Mensyukuri Anugerah Semadi Rsi Markendya, Khidmat Tawur Panca Wali Krama di Pura Gunung Lebah, Ubud
Dalam purana dikisahkan, Pura Gunung Lebah bagian utama dari perjalanan suci Maha Rsi Markendya dari Gunung Dieng, Jawa Tengah hingga ke Bali diiringi 400 pengiring.
GIANYAR, NusaBali
Sameton Puri Agug Ubud bersamaa krama Desa Adat Ubud, Kecamatan Ubud, Gianyar, menggelar Karya Padudusan Agung, Mapeselang, Tawur Panca Wali Krama lan Mapadanan di Pura Parhyangan Jagat Payogan Gunung Lebah, Tukad Campuhan Ubud. Upacara Tawur lan Mapadanan digelar pada Sukra Kliwon, Wuku Watugunung, Jumat (7/2). Sedangkan puncak karya pada Buda Kliwon Sinta atau bertepatan dengan Hari Raya Pagerwesi, Rabu (12/2), bertepatan pula pada Purnama Kawulu.
Upacara Tawur lan Padanan dilaksanakan di tengah cuaca terang, dari sebelumnya kawasan Ubud dirajam hujan lebat. Upacara ini pun berlangsung sukses dan khidmat. Keadaan ini jadi penanda bahwa prosesi ritual mahasuci tersebut adalah wujud umat Hindu Bali dan Ubud khususnya, mensyukuri anugerah Ida Sanghyang Widhi Wasa.
Sesuai purana pura setempat, pura ini merupakan titik penting dari penciptaan kesejahteraan untuk umat manusia sebagaimana kekuatan semadi puja Rsi Markendya. Di tempat suci ini kini berdiri megah persembahyangan jagat yang diberi nama Pura Parhyangan Jagat Payogan Gunung Lebah, Tukad Campuhan Ubud. Dalam purana dikisahkan, Pura Gunung Lebah bagian utama dari perjalanan suci Maha Rsi Markendyadari Gunung Dieng, Jawa Tengah hingga ke Bali diiringi 400 pengiring. Tatkala tiba di tanah Bali, beliau memulai aktivitas tanpa mengawali dengan yadnya suci. Akibatnya, banyak pengikut beliau sakit bahkan ada yang sampai meninggal dunia.
Sang Rsi dengan sejumlah pengiring kembali ke Gunung Raung di Jawa. Dari pertapaan di gunung ini Sang Rsi mendapatkan pawisik agar melaksanakan upacara sebelum beraktivitas di Bali. Di hilir Tukad/Sungai Wos Lanang dan Tukad Wos Wadon ini Sang Rsi menggelar tapa yoga semadi. Atas anugerah Ida Sang Hyang Widhi, Sang Rsi lanjut merabas hutan belantara, antara lain dari titik suci Pura Gunung Lebah ini hingga kawasan alas (hutan) Taro, kini jadi Desa Taro, Kecamatan Tegallalang. Anugerah itu menjadikan segala aktivitas Sang Rsi lancar hingga melahirkan peradaban baru.
Manggala Karya Prof Dr Tjokorda Gde Raka Sukawati SE MM alias Cok De mensyukuri segala berkah kesejahteraan yang diraih masyarakat secara umum, terkhusus di Ubud, tak terlepas dari anugerah Ida Bhatara-bhatari yang berstana di Pura Gunung Lebah. “Seiring itu, yadnya yang dihaturkan di pura ini tentu menjadi bagian penting dalam proses menjaga kesucian dan nilai-nilai keseimbangan yang berlandaskan dharma, arta, kama, sebagaimana dilakoni masyarakat Hindu di Bali,” ujarnya.
Upacara tawur disaksikan ribuan krama desa adat dan para undangan. Ikut menyaksikan Tawur, PJ Gubernur Bali Sang Made Mahendrajaya, Ketua DPRD Bali Dewa Made Mahayadnya alias Dewa Jack, jajaran Muspida Provinsi Bali dan Kabupaten Gianyar. Tampak hadir pula, Panglingsir Puri Agung Klungkung Ida Dalem Semara Putra, Pamucuk lan Pangrajeg Karya dari sameton Puri Agung Ubud, panglingsir puri se Kabupaten Gianyar, undangan penting lainnya, dan krama Desa Adat Ubud.

Karya Tawur yang berlangsung khidmat ini diawali puja pangastawa 13 sulinggih, antara lain, masing-masing enam Pedanda Siwa dan enam Pedanda Budha dan seorang Rsi Bujangga. Para sulinggih mapuja berkiblat ke di utara, barat, selatan, dan timur. Dua pedanda yakni Siwa dan Budha mapuja sesuai arah kiblat. Tiga wiku mapuja, yakni Pedanda Siwa, Pedanda Budha dan Rsi Bujangga, mengarah ke timur menghadap sanggar tawang di tengah. Dua pedanda Siwa - Budha mapuja ke arah selatan untuk upacara padanan.
Selanjutnya, krama nedunang puluhan pralingga dan tapakan Ida Bhatara dari Pura Gunung Lebah ke genah payadnyan. Tapakan dimaksud yakni sejumlah Barong beserta Rangda dan Celuluk. Prosesi ritual ini berjalan lancar dan khusyuk. Karena cuaca terang–benderang sejak pagi hingga akhir sekitar pukul 14.15 Wita.
Rangkaian upacara ini diiringi berbagai jenis gambelan. Sejumlah tarian pun dipersembahkan yakni, Tari Bebali berupa Rejang dan Babarisan. Tampak tokoh Puri Agung Ubud yang mantan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Arta Ardhana Sukawati alias Cok Ace ngayah menarikan Topeng Sidakarya. Karya ini melibatkan Pangarajeng Karya Drs Tjokorda Gde Putra Sukawati dan Bendesa Adat Ubud Tjokorda Raka Kerthyasa SSos MSi. Manggala Karya yakni Cok Ace, Prof Dr Tjokorda Gde Raka Sukawati SE MM, dan Cokorda Gde Indrayana. Pamucuk Karya Cokorda Ngurah Suyadnya dan Tjokorda Agung Ichiro Sukawati Ba Hons MM, Penyarikan Tjokorda Alit Darmayudha SH.
Karya tersebut digelar setiap 10 tahun sekali dengan tingkatan Tawur Padanan Madya menggunakan 3 ekor kerbau. Eedan (tahapan) karya diawali dengan upacara Matur Piuning pada Rabu (15/12/2024), Nanceb, Caru Rsi Gana di Beji Campuhan, Nedunang Ida Bhatara, Melasti ke Pantai/Segara Masceti pada Rabu (5/2), Mapepada, Mendak Bagia, lan Tawur. Puncak Karya akan digelar pada Budha Kliwon Sinta atau Pagerwesi, Rabu (12/2). Ida Bhatara masineb pada Rabu (19/2), lanjut Nyegara Gunung pada Redite Umanis Ukir, Minggu (23/2).
Dalam kata sambutannya, Manggala Karya Cok Ace menyampaikan rasa angayubagia dan terima kasih kepada para krama khususnya di Ubud dan para undangan, hingga karya ini berjalan lancar dan sukses. Dia mengharapkan karya ini bisa membuahkan vibrasi berupa karahayuan dan keselamatan jagat khususnya Bali. 7 i nyoman wilasa
Komentar