Ary Kencana Serahkan Donasi Penggemar Petruk
Momentum Lebih Menghargai Seniman Legendaris
DENPASAR, NusaBali - Penyanyi Ary Kencana memberikan dukungan kepada pemain drama gong legendaris I Nyoman Subrata alias Petruk yang kini tengah mendapat perhatian setelah tahun ini tidak terlibat dalam pementasan drama gong legendaris di Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 Tahun 2025.
Ary Kencana mengunjungi langsung Petruk di kediamannya di Desa Kawan, Kecamatan/Kabupaten Bangli pada, Sabtu (7/6) sembari menyerahkan donasi dari para penggemar Petruk dan drama gong.
Ary Kencana mengatakan, donasi yang terkumpul mencapai Rp 8 juta. Jumlah tersebut kemudian diserahkan kepada Petruk sebesar Rp 6 juta dan Rp 2 juta kepada pemain drama Sang Ketut Arsa atau Perak yang juga mengikuti jejak Petruk tidak pentas di PKB tahun ini.
“Rp 2 juta tiyang kasih Ajik Perak, Rp 6 juta tiyang kasih Bapa Petruk,” kata pelantun ‘Sayangin Saenune Maurip’ ini. Lagu ‘Sayangin Saenune Maurip’ memang menjadi salah satu inspirasi Ary Kencana memberikan dukungan kepada para pemain drama gong lawas. Menurutnya, para seniman legendaris berhak mendapat apresiasi di masa senjanya. Ary mengatakan polemik yang terjadi belakangan, terlepas Petruk dilarang ataupun karena tidak bersedia tampil di PKB, telah membuat para seniman senior berada dalam situasi serba sulit.
Menurut Ary, salah satu sebab masyarakat banyak memberikan dukungan kepada Petruk karena di usianya yang sudah tidak muda lagi Petruk yang telah menghibur masyarakat Bali selama ini, layak mendapat apresiasi alih-alih tekanan dalam berkesenian.
“Kalau (kepada seniman) muda mungkin empati masyarakat beda, ini karena sudah lingsir sekali, mental beliau kan beda,” ujar Ary. Ary mengatakan, donasi masih terus mengalir saat ini. Bahkan jumlahnya melebihi donasi yang sudah diserahkan.
“Masih lagi ada dananya masih sekitar Rp10 juta ada masuk,” ungkapnya. Ary sendiri telah menjadi penggemar Petruk sejak kecil. Menurutnya eksistensi Petruk melintasi tiga generasi. Terbukti, setelah dirinya dewasa menjadi musisi dan kini membangun bisnis, Petruk masih mampu tampil di atas panggung meski usianya sudah menginjak 77 tahun.
“Terus terang Bapa Petruk itu kritis, senang lihatnya ceplas ceplos. Cuma risikonya ada pencekalan, tapi itu mewakili orang-orang yang terzolimi, beliaunya sebagai pionir, berani,” ujar penyanyi bernama asli Gede Astawa ini. Ary berharap dengan polemik yang terjadi hari ini menjadi momentum semua pihak lebih menghargai para seniman legendaris yang telah berjasa melalui jalur kesenian. “Biasanya kalau sudah sakit atau meninggal baru dijenguk. Itu kan tidak berfungsi, paling (bantuannya) digunakan untuk ngaben,” tandas penyanyi ‘Hobby Kerawuhan’ ini. Sebelumnya pelawak kawakan I Nyoman Subrata dengan nama beken Petruk saat ditemui NusaBali di rumahnya di Banjar Kawan, Bangli, Jumat (6/6) mengaku tidak akan surut melawak. Dia memastikan komit untuk menghibur penggemarnya. Hanya saja dia tidak akan melawak di paguyuban drama gong (Paguyuban Drama Gong Lawas), melainkan bisa pada pertunjukan lain seperti prembon dan lainnya. Selain memenuhi kerinduan penggemar, melawak bagi Petruk sudah merupakan darah daging hidupnya.
"Saya sudah puluhan tahun melawak," ujar pelawak kelahiran 17 September 1949 ini. Petruk menuturkan dirinya sudah berkesenian melawak sejak duduk di bangku SMP melalui sekaa drama di banjar-banjar di lingkungan Kabupaten Bangli. Namun saat itu belum sebagai tokoh Petruk. Tokoh Petruk yang identik dengan dirinya kemudian ‘lahir’ tahun 1983, ketika dia menjuarai tokoh punakawan se Bali bersama pasangannya I Wayan Tarma atau Dolar (almarhum). Lomba tersebut digelar Pemda Bali kala itu. Dalam lomba tersebut juga dicari juara peran utama dan peran pembantu. "Untuk punakawan, lawakannya yang juara kami," ungkapnya.
Sejak saat itulah tokoh panggung Petruk itu berkibar dan menghibur hingga membuat gembira penonton dengan celetukan lawakan khas Petruk.
"Selama ini tak pernah ada yang komplain," ungkap pria yang sudah mekumpi (bercicit) ini. "Sudah ada 2 kumpi," katanya terkekeh. Menyusul polemik terkait tak boleh tampil di PKB karena materi lawakannya yang konon tidak etis karena ada kata memisuh (Bangsat), Petruk mengaku 'diserbu' pertanyaan dari mana-mana. Ada dari Lampung, Palembang, Sulawesi, Lombok dan tentu saja dari Bali. Selain ingin tahu, mereka bertanya apakah benar Petruk tak boleh tampil di PKB, mereka memberikan simpati dan dukungan kepada Petruk.
"Seperti semalam sampai jam satu (pukul 01.00 Wita) Pekak melayani (penelepon). Karena sudah larut, Kak (kakek) mohon maaf untuk mengaso. Karena itulah jam dasa (sepuluh) baru bangun. Biasanya jam delapan sudah bangun," ujarnya. Ditanya soal dirinya tetap bisa tampil di PKB, Petruk menegaskan dirinya tidak akan tampil bersama paguyuban drama gong, sekalian mundur dari paguyuban dimaksud. Namun sebagai seniman lawak, Petruk memastikan komit tetap ngelawak menghibur penonton, bisa dalam bentuk hiburan lain seperti prembon. 7 adi
Komentar