nusabali

Saat Tunjung di Penjor Menari: Karya Inovatif ST Dharma Kerthi Songsong Piodalan di Pura Dalem Kedewatan

  • www.nusabali.com-saat-tunjung-di-penjor-menari-karya-inovatif-st-dharma-kerthi-songsong-piodalan-di-pura-dalem-kedewatan

DENPASAR, NusaBali.com – Menyambut piodalan di Pura Dalem Kedewatan Sanur, Sekaa Teruna (ST) Dharma Kerthi, Banjar Batan Poh, Desa Sanur Kaja, Denpasar Selatan, mempersembahkan karya Penjor bertema Tunjung Beru. Selain sebagai bagian dari ritual keagamaan, Penjor ini juga dilombakan dalam ajang lomba Penjor serangkaian piodalan yang jatuh pada 30 Mei 2025 mendatang.

Wakil Ketua ST Dharma Kerthi, I Made Diva Sanskaranatha, saat ditemui pada Minggu (25/5/2025), menjelaskan bahwa pengerjaan Penjor telah dimulai sejak tiga minggu lalu dengan estimasi anggaran sebesar Rp10 juta. Hingga saat ini, biaya yang telah dikeluarkan baru sekitar Rp5 juta.

“Tema Tunjung Beru kami ambil dari bunga teratai berwarna putih kebiruan dan ungu muda. Inspirasi datang dari keberadaan telaga dan bunga teratai yang tumbuh di area pelinggih Pura Dalem Kadewatan,” ujar Made Diva.

Yang membuat Penjor ini unik, kata Diva, adalah penggunaan sistem gerak mesin pada bagian tunjung (teratai) sebagai titik pusat atau center point. “Hingga hari ini, progres pengerjaan telah mencapai 70 persen dan tinggal menyelesaikan tahap akhir,” tambahnya.

Teknologi dan Tradisi dalam Satu Karya

Penjor yang dahulu identik dengan busung alami kini mengalami transformasi. Tren masa kini menunjukkan perpaduan antara seni tradisional dan teknologi modern. Penjor-penjor yang dipersiapkan oleh ST di berbagai banjar kini tidak hanya menjadi simbol sakral, tetapi juga sarana aktualisasi seni dan kreativitas generasi muda.

“Dulu Penjor hanya dianggap pelengkap Galungan, sekarang Penjor sudah seperti karya seni instalatif. Apalagi dalam momen lomba seperti ini, kreativitas menjadi nilai lebih. Sekarang Penjor bisa bergerak, berwarna, dan membawa pesan simbolik,” jelas Diva.

Untuk pewarnaan, pihaknya menggunakan cat tembok sebanyak 10 kilogram guna menyesuaikan dengan tren Penjor berwarna. Warna cerah seperti biru, ungu, dan putih mendominasi karya tersebut, sesuai tema Tunjung Beru.

Tantangan dan Harapan

Diva juga mengungkapkan tantangan yang dihadapi, salah satunya adalah kelangkaan bahan baku, khususnya ental, serta melonjaknya harga bahan. “Dulu harga ental gabung bisa Rp500 ribu, sekarang bisa tembus Rp700 ribu lebih. Tapi Astungkara semua berjalan lancar,” ujarnya.

Ia berharap, melalui karya Penjor ini, ST Dharma Kerthi dapat memberikan kontribusi positif terhadap pelestarian budaya, sekaligus membangkitkan semangat anak muda untuk tetap terlibat dalam kegiatan keagamaan dan seni tradisional.

“Semoga piodalan di Pura Dalem Kedewatan nanti berjalan labda karya, dan lomba Penjor ini bisa menjadi wadah untuk terus mengasah kreativitas kami di tengah perubahan zaman,” pungkasnya. *m03

Komentar