nusabali

Disambut Awan Hitam saat Sandyakala, Pementasan Solah Barong Sabarung Bernuansa Magis

  • www.nusabali.com-disambut-awan-hitam-saat-sandyakala-pementasan-solah-barong-sabarung-bernuansa-magis

SEMARAPURA, NusaBali.com – Sempat cemas akibat datangnya awan hitam, pementasan Solah Barong Sabarung berhasil membuat masyarakat tertegun di titik nol Catus Pata Kota Semarapura pada Jumat (28/4/2023) malam.

Pementasan Solah Barong Sebarung ini digarap oleh Sanggar Kayonan Klungkung dengan alur cerita dari Waraha Purana yang menceritakan penyelamatan Bumi Pertiwi yang akan ditenggelamkan oleh Kaum Detya di ruang antah berantah.

Berbagai jenis barong yang berhasil dihimpun akan berpartisipasi menari atau mesolah dalam satu pentas. Karena pementasan terdiri dari berbagai jenis barong dalam jumlah yang cukup banyak, maka kumpulan berbagai jenis barong ini disebut sabarung.

Konseptor Solah Barong Sebarung, I Dewa Gede Alit Saputra menerangkan total terdapat 58 barong yang akan ditampilkan terdiri dari 5 Barong Ket, 36 Barong Bangkung, 4 Barong Macan, 9 Barong Buntut. Lalu berkolabrasi juga dengan 4 Barongsai, dan 1 Barong Naga dari Barongsai Naga Hijau Vihara Dharma Ratna Klungkung.

Lebih lanjut ia menjelaskan, pemilihan materi barong didasari atas filosofi barong sebagai kepercayaan umat Hindu di Bali, dimana diyakini bahwa barong dalam berbagai karakternya adalah simbol suci yang juga berfungsi sebagai media pengusir wabah penyakit atau nangluk merana. 

Sehingga menurutnya Solah Barong Sabarung ini sangat tepat dan relevan dengan situasi saat ini.

Di sisi lain, lanjut dia, barong juga merupakan simbol energi dan kekuatan atas sebuah kemenangan. Hal ini seiiring dengan semakin landainya wabah pandemi, karena keberhasilan pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi bencana ini, sehingga masyarakat di Kabupaten Klungkung khususnya sudah kembali dapat menjalankan kehidupan seperti sediakala.

Sementara, pemilihan waktu yang digelar saat sandyakala tersebut disebutkannya erat kaitannya dengan kesucian tempat yaitu Catus Pata dan mistisnya waktu pertemuan antara sore dan malam hari, karena saat itulah dianggap sakral dan tenget, yang dipercaya sebagai waktunya bhuta kala mengganggu manusia dan yoganya para dewa.

Sehingga kala itu pula dilakukan penyomian sebagai upaya menteralisir bhuta kala. Tak hanya itu, Pementasan Solah Barong Sabarung ini, diiringi oleh satu barung gamelan Semar Pegulingan dari Sanggar Kayonan Klungkung, yang akan ditata sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan pentas. 

Dilihat dari pantauan NusaBali.com, sebelum pementasan digelar, beberapa pemeran melakukan ritual terlebih dahulu. Merespons hal ini, Dewa Gede Alit menerangkan pihaknya percaya barong ini memiliki nilai magis tertentu mulai dari sisi spiritualnya. Sehingga ia memanfaatkan ruang yang ada di titik nol Catus Pata keyakinan itu yang harus disatukan. 

“Tidak boleh gegabah, tak boleh campah. Maka diawali dengan ritus barong atau upacara ritual tentang barong. Jadi mencoba memahami cikal bakal barong itu dari awal sampai bisa disolahkan,” tuturnya.


Karena berkolaborasi dengan banyaknya jenis barong, Dewa Gede Alit menceritakan terdapat beberapa tantangan yang ia jalani. Sebab konsep Solah Barong Sebarung ini adalah menggabungkan semua jenis barong yang ada di Kabupaten Klungkung. 

“Kalau kita paksakan setingannya semua sama itu agak sulit karena asal mereka beda-beda. Sehingga kami memutuskan karena karakter barong cara menarikannya memiliki style masing-masing kami eksekusi di lapangan. Kami eksekusi saat gladi, lalu saya arahkan pola dan gerakan seperti apa itu yang kami lakukan,” terangnya.

Ia juga mengungkapkan kebanggaan dan rasa senangnya barong Bali bisa dikolaborasikan dengan Barongsai asal masyarakat Tionghoa. 

“Kami sangat senang sekali karena bagaimana pun, hindu Bali itu yang kita sembah Dewa Siwa. Jika Siwa dengan Budha bisa disatukan di dalam sebuah pentas betapa kuatnya jagat dunia ini. Itu yang kami yakani. Selain itu rasa kebersamaan dan persaudaraan kami akan semakin kuat dan kental,” tuturnya.

Ia juga turut berharap, dengan adanya gelaran ini semua seniman di Klungkung dapat mulai membuka diri karena seni menurutnya bersifat universal, serta ia berharap ke depan dapat menapilkan gelaran yang lebih spektakuler lagi dari sebelumnya.

Sementara ditemui dalam kesempatan yang sama, Koordinator Barongsai Naga Hijau Vihara Dharma Ratna, Sapta Hartawan menerangkan ini bukan merupakan gelaran yang pertama pihaknya berkolaborasi dengan barong Bali. Namun ia mngungkapkan partisipasi kali ini merupakan hal yang sangat spesial.

“Ini bukan hal yang baru karena kita sering kolaborasi. Spesialnya karena adanya banyak barong yang terlibat,” tuturnya.

Dalam gelaran ini, pihaknya melibatkan sebanyak 27 orang anggota yang terdiri dari 9 orang pembawa barong naga, 8 orang penari barongsai, dan 9 orang pembawa musik tambur dan cengceng. 

“Kami latihan rutin dan untuk gelaran ini kami latihan dari sebulan terakhir. Semoga gelaran ini bisa terus diselanggarakan dan bisa kembali berkolaborasi dengan kami,” pungkasnya. *ris

Komentar