nusabali

Siswa SMAN 1 Bangli Sukses Raih Medali Emas Youth Internasional Science Fair 2023

Usung Karya Ilmiah Beras Analog Berbahan Biji Rambutan untuk Cegah Diabetes

  • www.nusabali.com-siswa-sman-1-bangli-sukses-raih-medali-emas-youth-internasional-science-fair-2023

Siswa ingin kembangkan penelitiannya dan berharap beras analog dari biji rambutan bisa disebarluaskan sehingga dapat membantu masyarakat untuk cegah diabetes.

BANGLI, NusaBali

Siswa SMAN 1 Bangli sukses meraih medali emas dalam ajang sains tingkat internasional. Tim SMAN 1 Bangli membuat karya ilmiah berupa beras analog berbahan biji rambutan dikombinasikan dengan tepung kentang dan kayu secang. Beras analog dapat mencegah penyakit diabetes atau kencing manis.

Pembina Tim Generation of Young Scientist SMA Negeri 1 Bangli (GENESIS), I Wayan Januariawan menjelaskan ajang sains yang dilaksanakan Indonesian Young Scientist Association (IYSA) ini berlangsung pada 8-12 Maret 2023 di Universitas PGRI Mahadewa Denpasar yang merupakan ajang tingkat nasional dan internasional. "Kami mengirimkan dua tim untuk mengikuti Youth Internasional Science Fair (YISF) dan dua tim lainnya mengikuti Youth National Science Fair (YNSF)," ujar Januariawan, Selasa (14/3).

Menurutnya, masing-masing tim terdiri dari lima orang. Tim yang mengikuti YNSF ikut dua jenis kategori, yakni environment science dan innovation science. Pada kategori environment science, tim membuat karya ilmiah berupa kertas organik berbahan dasar limbah canang, kertas bekas, dan daun kering. Sedangkan kategori innovation science tim membuat karya ilmiah berupa bio-detergen cair ramah lingkungan berbahan dasar daun kacapiring (jempiring) dan daun pepaya.

Lanjutnya, untuk kategori innovation science tim mendapatkan medali emas. Dan kategori environment science mendapat medali perak. Sementara Tim yang mengikuti ajang YISF, satu tim membuat karya ilmiah berupa beras analog yang berbahan dasar biji rambutan dikombinasikan dengan tepung kentang dan kayu secang. Beras ini diketahui baik untuk penderita diabetes.  Sedangkan tim satunya membuat karya ilmiah berupa permen gummy/permen jelly yang berbahan dasar daun jambu air. Permen gummy ini memiliki kandungan antioksidan, dan tentunya baik untuk kesehatan.  "YISF ini diikuti oleh 413 tim dari 30 negara. Jurinya dari Indonesia dan Thailand. Pada ajang internasional ini, tim karya ilmiah beras analog berhasil meraih medali emas, sedangkan tim karya ilmiah permen gummy, meraih medali perak," sebutnya.

Selain itu, lanjut Januariawan, tim yang membuat karya ilmiah beras analog juga mendapat semi grand award dari pihak penyelenggara. Ini merupakan tiket gratis atau semacam free registration sebagai peserta ajang World Science, Environment and Engineering Competition (WSEEC) yang akan dilaksanakan di Jakarta pada bulan Juli atau Agustus mendatang. Dikatakannya, semi grand award ini tidak semua peserta bisa dapat, meskipun sama-sama mendapatkan medali emas. "Kemungkinan ada penilaian tersendiri sehingga siswa kami mendapat semi grand award ini," ujarnya.

Diakui, karya ilmiah ini merupakan gagasan atau usulan dari siswa yang kemudian digarap bersama. Pihaknya mengarahkan dan juga membina untuk siswa dapat menghasilkan karya ilmiah ini. Pihaknya kini sedang berupaya agar karya ilmiah ini bisa dipatenkan. "Kami ingin hasil karya ini bisa dipatenkan, untuk itu kami masih berkoordinasi terkait hal-hal yang diperlukan untuk pengajuannya," sambung Januariawan.

