nusabali

Ogoh-Ogoh: Warisan Budaya Bali dalam Dinamika Seni dan Ritual

  • www.nusabali.com-ogoh-ogoh-warisan-budaya-bali-dalam-dinamika-seni-dan-ritual

DENPASAR, NusaBali.com - Dalam hitungan hari umat Hindu di Bali akan merayakan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947, pada Sabtu (29/3/2025). Namun, Nyepi tahun-tahun terakhir lebih identik dengan keriuhan Ogoh-ogoh yang diarak pada malam Pengerupukan atau pada malam sebelum Hari Raya Nyepi.

Fenomena ini mengundang banyak tanggapan. Tak sedikit yang mengingatkan bahwa Ogoh-ogoh adalah dinamika baru dalam kebudayaan Bali. Kemunculannya disebut baru muncul pada medio 1980an. Di sisi lain, tidak sedikit pula yang menghayati pengarakan Ogoh-ogoh berakar dari spirit Pengerupukan itu sendiri yang dimaknai untuk mempralina Butha Kala sebagai manifestasi sifat buruk. 

Akademisi Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar Dr Komang Indra Wirawan SSn MFil H atau akrab disapa Komang Gases mengatakan tradisi Ogoh-ogoh merupakan bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Raya Nyepi di Bali. Kata ‘Ogoh-ogoh’ berasal dari bahasa Bali, yaitu ‘ogah-ogah’, yang berarti digoyangkan atau digerakkan. Sesuai dengan namanya, patung raksasa ini diarak keliling desa saat prosesi Pengerupukan, sehari sebelum Nyepi.

“Meskipun bentuk modern Ogoh-ogoh mulai berkembang luas sejak 1980an, konsep arak-arakan patung raksasa yang melambangkan Bhuta Kala (kekuatan negatif) telah ada sejak zaman dahulu. Tradisi ini semakin populer sejak tahun 1983, pertama kali dipentaskan di Desa Kesiman, Denpasar, kemudian diperkenalkan secara luas pada Pesta Kesenian Bali (PKB) XII tahun 1990. Sejak itu, Ogoh-ogoh menjadi bagian dari Tawur Kesanga, yaitu upacara penyucian alam menjelang Nyepi, yang kemudian berkembang sebagai ekspresi seni, kreativitas, dan ajang kompetisi bagi masyarakat Bali,” jelas Komang Gases kepada NusaBali.com, Selasa (25/3/2025). 

Untuk mempertahankan serta melestarikan budaya ini, berbagai pihak seperti pemerintah, desa adat, yowana (pemuda), dan instansi terkait sering mengadakan perlombaan Ogoh-ogoh. Namun, menciptakan Ogoh-ogoh ‘berkualitas tinggi’ memerlukan pemahaman mendalam terhadap beberapa aspek penilaian.

Juri lomba Ogoh-ogoh Kasanga Fest ini mengungkapkan, perlombaan Ogoh-ogoh dinilai berdasarkan empat aspek utama. 

Pertama, Ideoplastis (Konsep dan Ide). Aspek ini menilai makna filosofis dan tematik dari Ogoh-ogoh yang dibuat.

Ogoh-Ogoh sering terinspirasi dari mitologi Hindu, seperti kisah dalam Ramayana, Mahabharata, atau legenda rakyat Bali. Selain itu, tema juga dapat diangkat dari fenomena sosial yang berkembang di masyarakat. Konsep yang baik harus memiliki pesan moral yang relevan dengan kehidupan masyarakat Bali.


Komentar