STT Cita Muda Mekar Persembahkan Ogoh-Ogoh Bhuta Kala Raja
GIANYAR, NusaBali.com – Sekaa Teruna Teruni (STT) Cita Muda Mekar, Banjar Angkling, Desa Adat Gitgit, Desa Dinas Bakbakan, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, tengah bersiap mempersembahkan karya ogoh-ogoh bertajuk "Bhuta Kala Raja" dalam perayaan Nyepi Tahun Baru Caka 1947.
Ketua STT Cita Muda Mekar, I Kadek Erik Adibahula Putra (Dek Uca), mengungkapkan bahwa proses pembuatan ogoh-ogoh dimulai pada Sabtu, 18 Januari 2025.
“Tahun ini kami menganggarkan Rp35 juta untuk pembuatan ogoh-ogoh karena kami akan mengikuti lomba di tingkat kabupaten Gianyar. Kami ingin memberikan hasil yang maksimal,” ujarnya.
Konsep "Bhuta Kala Raja" menampilkan tiga karakter, yakni satu karakter utama dan dua karakter pendukung. Saat ini, proses pengerjaan masih berada pada tahap ngulat, sehingga belum dapat dipastikan berapa persen progres yang telah dicapai.
Perkembangan Seni Ogoh-Ogoh
Terkait kompetisi ogoh-ogoh tingkat kabupaten Gianyar, Erik menyambut baik ajang ini. Menurutnya, sebagai kota seni, Gianyar seharusnya lebih banyak memberi ruang bagi kreativitas generasi muda dalam seni ogoh-ogoh.
“Kami berharap ajang ini mendapatkan perhatian dari masyarakat dan pemerintah agar sumber daya manusia, khususnya di ranah STT, terus berkembang dalam kreativitas seni ogoh-ogoh setiap tahunnya,” tambah alumni Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar ini.
Dek Uca juga menyoroti fenomena penggunaan sound system dalam arak-arakan ogoh-ogoh yang dinilainya kurang sesuai dengan pelestarian budaya Bali.
“Secara tradisional, ogoh-ogoh diiringi musik baleganjur yang merupakan ciri khas pengiringnya. Hampir setiap banjar memiliki baleganjur, dan jika belum, mungkin bisa meminjam atau berkolaborasi dengan banjar terdekat,” jelasnya.
Dalam perkembangannya, ogoh-ogoh mengalami berbagai perubahan, mulai dari konsep, alat, hingga bahan yang digunakan. Saat ini, banyak ogoh-ogoh yang dilengkapi teknologi penggerak untuk menampilkan gerakan tertentu.
Harapan dan Dukungan Pemerintah
Menjelang Hari Raya Nyepi, Erik berharap perayaan tahun ini berlangsung lancar dan damai, sesuai dengan esensi penyepian itu sendiri. Ia juga menekankan pentingnya kesadaran kolektif untuk menjaga tradisi dan seni budaya Bali, serta peningkatan keamanan di setiap lokasi pembuatan ogoh-ogoh.
Dek Uca juga mengapresiasi tren kembali ke bahan ramah lingkungan dalam pembuatan ogoh-ogoh. Setelah sebelumnya banyak menggunakan gabus, kini bahan yang digunakan lebih mengutamakan ulatan yang lebih mudah terurai.
“Saya sangat bersyukur dengan peralihan ke bahan ramah lingkungan. Selain memicu kreativitas, ini juga membantu menjaga lingkungan dan mengimplementasikan konsep Tri Hita Karana, khususnya dalam aspek Palemahan,” tambahnya.
Setelah sempat terhenti akibat pandemi Covid-19, Dek Uca menilai ogoh-ogoh kini kembali menjadi karya seni yang dinanti-nanti, bukan hanya oleh masyarakat lokal tetapi juga wisatawan mancanegara.
Meskipun lomba ogoh-ogoh tingkat provinsi Bali tahun 2025 ditiadakan, STT Cita Muda Mekar tetap berkomitmen untuk berkreativitas.
“Di Banjar Angkling, yang kami utamakan adalah berkarya dan menjaga seni budaya agar tetap ajeg. Adanya lomba bukan menjadi tolak ukur kreativitas kami,” tegas Dek Uca.
Untuk itu, pihaknya berharap Pemerintah Kabupaten Gianyar dapat terus mendukung kegiatan kepemudaan yang berkaitan dengan seni, adat, dan budaya, baik melalui organisasi kepemudaan kabupaten maupun Sekaa Teruna Teruni. Selain ogoh-ogoh, STT Cita Muda Mekar juga rutin menyelenggarakan Angkling Festival sebagai bentuk pelestarian seni dan budaya Bali.
“Kami berharap kreativitas seperti ini mendapat dukungan dari Pemkab Gianyar agar seni dan budaya kita tetap lestari,” tutupnya. *m03
Komentar