Pemkot Siapkan 2.000 Bungkus Nasi Jinggo
2 Set Baleganjur Siap Iringi Ogoh-ogoh Melintasi Catur Muka
Pemkot Denpasar juga menyiapkan fasilitas kesehatan untuk situasi darurat, dan penyediaan toilet di fasilitas kantor walikota.
DENPASAR, NusaBali
Pemkot Denpasar menyiapkan menyiapkan 2.000 bungkus nasi jinggo untuk masyarakat yang menonton pawai ogoh-ogoh saat Pangerupukan, Tilem Kasanga, Jumat (28/3), yang akan melintasi kawasan Catur Muka. Selain itu juga disiapkan 2 set baleganjur untuk mengiringi ogoh-ogoh yang tidak membawa gamelan Bali.
Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi pemakaian sound system yang saat ini sudah resmi dilarang dan diperkuat dengan adanya Perda No 9 Tahun 2024 tentang Pelestarian Ogoh-ogoh di Kota Denpasar.
Walikota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, Selasa (25/3), mengemukakan meskipun pengarakan ogoh-ogoh menjadi rangkaian ritual yang merupakan kewenangan desa adat, pihaknya menegaskan bahwa Pemkot Denpasar mendukung penuh kegiatan ini sebagai bagian dari ritual dan tradisi di desa adat.
Kata Walikota Jaya Negara, Pemkot Denpasar menyiapkan gamelan baleganjur untuk ogoh-ogoh yang tak memiliki gamelan pengiring saat melintasi kawasan Catur Muka Denpasar. Ada dua set baleganjur yang disiapkan lengkap dengan penabuhnya.
“Dari pemerintah kota, untuk ogoh-ogoh yang ke Puputan tidak pakai perangkat gamelan, disiapkan dua set baleganjur di Puputan. Jangan khawatir saat melakukan atraksi tidak ada dukungan pengiring,” katanya.
Walikota Jaya Negara mengatakan Pemkot Denpasar juga menyiapkan fasilitas kesehatan untuk situasi darurat, dan penyediaan toilet di fasilitas kantor walikota. Dia juga menekankan bahwa Pangerupukan memiliki nilai spiritual yang tidak selayaknya diiringi dengan sound system.
Walikota Jaya Negara juga menyebut, pembagian nasi bungkus sebagai bentuk komitmen kepada sekaa teruna di desa adat Denpasar. Sebanyak 2.000 bungkus nasi jinggo ini akan diberikan kepada sekaa teruna yang terlibat untuk melestarikan budaya tanpa menggunakan sound system.
“Kami menyiapkan berbagai fasilitas saat arak-arakan ogoh-ogoh. Kami juga menyiapkan 2.000 bungkus nasi jinggo untuk sekaa teruna. Ini akan dibagikan sebagai komitmen mereka untuk melestarikan kebudayaan ogoh-ogoh tanpa menggunakan sound system,” kata Walikota Jaya Negara.
Sementara itu, sekaa teruna se-Desa Adat Denpasar sudah sepakat menolak penggunaan sound system dalam pengarakan ogoh-ogoh pada Hari Suci Nyepi Saka 1947. Keputusan ini diambil dalam rapat koordinasi yang dipimpin oleh Bendesa Adat Denpasar Anak Agung Ngurah Alit Wirakesuma di Wantilan Pura Dalem Kahyangan Badung, Desa Adat Denpasar beberapa waktu lalu.
Alit Wirakesuma menyampaikan bahwa pihaknya telah mengambil langkah-langkah dalam mengatur pengarakan ogoh-ogoh guna menjaga ketertiban dan kelestarian budaya.
Dengan adanya registrasi terhadap 87 sekaa teruna serta koordinasi dengan komunitas dan banjar setempat, diharapkan pengarakan ogoh-ogoh dapat berlangsung lebih teratur dan sesuai dengan Perwali serta Perda Kota Denpasar Nomor 9 Tahun 2024 tentang Pelestarian Ogoh-ogoh. 7 mis
Komentar