nusabali

Pergelaran Kolosal ‘Pangurip Tejaning Biomantara’, Ogoh-Ogoh ‘Saranatamantra’ Jalani Prosesi Pralina di GWK

  • www.nusabali.com-pergelaran-kolosal-pangurip-tejaning-biomantara-ogoh-ogoh-saranatamantra-jalani-prosesi-pralina-di-gwk
  • www.nusabali.com-pergelaran-kolosal-pangurip-tejaning-biomantara-ogoh-ogoh-saranatamantra-jalani-prosesi-pralina-di-gwk

MANGUPURA, NusaBali.com - Ogoh-ogoh karya Marmar Herayukti selalu menjadi karya yang dinanti-nantikan saat malam pangerupukan.Oleh karena pergelaran kolosal ogoh-ogoh di Garuda Wisnu Kencana (GWK) bertajuk ‘Pangurip Tejaning Biomantara’ tak salah jika menggandeng Marmar.

Ogoh-ogoh yang ia beri nama ‘Saranatamantra’ menjadi penampilan pamungkas pada gelaran kolosal ogoh-ogoh di area Festival Park, Kawasan Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park pada Minggu (23/4/2023) malam.

Ogoh-ogoh buatan Marmar, sebelumnya ditampilkan saat hari Pangerupukan pada Selasa (21/3/2023) silam.

Memang sebagian orang sudah mengetahui dan melihat baik secara langsung dan tidak langsung ogoh-ogoh tersebut. Namun pada gelaran kali ini, para penonton dibuat tercengang.

Sebab, tidak hanya menampilan fragmentari saja, namun gelaran itu dipungkasi dengan prosesi mepralina (peleburan atau dibakar, Red).

Di akhir pementasan, ogoh-ogoh itu pun hangus terbakar dalam waktu beberapa menit saja. Para penonton terlihat tak mau ketinggalan momen tersebut dan akhirnya mengeluarkan ponsel untuk mengabadikan momen.

Menjadi gelaran yang menakjubkan dan pengalaman luar biasa bagi para pengunjung, GM Marketing Communication & Event GWK Cultural Park, Andre Prawiradisastra membeberkan mengapa pihaknya mengundang Marmar dalam gelaran ini.

Bahkan tak tanggung-tanggung, dana yang harus dikeluarkan oleh pihak GWK pun hingga ratusan juta untuk mengundang dan mempertontonkan ogoh-ogoh buatan sang maestro, Marmar Herayukti.

“Memang untuk membuat sebuah kolosal yang memorable, kami mengeluarkan dana lebih dari Rp 300 juta,” bebernya.

Andre menerangkan, pihaknya mengundang Marmar bukanlah menjadi rencana awal. Namun semua itu berkat permintaan masyarakat Bali.

Ia menerangkan, banyak komentar yang ia dapatkan, bahwa masyarakat ingin melihat ogoh-ogoh terpopuler di Bali tahun ini. Sehingga, banyak netizen pun meramaikan kolom komentar sosial media GWK untuk meminta agar ogoh-ogoh tersebut menjadi pamungkas dalam gelaran kolosal di GWK. Bukannya mengambil pusing,

Andre pun langsung gerak cepat dan menghubungi Marmar untuk ikut serta dalam gelarannya. Alasan lainnya, Andre menyebutkan Marmar dipilih sebab ia merupakan salah satu tokoh pembuat ogoh-ogoh eco friendly yang luar biasa.

“Ini merupakan ide dadakan, beberapa dari netizen berharap ada ogoh-ogoh yang terfavorit dan kebetulan kami dekat dengan Banjar Gemeh dan saya dekat dengan Marmar Herayukti. Sehingga kami mengajak dia untuk ikut berkolaborasi dengan kami pihak GWK dan Ia menyambut baik dan meiyakannya. Akhirnya terjadilah closing yang tidak terduga,” tuturnya.

Animo luar biasa dari para pengunjung GWK pun Andre rasakan, ia menerangkan turis mancanegara pun sangat kagum dan mengapresiasi gelarannya. Sebab,  mereka dapat menikmati dan melihat gelaran ogoh-ogoh yang sebelumnya sudah dilaksanakan hanya sehari pada hari Pangerupukan.

“Jadi saat ini memang lagi highseason dan sedang liburan lebaran, total tiket yang terjual sekitar 2.200 tiket. Karena tiket yang kami jual tidak hanya pada gelaran kolosalnya saja tetapi berlaku untuk pengunjung yang membeli tiket masuk ke GWK Culture Park,” tambahnya.

Sebagai informasi tambahan, acara penetupan festival ogoh-ogoh di GWK sudah berlangsung selama satu bulan sejak Minggu (26/3/2023). Gelaran ini pun selalu hadir setiap satu tahun sekali dikarenakan gelaran ini merupakan komitmen GWK Cultural Park untuk menyajikan pengalaman wisata budaya Bali sesungguhnya.

Selain menghadirkan ogoh-ogoh dari maestro Marmar Herayukti, gelaran ini juga diikuti oleh sepuluh ogoh-ogoh yang berasal dari ST Eka Karma Banjar Pemaron Kuta, ST Tunas Remaja Banjar Umahanyar Desa Penarungan Mengwi, ST Putra Tunggal Banjar Belulang Desa Kapal Mengwi, ST Jaladi Kusuma Yowana Banjar Terora Desa Adat Bualu Kuta Selatan, ST Dharma Pertiwi Banjar Kauh Pecatu Kuta Selatan.

Selanjutnya, ST Bhakti Karya Banjar Badung Munggu Mengwi, ST Bhakti Asih Banjar Teba Desa Adat Jimbaran Kuta Selatan, ST Dipa Bhuana Canthi Banjar Basangkasa Kerobokan Kuta Utara, ST Eka Putra Banjar Badung Lukluk Mengwi, ST. Widya Dharma Banjar Tengah Pecatu Kuta Selatan.

Best of The Best ini diambil dari tiga besar dari tujuh zona Lomba Ogoh-Ogoh se-Kabupaten Badung. Nah dari total 21 terbaik itulah disaring kembali oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung untuk menentukan 10 ogoh-ogoh terbaik, sebelum ditampilkan di GWK.

“GWK sebagai culture park seyogyanya memang selalu menyajikan atraksi yang berhubungan dengan budaya Bali. Oleh karena itu tahun ini kami kembali menggelar festival ogoh-ogoh untuk yang keempat kalinya. Saya senang sekali karena gelaran ini sudah didukung oleh Pemkab Badung, jadi setiap tahun kami akan selalu menggandeng Pemkab Badung dan juga Dinas Kebudayaan Badung. Nanti tahun depan kami akan membuat konsep baru dan harapannya harus lebih besar dan lebih banyak lagi yang datang ke GWK,” pungkasnya. *ris

Komentar