nusabali

Vaksin DBD Belum Masuk Imunisasi Wajib, Efektif Cegah Demam Berdarah Dengue

  • www.nusabali.com-vaksin-dbd-belum-masuk-imunisasi-wajib-efektif-cegah-demam-berdarah-dengue

Vaksin yang diimpor dari Jepang ini untuk satu paketnya bisa didapatkan dengan biaya Rp 1 juta-Rp 1,5 juta yang dapat memberikan dampak kebal DBD 4-5 tahun.

SINGARAJA, NusaBali
Pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti, tidak hanya dengan melakukan 3M (Menguras, Menutup dan Mendaur Ulang) Plus dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pencegahan juga bisa dengan vaksinasi DBD. Hanya saja, jenis vaksin ini belum menjadi prioritas pemerintah pusat dan daerah.

Vaksin DBD sebenarnya sudah ada sejak 5 tahun terakhir. Vaksin ini juga sudah bisa didapatkan di sejumlah praktek dokter di Buleleng. Hanya saja vaksinasi ini masih berbayar, karena belum disediakan pemerintah. Vaksin DBD dapat diberikan kepada orang berumur 6-45 tahun sebanyak dua kali suntikan dengan jeda waktu 2-3 bulan. Vaksin yang diimpor dari Jepang ini untuk satu paketnya bisa didapatkan dengan biaya Rp 1 juta-Rp 1,5 juta yang dapat memberikan dampak kebal DBD 4-5 tahun.

Dirut RSUD Buleleng dr Putu Arya Nugraha dikonfirmasi Minggu (23/2) kemarin menjelaskan, vaksin DBD ini memang belum ada di rumah sakit pemerintah. Sebab pengadaannya belum menjadi prioritas pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

“Di praktek dokter swasta sudah ada beberapa tetapi tidak banyak, karena harganya cukup mahal. Tetapi kalau lihat manfaatnya dengan harga segitu cocoklah dibandingkan dengan resiko DBD yang sangat berbahaya,” ucap Arya Nugraha.

Menurutnya, dari sisi kesehatan, Buleleng yang kasus DBD-nya selalu muncul setiap tahun dan pernah pecah telur sebagai daerah dengan kasus DBD tertinggi nasional, kebutuhan vaksin DBD ini sangat mendesak. Pemerintah daerah, menurutnya, bisa saja mengadakan vaksin DBD, seperti di Kota Balikpapan. Hanya saja, hal tersebut kembali ke kebijakan dan kemampuan pemerintah daerah.

“Balikpapan memberikan vaksin DBD kepada siswa, karena paling banyak pasien DBD rentang usia anak-anak dan remaja yang terkena gigitan di sekolah. Ini hampir saja kondisinya dengan Buleleng. Mudah-mudahan kedepan bisa diupayakan, karena fatalitas DBD ini cukup tinggi,” imbuh dia.

Sementara itu, informasi berkembang perusahaan farmasi di Indonesia akan mengembangkan vaksin DBD ini, sehingga tidak perlu mengimpor dari Jepang yang membuat harganya mahal. Jika bisa diproduksi di dalam negeri, harga vaksin akan lebih terjangkau dan potensi untuk disiapkan anggaran dari pemerintah akan lebih besar.

Data Dinas Kesehatan Buleleng mencatat, jumlah kasus DBD pada Januari 2025 sebanyak 120 kasus. Jumlah kasus di awal tahun ini meningkat dari data kasus akhir tahun 2024 lalu. Yakni pada November 2024, jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 111. Kemudian meningkat menjadi 171 kasus pada Desember. Puncak kasus DBD tahun 2024 terjadi pada April dengan 348 kasus.7 k23

Komentar