parkir dan pasar malam PKB di Banjar Kedaton merupakan pelaba Pura Luhuran Bingin yang berada di sebelah timur Balai Banjar Kedaton saat ini. Gedung Ksirarnawa sendiri merupakan gedung ikonik Taman Budaya yang berdiri di atas pelaba pura yang disucikan krama Banjar Adat Kedaton tersebut.
Awalnya, tanah pelaba yang kini difungsikan sebagai parkir dan pasar malam ini dahulu sepenuhnya digunakan sebagai tempat parkir pengunjung PKB. Seiring perkembangan festival kesenian yang bermula tahun 1979 itu, sebagian area pelaba pura lantas dipakai mengakomodir UMKM yang tidak terfasilitasi di dalam Taman Budaya.
Hal senada disampaikan Bendesa Adat Sumerta I Made Ariawan Payuse. Kata dia, sebelum ada Gedung Ksirarnawa, sisi barat Taman Budaya tersebut merupakan tegalan rimbun. Kemudian, sebagian pelaba pura tersebut diminta pemerintah untuk pembangunan Taman Budaya yang kemudian jadi lokasi Gedung Ksirarnawa.
“Saat itu ada pembicaraan dari tetua kami, apakah tidak bisa supaya pedagang asongan tidak berantakan di dalam Taman Budaya, bisa tidak kami saja yang mengelola di sini,” ungkap Payuse ketika ditemui di Bale Desa Adat Sumerta, Jalan Nusa Indah Nomor 62, Denpasar, Jumat (20/6/2025).
Payuse sendiri tidak mengetahui pasti tahun berapa Gedung Ksirarnawa dibangun. Namun, dari cerita tetua, Gubernur Bali Prof IB Mantra disebut pernah turun langsung ke Banjar Adat Kedaton untuk bernegosiasi terkait pembangunan Gedung Ksirarnawa di atas pelaba Pura Luhuran Bingin ini.
Area yang awalnya dipakai mengakomodir pedagang asongan yang membludak di dalam Taman Budaya ini lantas berkembang beriringan dengan festival seni yang digagas Prof Mantra tersebut. Kini, meski secara kepanitiaan dan pengelolaan terpisah dari hajatan PKB, pasar malam Banjar Kedaton dan PKB tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
“Dari hasil semuanya ini (sewa booth pasar malam), dipakai ngaci upacara yang ada di Pura Luhuran Bingin dan dua pura lain yang berada di dalam kawasan pelaba pura,” tegas Sudiatmika, sembari menolak mengungkap tarif sewa booth UMKM yang disediakan Banjar Kedaton.
Seratusan booth UMKM yang disediakan Banjar Kedaton terbuka untuk masyarakat umum. Meski kesan yang melekat adalah pasar malam, banyak UMKM lokal Bali yang tidak terfasilitasi di dalam Taman Budaya berhasil terakomodir di sini. Mereka ada yang menawarkan produk-produk mode sampai kuliner. *rat
Komentar