nusabali

1.200 Cakep Lontar Berhasil Dikonservasi Selama Bulan Bahasa Bali 2025

  • www.nusabali.com-1200-cakep-lontar-berhasil-dikonservasi-selama-bulan-bahasa-bali-2025

MANGUPURA, NusaBali - Salah satu agenda Bulan Bahasa Bali VII Tahun 2025 adalah Festival Konservasi Lontar. Selama festival konservasi lontar berlangsung yang dimulai di Klungkung, Selasa (4/2/2025), telah berhasil merawat, mengidentifikasi, dan mengkatalogkan lebih dari 1.200 cakep lontar dari enam kabupaten di Bali.

Data ini disampaikan Pamong Budaya Ahli Muda Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Ida Bagus Made Purwita Suamem, yang memimpin agenda festival konservasi lontar di lapangan bersama Penyuluh Bahasa Bali. 

“Selama Bulan Bahasa Bali VII ini, kami menargetkan 1.500 cakep lontar di seluruh kabupaten/kota. Sekitar 1.200 lebih cakep lontar sudah tercapai dari enam kabupaten ini,” ujar Purwita di sela konservasi lontar Geria Prabhu, Desa Werdi Bhuwana, Mengwi, Badung, Senin (17/2/2025). 

Hanya tiga kabupaten/kota yang belum disambangi yakni Karangasem, Gianyar, dan Kota Denpasar. Purwita meyakini target 1.500 cakep lontar untuk agenda festival konservasi lontar ini akan tercapai dengan ratusan cakep lontar yang belum dikonservasi di tiga kabupaten/kota tersebut. 

Selama proses konservasi di enam kabupaten, berbagai konten lontar berhasil didata seperti wariga, usada, tutur, puja weda, dan lain-lain. Menariknya, bukan lontar saja yang ditemukan Penyuluh Bahasa Bali. Ada pustaka wariga atau astronomi yang ditulis pada tika (papan). 

Purwita mengakui, proses konservasi di lapangan tidaklah mudah. Sebab, belum semua warga yang memiliki naskah lontar di rumahnya terbuka dengan program ini. Ada ketakutan soal lontar yang dianggap keramat, sampai keraguan soal lontar mereka akan diambil alih pemerintah. 

“Kalaupun bisa mengonservasi, tidak semuanya akan dikeluarkan oleh pemiliknya. Jujur saja, selama persiapan ini data rumah pemilik lontar yang bisa dikunjungi itu belum siap sampai dekat-dekat pembukaan Bulan Bahasa Bali,” imbuh Purwita yang juga putra sulinggih almarhum Ida Pedanda Gede Made Gunung. 

Meski begitu, kendala ini dimaklumi lantaran memang ada lontar-lontar tertentu yang tidak akan diturunkan pemiliknya pada hari sembarangan. Lontar tersebut seperti lelintihan keluarga, sampai Tutur Saraswati yang biasanya dimiliki geria dan sulinggih. 

“Lontar-lontar tersebut memang hanya diturunkan pada waktu tertentu, seperti ketika Hari Suci Saraswati, dan bahkan linggih-nya (tempat) pun berbeda,” tegas Purwita. 

Namun, masyarakat yang memiliki lontar diharapkan tidak ragu menghubungi Penyuluh Bahasa Bali yang sudah ada sampai tingkat desa. Yang pasti, kata Purwita, pemerintah tidak akan mengambil lontar milik masyarakat, apalagi lontar tersebut adalah warisan keluarga. 7 ol1

Komentar