nusabali

SMKN 3 Sukawati Tampilkan 'Balian Batur'

  • www.nusabali.com-smkn-3-sukawati-tampilkan-balian-batur

Selain SMKN 3 Sukawati, siswa-siswi SMKN 1 Gianyar juga memukau penonton dengan menampilkan empat jenis tarian.

Awali Pementasan Bali Mandara Nawanatya 2017


DENPASAR, NusaBali
Penampilan dari dua SMK menjadi pembuka Bali Mandara Nawanatya (BMN) 2017 yang sempat tertunda selama tiga bulan di panggung Madya Mandala, Taman Budaya, Denpasar, Jumat (1/9). BMN sempat jeda selama tiga bulan karena even PKB dan Bali Mandara Mahalango. Sebagai pembuka, SMKN 3 Sukawati menampilkan drama tari Balian Batur dan SMKN 1 Gianyar menampilkan empat tarian.

Untuk menampilkan Seni Kreativitas Pelajar ‘Balian Batur’, SMKN 3 Sukawati memilih kolaborasi dengan Sanggar Seni Singa Mandawa. Dibutuhkan satu bulan bagi mereka untuk mempersiapkan pertunjukan tersebut. Koordinator pertunjukkan SMKN 3 Sukawati, I Made Sukadana SSn mengungkap jika cerita ini memiliki pesan yang mendalam. “Cerita ini mengungkap pentingnya persatuan. Karena di Bali saat ini, rasa persatuannya mulai memudar,” katanya.

Dikisahkan, sekitar tahun 1700 Masehi, Ki Balian Batur yang tinggal di wilayah Celedunginyah marah ketika anaknya dituduh menjual nasi berisi lauk daging manusia di pasar. Warga sekitar menuduh anaknya hendak menyebarkan ilmu hitam. Karena tak terima atas tuduhan tersebut, Ki Balian Batur memerintahkan murid-muridnya untuk membuat gerubug (Wabah penyakit) di desa Cau, kerajaan Mengwi. Warga yang menghina dan menuduh anaknya langsung terkena gerubug hingga mati. Mendengar hal ini, raja Mengwi mengutus Ki Bendesa Gumiar untuk melawan Ki Balian Batur dan terjadilah peperangan antara keduanya.

Ki Balian Batur kalah dalam peperangan itu. Ia tak sanggup melawan kekuatan senjata pusaka dari Kerajaan Klungkung, yakni Bedil Ki Narantaka dan peluru Ki Selisik. Detik-detik sebelum meninggal, Ki Balian Batur berpesan untuk Kerajaan Mengwi dan Kerajaan Klungkung agar tetap menjaga persatuan. Jika hal itu tak dilakukan, sukma Ki Balian Batur tidak akan henti-hentinya membuat gerubug di Mengwi.

Pengamat seni, I Kadek Wahyudita SSn mengapresiasi karya tari dari SMKN 3 Sukawati ini. Namun konsep yang diusung dinilai belum matang. “Konsepnya belum matang. Terlihat  dari alur dramatiknya belum terlihat dan terlalu padat. Penokohannya masih lemah. Tata visual kurang rapi, narator kurang kuat. Begitu juga soal kostum dan lainnya. Prosesnya terlihat belum matang,” ungkapnya. Ia berharap sekolah ini perlu proses ngawi rasa supaya pementasannya matang.

Sementara itu SMKN 1 Gianyar yang berkolaborasi dengan Sanggar Seni Paripurna menampilkan empat tarian. Yakni tari Bale Agung yang merupakan tari penyambutan tamu agung, tari Jauk Manis, tari Paksi Lila Arsa tentang kisah burung Jalak Bali yang bercengkerama dengan sesamanya, dan Tari pergaulan Nangun Semara yang mengisahkan kisah asmara menggebu sekelompok anak muda. Meski kisah asmara, kata Kepala SMKN 1 Gianyar, Drs I Dewa Putu Alit MPd ceritanya tidak melebihi batas norma. “Tarian yang kami tampilkan menggambarkan pergaulan anak muda yang masih dalam batas pantas,” tegasnya.

Dewa Putu Alit mengapresiasi hadirnya kembali Bali Mandara Mawanatya yang sempat vakum selama tiga bulan. Ia berharap pementasan ini tetap digelar. “Acara seperti ini penting bagi siswa yang ingin beraktivitas. Kegiatan seperti ini justru mencegah dan menjauhkan mereka dari kenakalan remaja, seperti narkoba, minuman keras dan kenakalan remaja lainnya,” ujarnya. *in

Komentar