nusabali

Laklak Biu Men Bayu Diminati Wisatawan Lokal hingga Mancenegara

  • www.nusabali.com-laklak-biu-men-bayu-diminati-wisatawan-lokal-hingga-mancenegara

Jatiluwih Agriculture Festival menyajijan sejumlah stand kuliner khas Bali. Mulai dari rujak tibah, bubuh tridatu, hingga laklak biu Men Bayu. 

TABANAN, NusaBali
Dari deretan stand ini, laklak biu Men Bayu yang banyak menyedot perhatian pengunjung, termasuk wisatawan mancanegara yang berkunjung ke DTW Jatiluwih, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Jumat (16/6). “Only five thousand rupiah,” ungkap Ketut Sutarma, 69, kepada turis yang menanyakan jajan buatannya.

Siang itu, pasangan suami istri Ketut Sutarma dan Nyoman Tani, 65, tampak sibuk meladeni pembeli. Sutarma bertugas membuat laklak biu, sementara istrinya melengkapi dengan taburan parutan kelapa sebelum dibungkus dengan don biu (daun pisang). Alat-alat yang dibawa untuk membuat laklak biu masih tradisional. Cubluk atau tungku api dibuat dari tanah liat lengkap kayu bakar. Sebelum membuat laklak biu, tepung diisi air. Setelah kekentalannya cukup dituangkan dalam penyayahan (terbuat dari tanah liat). Tepung itu kemudian diisi pisang lumut. “Hanya dua menit, laklak biu sudah matang,” ungkap Sutarma. 

Sutaama mengatakan, dalam sehari rata-rata menghabiskan tepung sebanyak 5 kilogram dan 400 biji pisang. Jika tak ikut pameran, pasutri Sutarma dan Tani berjualan di warungnya, di Banjar Penebel Kaja, Desa/Kecamatan Penebel, Tabanan. Pasutri ini mulai berjualan laklak biu sejak 9 Juli 2009. Mereka jualan laklak biu terinspirasi dari anak bungsunya yang bernama I Nengah Darma Bayu, 22. “Sebelum jualan laklak biu, saya jualan bubuh (bubur). Tapi tak begitu laku. Setelah beralih jualan laklak biu, pendapatan warung ada peningkatan,” tutur Tani yang akrab disapa Men Bayu.

Setiap hari, pasutri Sutarma dan Tani mulai buka warung pukul 07.00 Wita hingga 20.00 Wita. Pendapatan mereka dari warung rata-rata Rp 300 ribu per hari dengan keuntungan bersih rata-rata Rp 100 ribu. “Saya tak hanya jualan laklak biu di warung. Saya tak bisa memperkirakan berapa penghasilan dari jualan laklak biu ini,” ungkap nenek tiga cucu ini. Selain wisatawan yang berkunjung ke stand kulinernya di festival Jatiluwih, Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti juga sempat temui pasutri ini. Mereka pun ngobrol bebas seperti ibu dan anak. *k21

Komentar