nusabali

Pendidikan Pratama Widyalaya Cening Bagus Denpasar

Wadah Pembelajaran bagi Penyandang Autisme

  • www.nusabali.com-pendidikan-pratama-widyalaya-cening-bagus-denpasar

DENPASAR, NusaBali - Berbeda dengan pendidikan usia dini pada umumnya, Pendidikan  Pratama Widyalaya Cening Bagus Denpasar menjadi ruang belajar bagi anak-anak yang memiliki gangguan pada saraf atau penyandang autisme.

Di Pratama Widyalaya Cening Bagus, anak-anak penyandang autisme dibimbing, diajarkan, dan dilatih menerima pengetahuan serta mendapatkan pembinaan karakter sesuai dengan tata krama agama Hindu. 

Kepala Sekolah Pratama Widyalaya Cening Bagus Denpasar Ida Ayu Made Sri Wahyuni, menjelaskan sistem pembelajaran yang diterapkan di sekolah berfokus membina, melatih, dan mengajar anak-anak penyandang autisme untuk menerima pengetahuan sebagaimana anak usia dini pada umumnya. Mereka diberikan pembelajaran sesuai dengan kemampuan masing-masing dan dilatih mengontrol emosi yang kerap diperlihatkan penyandang autisme. 

“Karena anak autis itu kan lebih dominan tidak tenang, kadang menyakiti diri dan teman di sekitarnya. Namun di sini mereka dibimbing untuk mengontrol dirinya dengan baik,” ujar Wahyuni saat ditemui di Pratama Widyalaya Cening Bagus Denpasar, Senin (17/3). 

Dalam pemberiaan materi pelajaran, menurutnya dilakukan sesuai dengan kurikulum yang sudah dibuatkan. Pemberian materi pelajaran dilakukan sesuai dengan kemampuan dari murid dan dilakukan secara bertahap. Bagi murid yang belum bisa verbal atau mengucapkan kata, itu dimasukkan dalam sesi satu. Pada sesi satu mereka akan dibimbing untuk melatih mengontrol diri dan diberikan pengenalan seputar pengetahuan umum yang dilakukan secara detail dan bertahap. “Jadi di sini kami menjelaskan kepada siswa secara detail, misalnya memperkenalkan ogoh-ogoh itu dari mulai kaki hingga kepalanya. Kemudian diselingi dengan perhitungan dasar, jumlah kaki, kepala, tangan dari ogoh-ogoh,” tutur Wahyuni.

Namun di sekolah ini juga ada murid yang sudah masuk kategori cerdas, bisa membaca, menghitung, menulis, dan mengembangkan bakat alaminya. Murid dengan kecerdasaan tersebut dimasukkan dalam sesi lain. “Karena tidak bisa menggabung mereka menjadi satu dengan ruangan yang terbatas. Kemudian juga supaya proses pembelajarannya bisa berjalan dengan baik agar bisa memberikan pengetahuan kepada murid tersebut secara bertahap dan detail. Jadi nanti bergantian, setelah sesi satu ini pulang nanti ada sesi berikutnya lagi,” ungkap Wahyuni. 

Selain membina karakter dan keterampilan, sekolah ini juga mengasah empati dari setiap murid dengan melakukan kegiatan sosial, salah satu di antaranya mengunjungi panti asuhan. “Jadi kami tidak hanya monoton pembelajaran dilakukan dalam kelas tetapi juga kita lakukan di luar kelas. Bahkan 50 persen kegiatan itu dilakukan di luar kelas. Bisa dibilang 50 persen teori dan 50 persen praktik,” katanya. 

Kepala Yayasan Ni Luh Putu Rahayu Prabandari, mengemukakan pendidikan  Pratama Widyalaya Cening Bagus Denpasar didirikan berawal permintaan dari orangtua penyandang autisme yang merasa susah mencari sekolah bagi anak-anaknya. “Kebetulan juga suami saya praktisi penyembuh terutama untuk penyembuhan anak autis. Jadi kami memutuskan bagaimana ya, kalau seandainya kita buatkan wadah untuk mereka dilatih supaya mereka memahami cara dan pola untuk sekolah,” kata Prabandari saat ditemui terpisah. 

Terkait dengan jumlah murid saat ini ada 68 murid yang masih aktif mengikuti pembelajaran. Untuk model pendidikan, bercirikan pendidikan agama Hindu dengan mengajarkan kepada mereka tata cara bersembahyang dengan benar sesuai tradisi Hindu. Hal ini dilakukan guna membentuk murid menjadi generasi Hindu yang hebat dan berkarakter baik. “Apalagi kami sekolah yang dinaungi dengan agama Hindu. Dengan begitu harapan kami ke depannya bagaimana kami membentuk generasi Hindu menjadi generasi yang hebat dengan memiliki karakter dan memiliki budi pekerti baik sesuai ajaran Hindu,” tandasnya. 7 cr80

Komentar