nusabali

Tokoh Hindu I Ketut Wiana Berpulang di Usia 82 Tahun

  • www.nusabali.com-tokoh-hindu-i-ketut-wiana-berpulang-di-usia-82-tahun

DENPASAR, NusaBali - Kabar duka datang dari tokoh agama Hindu Drs I Ketut Wiana MAg. Sosok yang dikenal sebagai penulis Mimbar Agama Hindu di beberapa majalah Hindu dan surat kabar, meninggal dunia dalam usia 82 tahun pada, Rabu (19/4) pagi di kediamannya Jalan Kembang Matahari Nomor 17, Denpasar, karena penyakit stroke yang sudah lama dideritanya.

Serangan stroke pertama almarhum sudah dialami tahun 2016. Kemudian kembali terjadi serangan stroke kedua tahun 2019, serangan ketiga pada 2021, dan Desember 2022 serangan keempat. Pada 7 April 2023, almarhum pingsan dan opname selama lima hari di rumah sakit. Kemudian pada 12 April, hendak pulang ke rumah dari rumah sakit, namun kondisinya kembali drop. 

Putri kedua almarhum, Dr Ni Made Yuliani SSos MFilH, menuturkan sebelum menghembuskan napas terakhir di rumah, ayahandanya itu sempat dirawat di RSUP Prof dr I GNG Ngoerah (RSUP Sanglah). "Bapak sudah dipulangkan dari rumah sakit dan meninggal di rumah," ungkap Yuliani saat dihubungi, Kamis (19/4) malam. Yuliani menyampaikan kiprah ayahnya yang panjang dalam bidang sosiologi Hindu. Mulai dari perkembangan masyarakat berkaitan dengan agama dan memberi solusi dalam ajaran agama selama 30 tahunan. 

Selain itu, almarhum juga aktif menulis di beberapa majalah Hindu.  Kecintaan almarhum pada bidang pendidikan agama Hindu memantiknya untuk membuat program kritis agama hingga membuatnya mendapat undangan ceramah-ceramah bimbingan agama di seluruh Indonesia. Selain sebagai pengajar di kampus IHDN (sekarang UHN IGB Sugriwa), almarhum juga membangun sekolah di kampung halamannya Desa Bualu, Kuta Selatan, Badung. 

Keahlian almarhum di bidang sosiologi, acara dan filsafat agama membuat almarhum juga kerap diundang sebagai pembicara dan narasumber dalam beberapa program TV dan radio. Keilmuan tentang agama dan sosiologi agama, membuat almarhum beberapa kali didapuk menjadi tim ahli di bidang agama Hindu oleh Gubernur Bali pada masa jabatan Gubernur Dewa Made Beratha, Made Mangku Pastika dan Wayan Koster. "Bapak juga menjadi asesor Tri Hita Karana di bidang parahyangan dan aktif menjadi penulis, membuat artikel, jurnal-jurnal, aktif menulis buku. Bahkan dalam seminggu sangat kreatif, menulis banyak tulisan hingga akhirnya mendapat penghargaan dari IHDN," tambah Yuliani. 

Secara pribadi Yuliani mengakui ayahnya seorang yang berjiwa keras. Namun hal itu menurutnya untuk melindungi keenam anak-anaknya. Almarhum I Ketut Wiana di mata anaknya juga sosok terbuka dan memberi kebebasan kepada anak-anaknya walaupun dengan sejumlah pembatasan. 
"Yang paling berkesan kalau saya marah diingatkan jangan dendam, itu kalimat yang tidak pernah saya lupakan," ungkap dosen Pasca Sarjana Prodi Ilmu Komunikadi Hindu UHN I Gusti Bagus Sugriwa ini. 

I Ketut Wiana meninggalkan seorang istri, 5 anak dan 1 anak angkat, serta 15 cucu. Upacara pangabenan akan digelar pada Saniscara Pon Ugu, Sabtu (22/4) nanti di tempat kelahirannya di Jalan Kuruksetra No 1-3, Banjar Bale Kembar, Bualu, Kuta Selatan, Badung. 

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, Nyoman Kenak turut merasa kehilangan atas kepergian sosok I Ketut Wiana. Kenak mengatakan masyarakat Hindu di Bali telah kehilangan sosok yang memiliki integritas membangun agama Hindu. "Keikhlasan beliau untuk ngayah dan kompetensi yang beliau miliki tidak tanggung-tanggung dibagikan ke kita-kita juniornya," ujarnya. 7 cr78 

Komentar