nusabali

Putri Koster Prihatin Penjiplakan

Hanya 13 Persen Kerajinan Tenun Asli Bali di Pasaran

  • www.nusabali.com-putri-koster-prihatin-penjiplakan

DENPASAR,NusaBali
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali Ni Putu Putri Suastini (Putri Koster) prihatin dengan penjiplakan kerajinan tenun asli Bali.

Putri Koster mengungkap, hanya 13 persen dari kain tenun yang beredar di pasaran merupakan hasil dari perajin tenun asli Bali.

Hal itu diungkapkan Putri Koster saat membuka Pameran IKM Bali Bangkit Tahap III tahun 2023, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar, Minggu (16/4). Putri Koster menyebutkan, sebagai Ketua Dekranasda tugas dan tanggung jawab Dekranasda tidak hanya terkait kejayaan tenun, tetapi juga masalah yang dihadapi dunia sandang di Bali.

Bunda Putri panggilan akrabnya menyebutkan, pada akhir tahun 1970 menjelang tahun 1980-an motif tenun Bali sudah mulai dikerjakan di luar Bali, bahkan diproduksi di luar Bali. “Tidak hanya itu, survei yang dilakukan salah satu perguruan tinggi di Bali, hanya 13 persen dari kain tenun yang beredar di pasaran merupakan hasil dari para perajin tenun asli Bali,” ujar Putri Koster.

“Sementara sekitar 87 persen kain tenun yang dijual di pasaran ditenun di luar Bali dan dijual menggunakan label tenun asli Bali,” imbuhnya.

Menurut seniman multitalenta ini, jika kondisi dan perilaku ini dibiarkan berlangsung terus menerus, maka lambat laun Bali akan kehilangan warisan leluhur yang selama ini dijaga dan dilestarikan. “Tidak hanya itu banyak perajin akan menganggur, karena tidak ada yang menjual kain hasil perajin, pasar kita diambil dan pergerakan uang juga keluar Bali sehingga ekonomi kita menjadi lemah,” ujar Putri Koster.

Putri Koster menambahkan, kondisi  ini tidak hanya terjadi pada kain tenun, tetapi juga pada songket. Motif songket digunakan pada bordir yang diproduksi dengan teknologi mesin. Hal ini tentu saja berdampak pada kelestarian songket kedepannya. “Padahal, baik songket maupun tenun Endek kita sudah memiliki hak Kekayaan Intelektual Komunal, namun masih banyak  terjadi pelanggaran terhadap hak tersebut, motif songket masih dijiplak,” ujarnya.*nat

Komentar