nusabali

Kakek Usia 72 Tahun Jatuh dari Pohon, Jenazahnya Ditemukan oleh Istrinya

  • www.nusabali.com-kakek-usia-72-tahun-jatuh-dari-pohon-jenazahnya-ditemukan-oleh-istrinya

Nyoman Merta terjatuh dari ketinggian 16 meter saat menyadap air nira di tegalan Banjar Abiantiying, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, Karangasem.

AMLAPURA, NusaBali
I Nyoman Merdana, 72, dari Banjar Abiantiying, Desa Amerta Bhuana, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, tewas terjatuh dari pohon aren saat menyadap air nira, Sabtu (15/7) sekitar pukul 08.00 Wita. Tangga bambu yang telah lama digunakan untuk naik turun menyadap air nira, tak kuat menahan beban. Saat korban naik, tangga bambu patah. Istri korban, Ni Wayan Merdana, 72, yang pertama mendapati korban tergeletak di tanah dalam kondisi tak bernyawa.

Jasad korban sempat diperiksa petugas Polsek Selat dan petugas medis dari Puskesmas Selat. Korban dinyatakan meninggal di tempat. Sebab, bagian kepala korban langsung berbenturan dengan tanah saat terjatuh dari ketinggian sekitar 16 meter.

Korban Nyoman Merdana berangkat dari rumahnya untuk menyadap air nira di kebun milik I Nengah Medir sekitar pukul 07.00 Wita. Jarak kebun dengan rumah korban sekitar 300 meter. Saat itu istri korban Ni Wayan Merdana sedang memasak air di dapur.

Begitu korban Nyoman Merdana berangkat ke kebun, istrinya sedang membuatkan kopi, dengan harapan usai menyadap air nira, suaminya langsung minum kopi.

Biasanya korban menyadap air nira di pohon aren selama sekitar 20 menit. Namun kemarin, setelah pukul 08.00 Wita korban belum juga kembali ke rumahnya, hingga kopi yang dibuatnya dingin. Mulailah Ni Wayan Merdana khawatir nasib suaminya di tegalan.

Maka Ni Wayan Merdana memutuskan untuk berangkat sendiri mencari sang suami. Ternyata setiba di tegalan, sang suami ditemukan telah tergeletak sekitar 3 meter dari pohon aren. Sementara tangga bambu yang digunakan untuk naik turun pohon aren telah patah. Sedangkan perlengkapan yang digunakan menyadap seperti parang, pisau, dan bumbung (penyadap air nira dari bambu) ditemukan di dekat korban.

Maka Ni Wayan Merdana memanggil kakak sang suami, I Nengah Putu Polih, 75. Selanjutnya I Nengah Putu Polih mengevakuasi korban bersama kerabatnya I Komang Tinggal, 47, dan warga setempat menuju rumah duka.

Ni Wayan Merdana juga melaporkan kasus itu kepada Kepala Kewilayahan Banjar Abiantiying, Desa Amerta Bhuana, Ni Wayan Martini. Selanjutnya laporan itu diteruskan ke Polsek Selat.

Berdasarkan keterangan saksi-saksi, korban menyadap air nira dengan naik tangga dari bambu setinggi 16 meter. Setiba di puncak pohon aren, tali pengikat tangga di bagian atas putus, hingga tangga roboh ke samping. Korban ikut jatuh dan tangga tertindih korban hingga patah. Saat korban jatuh kepalanya langsung menghujam tanah. Selama ini korban menyadap air nira untuk bahan baku membuat gula merah.

“Saya tak menyangka, suami saya tewas terjatuh dari pohon aren. Selama ini telah terbiasa memanjat pohon aren. Biasanya, tidak lama menyadap air nira, kembali ke rumah. Makanya, saya sudah siapkan kopi panas,” kata Ni Wayan Merdana.

Hadir Perbekel Amerta Bhuana I Wayan Suara Arsana di lokasi kejadian. “Tangga bambu sebagai pijakan turun naik pohon aren memang usianya telah tua, tidak kuat menahan beban,” ujarnya.

Kapolsek Selat AKP I Made Sudartawan yang melakukan olah TKP, menyebutkan korban meninggal karena kurang hati-hati. Jasad korban langsung dikubur di Setra Desa Pakraman Selat, Sabtu (15/7) sekitar pukul 13.00 Wita.

Sementara itu, aksi ulah pati didasari motif depresi akibat menderita penyakit, terjadi di wilayah Kabupaten Gianyar. I Wayan Suja, 60, warga Banjar Saba, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh, mengakhiri hidup dengan gantung diri akibat menderita sakit Osteoporosis pada kedua lututnya, Sabtu (15/7).

Informasi di TKP, pada sekitar pukul 06.30 Wita, istri korban, Ni Ketut Cerme seperti biasa pergi ke luar rumah untuk membelikan korban bubur. Pada saat pergi ke luar rumah, Ni Ketut Cerme memang tidak melihat suaminya di tempat tidur. Dia mengira, sang suami pergi ke kamar mandi atau di sekitar pekarangan. Tanpa curiga, dia pun pergi beli bubur.

Jarak antara pedagang bubur dengan rumahnya cukup dekat. Namun lantaran ramai pembeli dia harus antre. Setelah mendapat bubur, Ni Ketut Cerme bergegas pulang. Namun sayang, sang suami tak ada di kamar tidur seperti biasanya. Ni Ketut Cerme pun berusaha keliling pekarangan rumah untuk mencari suaminya. Dalam pencarian itulah, Ni Ketut Cerme mendapati suaminya sudah dalam keadan posisi tergantung di belakang bale daja. Seketika itu dia gemetar kemudian berteriak memanggil anaknya, I Ketut Sikiarta, untuk menurunkan suaminya.

Peristiwa ini seketika membuat tetangganya ramai mengerumuni. Hingga akhirnya warga sekitar ramai-ramai menurunkan korban. Seutas selendang motif batik dengan simpul hidup berusaha dibuka oleh warga sekitar, hingga akhirnya tubuh Wayan Suja berhasil diturunkan.

Menurut keterangan Ni Ketut Cerme, suaminya selama ini mengidap penyakit perapuhan pada tulang tempurung kedua lututnya. Diperkirakan korban merasa stres dan mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.

Sementara itu, dari hasil pemeriksaan dari tim medis Puskesmas Blahbatuh ll diperkirakan korban sudah meninggal dunia 4 jam sebelum ditemukan. Kepala Puskesmas Blahbatuh II dr Luh Rai Widiastuti menyatakan pada hidung dan kedua telinga korban mengeluarkan darah. Selain itu pada kemaluan korban mengeluarkan cairan (air mani) serta pada leher korban terdapat luka memar yang diakibatkan jeratan selendang. “Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban lainnya. Korban diperkirakan meninggal 4 jam sebelum diperiksa,” jelasnya.

Atas meninggalnya korban secara tragis ini, pihak keluarga menerima sebagai musibah. Jenazah Wayan Puja dikubur pada Sabtu sore kemarin. *k16, nvi

Komentar