Umat Tridharma Ikuti Ritual Ciswak di TITD Seng Hong Bio
SINGARAJA, NusaBali - Umat Tri Dharma menggelar ritual ciswak atau tolak bala, bertepatan dengan perayaan Cap Go Meh, Rabu (12/2) di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Seng Hong Bio di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Ritual ini berlangsung sejak pagi dan diikuti oleh ratusan umat.
Wakil Ketua Adat Kongco Seng Hong Bio, Bambang Setiawan (Tan Cun Lien) mengungkapkan, ritual ciswak hari ini diawali dengan sembahyang cap go meh pada pagi hari oleh tetua adat dan rohaniawan. Kemudian dilanjutkan dengan ritual ciswak bagi yang mengalami ciong. “Untuk yang ciong besar pada tahun ular kayu ini adalah shio ular dan shio babi. Sedangkan ciong kecil adalah shio macan dan monyet,” ungkapnya.
Ritual ciswak diawali dengan pendaftaran. Bagi umat dan simpatisan yang mendaftar wajib menyebutkan nama, umur dan shionya. Selanjutnya peserta ciswak akan dikelompokkan, di mana setiap kelompok terdiri dari 20 orang. Mereka akan diarahkan ke depan altar Tien Kong untuk melakukan persembahyangan.
“Pelaksanaan ritual ciswak dipandu tiga rohaniawan, yang salah satunya merupakan Laozi (guru). Setelah sembahyang di depan altar Tien Kong, peserta ciswak kemudian diarahkan untuk sembahyang di altar tengah Cong Sen Min, dan di altar yang mulia toakongco Seng Hong Ya. Ketika sembahyang, peserta juga wajib menyebutkan nama, umur dan shionya,” jelas Bambang.
Setelah persembahyangan, peserta ciswak akan diberikan Tirta penglukatan atau air suci. Rambut peserta ciswak juga akan dipotong sedikit untuk dimasukkan ke dalam amplop/angpau, yang selanjutnya dilarung ke laut. Kemudian ritual dilanjutkan dengan menyebar kacang.
Kata Bambang, secara umum makna dari ritual ciswak ini adalah untuk pembersihan dan menghindarkan dari segala mara bahaya dan masalah. Melalui ritual ciswak diharapkan pula peserta mendapat kesehatan, kesejahteraan, kebahagiaan dan kemakmuran selama tahun ular kayu ini.
Ritual ciswak di tempat ibadah yang berlokasi di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Buleleng ini berlangsung hingga pukul 13.00 wita. Diakui peserta dalam ritual ciswak tahun ini sangat banyak. Terutama dari sisi simpatisan. “Ritual ini terbuka untuk umum, terlepas dari etnis dan agama. Maka dari itu simpatisan yang ikut ritual ini datang dari seluruh Bali, ada dari Denpasar, Klungkung dan sebagainya. Bahkan ada yang datang dari Jawa juga,” imbuhnya.
Dalam ritual ciswak, umat juga melakukan ritual fangsen atau melepas makhluk hidup untuk kembali ke alam liar. Secara filosofis, ritual ini bertujuan untuk melepaskan mala dengan cara berbuat baik, yakni melepaskan makhluk hidup ke alam bebas.
Bambang menambahkan, biasanya hewan yang dilepasliarkan berupa burung dan penyu. Hewan-hewan tersebut dibawa sendiri oleh umat yang bersangkutan. "Hanya saja ritual fangsen ini tidak wajib. Itu lebih ke keinginan mereka sendiri," tutupnya.7 mzk
Komentar