nusabali

Banyak Hotel Alami Pembatalan Pesanan

  • www.nusabali.com-banyak-hotel-alami-pembatalan-pesanan

Dampak efisiensi anggaran Pemerintah, industri pariwisata di Bali ikut loyo

MANGUPURA, NusaBali
Pelaku pariwisata Bali sedang menghadapi tantangan berat akibat efisiensi anggaran pemerintah dan menurunnya kunjungan wisatawan. Kebijakan penghematan anggaran yang diterapkan pemerintah pusat telah berdampak signifikan pada sektor pariwisata, terutama dengan dibatalkannya sejumlah acara dan pertemuan yang biasanya digelar di Bali. 

I Made Terimayasa, Ketua Bali Tourism Ecosystem Association (Btea), mengungkapkan bahwa banyak hotel mengalami pembatalan pesanan, terutama dari instansi pemerintah.

“Biasanya, transportasi masih bisa beroperasi karena ada pertemuan dari Kementerian BUMN di Bali. Namun, sekarang kegiatan menurun drastis,” ujar Terimayasa, Minggu (16/3). 

Kondisi ini diperparah dengan menurunnya kunjungan wisatawan domestik selama bulan puasa. “Kami berharap kolaborasi antar pelaku usaha bisa menjadi solusi untuk bertahan di tengah situasi yang sulit,” tambah Terimayasa. 

Efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah pusat telah memengaruhi seluruh sektor, termasuk pariwisata. Terimayasa menjelaskan, kebijakan ini menyebabkan pembatalan sejumlah acara dan pertemuan yang biasanya digelar di Bali.

“Biasanya, ada banyak pertemuan dan event dari instansi pemerintah yang mendatangkan peserta dari luar Bali. Sekarang, hampir semuanya dibatalkan,” ujar pelaku pariwisata asal Petang, Kabupaten Badung ini. 

Hal ini disebutnya berdampak langsung pada hotel, transportasi, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang bergantung pada kegiatan tersebut.

“Transportasi yang biasanya sibuk mengantar peserta meeting, sekarang sepi. Begitu juga dengan restoran dan usaha kecil lainnya,” tambah pengusaha transportasi dan kuliner ini. 

Untuk menghadapi tantangan ini, Btea berencana mengadakan berbagai event kreatif yang melibatkan pihak-pihak dari luar Bali.

“Kami akan mengundang perusahaan swasta, seperti finance dan distributor, untuk mengadakan event di Bali. Kami juga memohon dukungan dari pemerintah agar kegiatan pariwisata bisa terus berjalan,” jelas sosok yang pernah menjadi bellboy di salah satu hotel kawasan Legian ini. 

Sementara itu I Made Mendra Astawa, Pembina Btea, menekankan pentingnya kolaborasi dan kreativitas di tengah situasi sulit.

“Kami berkomitmen untuk tidak terjebak dalam perang harga. Yang bisa bertahan adalah mereka yang mampu berinovasi dan menawarkan paket wisata berkualitas,” ujarnya. 

Mendra juga mengingatkan pelaku usaha untuk belajar dari pengalaman masa lalu. “Dulu, water sport ramai karena harga murah, tapi akhirnya banyak yang gulung tikar. Yang bertahan adalah mereka yang menjaga kualitas dan tidak tergoda untuk menurunkan harga secara drastis,” tegasnya. 

Meski menghadapi tantangan, Mendra optimistis bahwa sektor pariwisata Bali akan kembali pulih. “Kita harus belajar dari pengalaman. Badai ini pasti berlalu. Yang penting, kita tetap menjaga kualitas dan identitas budaya Bali sebagai daya tarik utama,” ujarnya. 

Ia juga berharap pemerintah dapat memberikan dukungan lebih besar, terutama dalam mempromosikan Bali sebagai destinasi wisata berkualitas.

“Kita tidak ingin hanya mengandalkan wisatawan dengan paket murah. Tujuannya adalah menarik wisatawan yang menghargai budaya dan keunikan Bali,” tambah Mendra. 

Dalam upaya mempererat silaturahmi dan membangun kolaborasi, Btea menggelar acara ‘Travel Agent Gathering dan Buka Puasa Bersama’ pada Jumat (14/3) di Hotel Horison Le Aman, Jimbaran, Badung. Acara ini dihadiri oleh puluhan pelaku pariwisata, termasuk travel agent, pengusaha hotel, dan restoran.  Terlihat juga Bidang Sumber Daya Pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, I Gusti Ngurah Ary Wismawan.

“Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga membahas solusi untuk menghadapi tantangan yang sedang kami hadapi,” ujar Terimayasa.  7mao

Komentar