Dorongan Kuat Menggaruk Kulit
MENGGARUK kulit dapat memperburuk peradangan dan pembengkakan. Namun di balik itu, menggaruk juga punya manfaat tertentu yang dapat menjelaskan mengapa dorongan alami terasa begitu kuat.
Dalam Medical Daily, yang dilansir dari antaranews, Jumat (31/1/2025), para peneliti yang melakukan penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Science, meneliti bagaimana gatal memengaruhi kulit tikus dengan dermatitis kontak alergi, sejenis eksim.
“Menggaruk sering kali menyenangkan, yang menunjukkan, agar dapat berevolusi, perilaku ini harus memberikan semacam manfaat. Penelitian kami membantu menyelesaikan paradoks ini dengan memberikan bukti menggaruk juga memberikan pertahanan terhadap infeksi bakteri pada kulit,” kata penulis senior Daniel Kaplan.
Untuk uji coba tersebut, para peneliti menggunakan alergen pemicu gatal untuk memicu gejala eksim di telinga tikus normal. Sementara beberapa tikus dibiarkan menggaruk, yang lain dilarang menggaruk menggunakan kalung kecil, mirip dengan yang digunakan oleh anjing.
Hasilnya mengejutkan: tikus yang menggaruk mengalami pembengkakan, kulit meradang yang dipenuhi sel imun yang disebut neutrofil, sementara mereka yang tidak dapat menggaruk mengalami peradangan yang jauh lebih ringan. Hal ini menegaskan tentang menggaruk memperburuk iritasi kulit daripada meredakannya.
Para peneliti menjelaskan hal ini terjadi karena menggaruk gatal memicu reaksi berantai di kulit. Saraf perasa nyeri melepaskan zat kimia yang disebut substansi P, yang mengaktifkan sel mast atau sel imun yang mengatur peradangan dan gatal.
Biasanya, sel mast merespons alergen, menyebabkan rasa gatal dan pembengkakan ringan. Namun, menggaruk memicu gelombang aktivasi kedua melalui substansi P, yang mengintensifkan peradangan dan membuat rasa gatal semakin parah.
Namun, sel mast tidak hanya menyebabkan iritasi, tetapi juga membantu melawan bakteri dan kuman lainnya. Hal ini membuat para peneliti penasaran untuk mengetahui apakah menggaruk benar-benar memengaruhi mikrobioma kulit.
Dalam percobaan lebih lanjut, tim menunjukkan menggaruk mengurangi jumlah Staphylococcus aureus, bakteri paling umum yang terlibat dalam infeksi kulit.
“Temuan menggaruk meningkatkan pertahanan terhadap Staphylococcus aureus menunjukkan kalau hal itu dapat bermanfaat dalam beberapa konteks. Namun, kerusakan yang ditimbulkan oleh garukan pada kulit mungkin lebih besar daripada manfaat ini jika gatalnya kronis,” kata Kaplan.
Pakar dermatologi dan venereologi dr Amelia Setiawati Soebyanto SpDV, merekomendasikan orang-orang mengompres air dingin pada kulit yang gatal, ketimbang menggaruknya.
“Kita bisa kompres atau masukkan air dingin ke botol kaca kemudian digulung-gulungkan ke kulit yang gatal. Itu akan mengurangi gatal, karena gatal akan tercampur sama rasa dingin,” kata Amelia dilansir dari antaranews.
Kemudian, mengenai pendapat sebagian orang mandi air panas dapat mengatasi gatal, Amelia menuturkan cara itu justru akan menambah rasa gatal.
“Banyak yang bilang mandi air panas, gatal langsung hilang. Ya, bisa juga. Tapi, setelah itu kulitnya lecet. Setelahnya rasanya lebih gatal karena kulitnya lecet,” tutur dia.
Kulit gatal merupakan sensasi tidak nyaman pada kulit, polusi dikatakan memainkan peran penting dalam mengakibatkan kulit gatal.
