nusabali

Ditinggal Coca-Cola, Werdi Bhuwana Kehilangan Ikon Desa

  • www.nusabali.com-ditinggal-coca-cola-werdi-bhuwana-kehilangan-ikon-desa

MANGUPURA, NusaBali.com - PT Coca-Cola Bottling Indonesia resmi menutup pabrik mereka di Desa Werdi Bhuwana, Mengwi, Badung. Keputusan strategis perusahaan multinasional ini membuat warga desa setempat merasa kehilangan.

Hal tersebut disampaikan Perbekel Desa Werdi Bhuwana I Ketut Sadia Wijaya ketika ditemui di sela mendampingi kunjungan lapangan Komisi IV DPRD Badung di pabrik minuman bersoda yang berlokasi di Jalan Denpasar-Singaraja tersebut, Jumat (13/6/2025).

“Ya, kami merasakan kehilangan,” ungkap Perbekel Sadia kepada NusaBali.com.

Kata Sadia, Coca-Cola masuk ke Werdi Bhuwana pada tahun 1983. Kala itu, tahapan pembangunan pabrik sedang berjalan. Pabrik yang berlokasi di Banjar Sayan Baleran, Desa Werdi Bhuwana itupun akhirnya beroperasi setahun berikut.

“Kebetulan, tanah pabrik ini dulunya punya kerabat, dua kepala keluarga, yang dibeli Coca-Cola. Tapi, saat itu tidak tahu peruntukannya apa,” beber Sadia.

Ketika merek asal Amerika Serikat itu masuk ke wilayah Desa Werdi Bhuwana sekarang, desa dinas yang terdiri dari Desa Adat Denkayu dan Banjarsayan ini masih jadi bagian Desa Mengwi. Desa Werdi Bhuwana yang definitif baru diresmikan tahun 1994.

Sadia menuturkan Coca-Cola sangat terkenal di tahun 1980-an. Kata Perbekel Werdi Bhuwana pertama yang terpilih pasca reformasi (2003) dan kembali menjabat di periode 2021-2027 ini, pabrik Coca-Cola menyerap ratusan pekerja dari warga setempat. Namun, pekerja pabrik mulai berkurang sejak tahun 2010.

Sebelum pabrik ditutup sejak Selasa (10/6/2025) dan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 55 pekerja, Sadia mengatakan sekitar 20 warganya masih bekerja di pabrik berusia 41 tahun ini. Ia menilai, Coca-Cola telah berkontribusi besar ke desa, bahkan dari segi branding Desa Werdi Bhuwana.

“Mendapat kabar ini ditutup, kami kaget dan merasa kehilangan. Karena selama ini ciri khas desa kami adalah Coca-Cola. Orang lebih kenal Desa Coca-Cola daripada Werdi Bhuwana,” ujar Perbekel Sadia.

“Kalau bilang Werdi Bhuwana, orang tidak tahu di mana. Kalau bilang Desa Adat Banjarsayan, dikira yang di Ubud. Bilang Coca-Cola, baru orang tahu lokasinya di jalan raya menuju Bedugul,” lanjutnya.

Selain sudah jadi ikon desa, keberadaan pabrik PT Coca-Cola Bottling Indonesia diakui Sadia berdampak finansial terhadap desa adat. Sebab, perusahaan rutin memberi punia kepada Desa Adat Banjarsayan dan Banjar Adat Sayan Baleran masing-masing Rp 3 juta per bulan.

Selain desa adat, banjar dinas di lingkungan Desa Adat Banjarsayan seperti Banjar Sayan Baleran yang jadi lokasi pabrik, Banjar Sayan Delodan, dan Banjar Binong juga mendapat punia. Masing-masing banjar dinas ini diberikan Rp 1 juta per bulan.

“Selama ini kalau ada kegiatan baik di desa adat dan desa dinas, kami pasti dibantu. Begitu juga dengan bantuan minumannya itu sendiri, diberikan jika ada event-event di desa,” tutur Sadia.

Sadia juga mengungkap bahwa sebelum rencana penutupan pabrik mengemuka ke publik, manajemen Coca-Cola sudah sowan ke desa adat dan desa dinas. Kata dia, pabrik Coca-Cola ini tidak menutup kemungkinan akan dibuka kembali jika angka penjualan di Bali sudah membaik. *rat

Komentar