'Suara Yang Tak Terlihat', Inspirasi Ariyani dalam Antologi 'Srikandi Mengawasi'
DENPASAR, NusaBali - Pemilu bukan hanya soal kotak suara, tapi tentang suara-suara yang selama ini nyaris tak terdengar. Itulah pesan kuat dari tulisan Ketut Ariyani, Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat dan Hubungan Masyarakat (P2H) Bawaslu Bali, yang dituangkan dalam buku antologi perempuan bertajuk Srikandi Mengawasi.
Dalam kisah tulisan 'Suara Yang Tak Terlihat', Ariyani mengisahkan pengalamannya saat memperjuangkan hak politik kelompok rentan, terutama penyandang disabilitas, lansia, masyarakat adat, hingga perempuan di pelosok Bali. "Tulisan ini ingin menunjukan bahwa pemilu bukan hanya soal prosedur, tapi tentang keberanian, empati, dan komitmen untuk memastikan tidak ada satu suara pun yang tertinggal," paparnya saat menjelaskan mengapa dirinya memilih tema tersebut dalam kisah Srikandi.
Dengan buku ini, lanjut Ariyani, dirinya berharap dapat menginspirasi kaum perempuan, bahwa tidak ada batasan yang dapat membelenggu langkah anggun dari seorang wanita. "Dunia mungkin masih mencoba membungkus perempuan dengan label: terlalu lemah, terlalu tua, terlalu cerewet, namun lahirnya buku ini bisa menunjukan bahwa perempuan bisa kuat tanpa menghilangkan kelembutan, bisa tegas tanpa kehilangan empati," beber Ketua Bawaslu Bali periode 2018-2023 pada saat live di Instagram Bawaslu RI bersama Koordinator P2H Bawaslu sekaligus penulis utama, Lolly Suhenty, Senin (21/4).
Sebagai informasi ‘Srikandi Mengawasi’ merupakan kumpulan tulisan dari para perempuan inspiratif Bawaslu se-Indonesia yang berbicara tentang perjuangan, pengabdian, dan peran mereka di ruang-ruang politik. Buku ini menjadi refleksi nyata bahwa aksi perempuan mampu membawa perubahan bermakna dalam masyarakat. adi.
Komentar