Polusi dapat masuk ke kulit melalui penumpukan partikel polusi di permukaan kulit dan diserap oleh folikel rambut dan kelenjar keringat. Beberapa di antaranya bersirkulasi dalam plasma yang kemudian masuk ke lapisan kulit yang lebih dalam.
Polusi yang masuk ini kemudian menghasilkan radikal bebas yang akan menurunkan kemampuan antioksidan kulit baik secara enzimatik maupun non-enzimatik (vitamin E, vitamin C, dan glutation).
Lapisan luar kulit yang rusak ini kemudian menyebabkan hilangnya air dalam jumlah banyak pada kulit. Akibatnya, kulit akan relatif lebih kering, mudah mengalami peradangan dan menimbulkan keluhan gatal.
Menurut Amelia, gatal menjadi keluhan kulit terbanyak pada praktik dokter spesialis kulit dan kelamin, apalagi kondisi cuaca dan polusi ekstrem seperti beberapa waktu belakangan ini.
“Hal ini karena polusi secara langsung dapat merusak fungsi lapisan kulit yang berpengaruh terhadap kekambuhan beberapa penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya, seperti eksim atopik,” ujarnya.
Eksim atopik merupakan kelainan kulit di mana terdapat gangguan pada lapisan kulit yang diperparah dengan sensitivitas respons imun yang lebih tinggi terhadap bahan iritan. Faktor yang memperberat gejala eksim atopik yaitu adanya perubahan suhu dan kelembaban.
Selain eksim atopik yang juga ditandai dengan gatal, beberapa kelainan kulit yang bisa timbul dari cuaca dan polusi ini adalah jerawat, psoriasis, dan kelainan pigmentasi kulit seperti flek wajah maupun di tangan.
“Lebih bahayanya lagi, polusi juga bisa meningkatkan risiko kanker kulit,” kata Amelia. Kesehatan usus yang terganggu dapat menyebabkan berbagai kondisi kulit dan kambuhnya penyakit.
Dilansir Hindustan Times, Rabu (5/2/2025), ahli bedah NHS Dr Karan Rajan mengungkapkan kesehatan usus memiliki dampak besar pada kondisi kulit.
Hal ini lantaran usus berkomunikasi dengan kulit melalui mikrobioma dan sistem kekebalan tubuh.
Misalnya, jika kita memiliki reaksi alergi terhadap makanan yang kita makan, tanda-tanda pertama akan muncul di kulit, bisa berupa ruam atau bibir yang bengkak.
“Kita juga tahu, misalnya bahwa anak-anak dengan eksim memiliki, rata-rata tingkat keragaman mikrobioma usus yang lebih rendah dan bakteri usus yang baik. Semua ini menunjukkan bahwa mikrobioma usus yang terganggu dapat menyebabkan peradangan kulit,” imbuh Dr Rajan seperti dilansir antaranews.
Dalam banyak kondisi usus, manifestasi masalah usus terlihat pada kulit, seperti dermatitis herpetiformis (DH) pada penyakit celiac, luka kulit pada penyakit Crohn, dan Rosacea pada pertumbuhan bakteri usus halus yang berlebihan (SIBO).
Menurut Dr Rajan, bahkan kondisi otak juga memengaruhi kondisi kulit, yang juga dikenal sebagai sumbu otak-usus-kulit.
“Sindrom iritasi usus besar (IBS), yang dapat menyebabkan nyeri perut yang menyiksa, dapat menyebabkan tekanan emosional dan kemudian menyebabkan kambuhnya kondisi kulit kronis seperti rhesus atau eksim atau jerawat,” jelasnya.
Membersihkan usus juga merupakan kunci untuk membersihkan kulit. Dr Rajan menambahkan pola makan, tidur, tingkat aktivitas, atau lingkungan semuanya juga dapat berkontribusi terhadap kesehatan kulit. 7
Komentar