Beras analog merupakan karya ilmiah dari I Made Suputra Dwipayana, Assyifa Dewanda Parend, Ni Komang Sri Tirta Ayuniari, I Gede Mangku Ghandi Wisana, dan Komang Leona Widiamara.

Made Suputra Dwipayana bersama Assyifa Dewanda Parend mengatakan dibuatnya beras analog berbahan biji rambutan, karena melihat banyaknya penderita diabetes. Diabetes merupakan peringkat enam penyebab kematian di dunia. Jika ada anggota keluarga yang menderita diabetes tentu berpeluang anggota keluarga lainnya untuk mengidap penyakit tersebut.

"Kakek memiliki riwayat diabetes, saya enam kali lebih berpotensi untuk mengidap diabetes," kata Dwipayana.

Kemudian Dwipayana bersama temannya membuat satu inovasi untuk mencegah dan mengobati diabetes untuk orang-orang memiliki keturunan diabetes ataupun yang telah mengidap diabetes. Lanjutnya, tim ini mengembangkan beras analog didasarkan karena beras merupakan makanan pokok bagi banyak orang, khususnya di Indonesia. Beras analog sendiri bisa didesain komposisi nutrisinya, misalnya rendah kandungan gula.

Dipilihnya biji rambutan, selain kandungan nutrisi juga karena mudah didapat. Selain biji rambutan, komposisi beras analog juga berupa ekstrak secang dan tepung kentang.

Pada biji rambutan terkandung senyawa-senyawa anti diabetes. Seperti flavonoid, alkaloid, dan juga polifenol. Selain itu juga mengandung karbohidrat, dan lain-lain sehingga memiliki potensi untuk dijadikan beras analog. Flavonoid ini dia bisa meregenerasi sel pankreas. "Pada penderita diabetes, produksi insulin di sel pankreas terganggu sehingga menyebabkan kadar gulanya tinggi. Dengan mengaktivasi insulin ini bisa menurunkan kadar gula, sehingga mengobati diabetes," terangnya.

Berikutnya, kayu secang mengandung banyak antioksidan dan juga metabolit sekunder serta memproduksi pewarna merah, sehingga bisa menambah selera pada beras analog. Sementara tepung kentang karena dalam pembuatan beras memerlukan pengikat dan tepung kentang memberi rasa dan tekstur menyerupai beras putih. Selain itu tepung kentang memiliki kadar gula yang rendah. Ketika dikombinasikan dengan biji rambutan dan kayu secang akan menghasilkan gizi yang seimbang untuk diet diabetes.

Dikatakan pula, beras analog tidak hanya mencegah diabetes namun juga mampu mengobati diabetes. Maka dari itu, beras analog ini tidak hanya diperuntukkan bagi para penderita diabetes saja, namun bisa juga dikonsumsi bagi masyarakat umum.

"Untuk memastikan kandungan nutrisi kami sudah melakukan uji lab, di Fakultas Pertanian Universitas Udayana dan Universitas Mahadewa. Termasuk juga kami sudah melakukan uji ke masyarakat, yang nilainya 89 persen sampai 94 persen sangat disukai. Selain itu dari hasil uji yang dilakukan, diketahui adanya penurunan kandungan gula antara sebelum dan sesudah mengkonsumsi beras analog.

Padahal secara ilmu kedokteran kandungan gula seharusnya naik setelah makan," sebutnya. Para siswa kelas XI ini mengaku ingin mengembangkan kembali beras analog tersebut. Besar harapan agar beras analog dari biji rambutan ini bisa disebar luaskan sehingga dapat membantu masyarakat. Tentu untuk itu beras analog perlu mendapat sertifikasi dari BPOM. Di sisi lain, Kepala SMAN 1 Bangli, Komang Gede Juliarta Danendra mengaku akan mendukung potensi para siswa. Ketika ada kegiatan lomba pihak langsung menginformasikan kepada guru sehingga bisa melakukan pembinaan pada siswa. "Untuk meraih prestasi kuncinya pembina dan pembinaan. Kami konsisten mendukung para siswa," ungkapnya. *esa

Komentar