Kemarau Panjang Pengaruhi Kakao Tabanan
TABANAN, NusaBali - Musim kemarau panjang yang terjadi di Kabupaten Tabanan, berdampak pada hasil panen kakao. Petani kakao di Desa Gadung Sari, Kecamatan Selemadeg Timur, mengaku hasil panennya menurun drastis.
Perbekel Gadung Sari I Wayan Sindreg mengatakan, kondisi tumbuhnya kakao di desanya tidak bagus sudah sejak 6 bulan lalu atau saat mulainya musim kemarau. Selain daun mengering, buah kakao juga diserang hama ulat. "Sudah dari 6 bulan lalu kakao diserang ulat. Sekarang tumbuh buahnya tidak bagus. Keras di bagian biji," kata Sindreg, Minggu (29/10).
Akibat kondisi tersebut, hasil panen kakao petani di desanya menurun drastis. Biasanya, 1 hektare tanaman kakao bisa menghasilkan 2 kuintal kakao basah. Namun, saat ini di luas 1 hektare hanya bisa menghasilkan 100 biji saja. "Padahal sekarang harga kakao tembus di angka Rp 27.000 per kilogram yang kondisi kering. Namun kakao sekarang sedikit," terangnya.
Sindreg mengungkapkan, di Desa Gadung Sari yang terdiri dari empat banjar ini masing-masing KK (kepala keluarga) masih memiliki tanaman kakao. Rata-rata memiliki lahan 40 are. "Saat tahun 1985-1986 Desa Gadung Sari adalah penghasil kakao terbaik. Saat krisis moneter zamannya Presiden Pak Habibie, kami di desa tidak ada krisis. Bahkan sampai bisa beli sepeda motor karena hasil kakao melimpah," ungkapnya.
Namun, kata dia, dibandingkan kondisi sekarang hasil panen memang jauh menurun tetapi pohon kakao masih ada. Petani masih memelihara selain itu dalam hal penjualan tidak susah karena ada pengepul yang langsung datang ke desa untuk membeli.
"Intinya sekarang pohon kakao masih ada tetapi tidak banyak. Ada juga masyarakat yang sekarang tengah beralih ke menanam duren musang king. Satu banjar di Munduk Pakel kompak menanam duren musang king. Melirik pasar juga," tandas Sindreg.7des
1
Komentar