nusabali

Warga Pemaron Kembali Mesadu ke Bupati Soal Kebisingan PLTGU Pemaron

‘Kami Sudah Bongol, Pernapasan Sesak’

  • www.nusabali.com-warga-pemaron-kembali-mesadu-ke-bupati-soal-kebisingan-pltgu-pemaron

Dampak operasional PLTGU Pemaron ini disebut tidak hanya dirasakan warga Desa Pemaron, tetapi juga warga desa tetangga seperti Desa Panji Anom, Tukadmungga, Panji hingga Baktiseraga.

SINGARAJA, NusaBali
Belasan warga Desa Pemaron, Kecamatan/Kabupaten Buleleng kembali mesadu (mengadu) ke Bupati Buleleng, Senin (16/6) kemarin. Mereka menyampaikan kekesalannya terhadap polusi suara bising yang ditimbulkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Pemaron yang kini beroperasi menggunakan mesin diesel. Warga menuntut solusi paten terhadap persoalan di lingkungan mereka.

Perwakilan warga penghuni perumahan BTN Nirwana Mariono mengatakan, sejak PLTGU ini kembali beroperasi, mereka merasa sangat terganggu karena asap, getaran dan kebisingan dari pembangkit listrik ini. Dampaknya semakin dirasakan masyarakat sekitar 7-8 bulan terakhir. Semenjak PLTGU Pemaron mengganti sumber pembangkit yang semula menggunakan gas beralih menjadi diesel.

“Saya sudah tinggal di sana sekitar tahun 2020, aman-aman saja. Baru 7-8 bulan ini merasa sakit hati, sakit pikiran dan jiwa juga, karena setiap hari terpapar dampaknya. Menurut informasi ada 140 mesin diesel yang satunya sebesar kontainer dan itu belum dipasang semuanya, kami sudah bongol, pernapasan juga sudah sesak, apalagi semua beroperasi,” ucap Mariono yang jarak rumahnya dengan PLTGU hanya 50 meter.

Sebelum PLTGU Pemaron beroperasi kembali, manajemen memang sempat melakukan sosialisasi. Hanya saja dalam pertemuan tersebut warga tidak mengiyakan, namun sudah langsung beroperasi. Warga terdampak pun sudah beberapa kali menyampaikan keluhan mereka ke Pemdes Pemaron, ke Bupati sudah dua kali, namun sejauh ini hanya ada pengurangan jam operasional. Semula PLTGU beroperasi dari pukul 08.00 wita-22.30 wita, setelah ada keluhan warga dikurangi dari pukul 08.00 wita-20.30 wita.

“Intinya kami ingin solusi. Kalau memang bisa diberhentikan, ya berhentikan. Tapi kalau tidak bisa dihentikan, bebaskan lahan kita agar kita tidak menderita batin,” tegas dia. Dampak operasional PLTGU Pemaron ini pun disebut tidak hanya dirasakan warga Desa Pemaron, tetapi juga warga desa tetangga seperti Desa Panji Anom, Desa Tukadmungga, Desa Panji hingga Desa Baktiseraga.

Sementara itu, perwakilan warga diterima langsung Wakil Bupati Buleleng Gede Supriatna. Pejabat asal Desa/Kecamatan Tejakula, Buleleng ini mengaku sudah menginstruksikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kepala Satpol PP Buleleng untuk datang lagi ke PLTGU Pemaron. Supriatna menyebut belum mengetahui ada perubahan sistem pembangkit dari gas ke diesel.

“Nanti akan kiat dalami lagi, seperti apa kok bisa terjadi perubahan sumber tenaga pembangkit listrik ini. Karena dampak ini menurut masyarakat dirasakan setelah ada perubahan sistem. Nanti Satpol PP dan DLH cari info pasti dan detailnya ke manajemen, baru nanti lihat solusi apa yang bisa diambil,” kata Supriatna.7 k23

Komentar