Kakak–Adik Siswa SD di Bebandem, Karangasem, Derita Diabetes
Rutin Suntik Insulin 3–4 Kali Sehari, Si Kakak Juga Sakit Glaukoma
Ayah kedua bocah menyatakan, anaknya dulu sering mengonsumsi makanan dan minuman siap saji dengan pemanis yang dibeli di sekolah.
AMLAPURA, NusaBali
Dua orang kakak beradik, Gede Agus Sukmawan, 13, kelas VI sekolah dasar (SD) dan Kadek Junartawan, 9, kelas III SD, dari Banjar Tihingan Kauh, Desa/Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem didapati menderita sakit diabetes mellitus. Karena sakitnya, keduanya harus rutin disuntik insulan tiga hingga empat kali sehari. Bahkan Agus Sukmawan kini mengalami glaukoma.
Informasi yang dihimpun NusaBali di rumah kedua anak di Banjar Tihingan Kauh, Desa/Kecamatan Bebandem, Sabtu (14/6), saat didiagnosa, kadar gula darah Agus Sukmawan mencapai 500. Sedangkan sang adik, Junartawan kadar gula darahnya 1.000.
Agus Sukmawan menderita diabetes sejak duduk di bangku kelas IV. Awalnya sang adik Junartawan pada tahun 2023 saat dia umur 7 tahun duduk di kelas I yang terdeteksi diabetes. Ciri-ciri badannya kurus dan sempat pingsan di sekolah. Karenanya dia dikira menderita cacingan. Setelah diperiksakan di Puskesmas Bebandem, terungkap kadar gulanya saat itu 1.000. Menyusul 6 bulan kemudian sang kakak menunjukkan gejala yang sama.
Sejak menderita diabetes, penglihatan Agus Sukmawan terganggu. Walau telah memakai kacamata tetap tidak bisa melihat secara normal terutama saat membaca dan menulis.
Khusus untuk menangani penyakit diabetes, Puskesmas Bebandem merujuk kedua bocah tersebut ke RS BaliMed, Karangasem. Sedangkan untuk penanganan glaukoma dirujuk ke RS Bali Mandara, Denpasar.
Sejak dua tahun belakangan, kedua bocah ini mesti rutin suntik insulin sebanyak tiga hingga empat kali sehari. Penyuntikan dilakukan oleh sang ayah, Wayan Manis. “Saya suntikkan insulin ke kedua anak saya. Kadang suntik di lengan, kadang di paha. Kalau terlambat suntik insulin, badannya lemas,” kata Wayan Manis.
Setelah ditelusuri, menurut Wayan Manis, penyebab diabetes yang dialami anaknya, karena si anak terbiasa mengonsumsi makanan dan minuman siap saji rasa manis di sekolah.
"Selama ini orangtua tidak ada riwayat sakit diabetes. Kedua anak itu lahir normal,” kata Wayan Manis.
Pengobatan kedua bocah tersebut menggunakan BPJS Kesehatan. Namun, Wayan Manis yang bekerja sebagai buruh cetak beton, dan istrinya Ni Luh Sukami sebagai penganyam besi untuk kebutuhan cetak beton, mengalami kesulitan biaya transport dan konsumsi saat membawa anaknya melakukan pemeriksaan. Orangtua kedua bocah yang bekerja di tempat yang sama di dekat rumah mereka, tidak punya alat transportasi (sepeda motor) untuk mengantar sang anak, sehingga perlu bantuan tetangganya.
Kelian Banjar Tihingan Kauh I Wayan Puria, mengatakan sejak Junartawan ditemukan pingsan di sekolah, dirinya langsung berkoordinasi dengan petugas Puskesmas Bebandem, kemudian melakukan cek darah. “Junartawan ketahuan menderita diabetes sejak umur 7 tahun, semasih kelas I SD, sekarang kan kelas III,” kata Wayan Puria.
Menyusul Agus Sukmawan ketahuan menderita diabetes. Sejak itu, keduanya rutin mendapat penanganan medis.
“Saya berharap petugas medis melakukan penyisiran di sekolah-sekolah. Mungkin saja ada siswa lain menderita diabetes, karena melakukan pola makan yang sama,” ucap Wayan Puria.
Perbekel Bebandem I Gede Partadana juga mengharapkan hal yang sama. “Ya, bukan saja di sekolah kedua anak itu melakukan penyisiran, juga di sekolah lain. Sedapat mungkin, kantin dilarang menjual jajanan siap saji yang menggunakan pemanis,” kata Partadana.
Secara terpisah Direktur RS BaliMed Karangasem dr I Nengah Suranten dikonfirmasi terkait adanya dua siswa SD yang menderita diabetes, secara rutin menjalani pemeriksaan di RS BaliMed, dirinya menyatakan belum dapat laporan. “Sabar ya saya cek dulu,” ujar dr Suranten.
Menanggapi kondisi tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem dr I Gusti Bagus Putra Pertama MM, menyatakan akan melakukan penyisiran di sekolah SD, dan melakukan pantauan ke kantin-kantin sekolah, agar tidak lagi ada jualan jajan mengandung pemanis sintetis.
“Nanti lakukan kunjungan ke rumah anak itu, juga melakukan penyisiran ke sekolah asal anak tersebut,” ujar Gusti Pertama.
Dia juga menyarankan agar terus menjalani terapi, menyuntikkan insulin untuk mengendalikan kadar gula darah. Juga diimbangi mengonsumsi makanan nasi beras merah, kentang, dan ubi. “Agar tidak semakin parah, memang harus dikendalikan dengan suntikan insulin, sesuai saran dari RS BaliMed,” kata Gusti Pertama.
Sementara itu, relawan Luh Getas yang sempat mengunjungi rumah kedua bocah itu mengaku prihatin. “Saya hanya membawa bantuan berupa bekal sekolah Rp 5,85 juta ditambah beras dan telur,” kata Luh Getas. 7 k16
Komentar