nusabali

Rp 400 Juta untuk Banjir di Desa Pemuteran

  • www.nusabali.com-rp-400-juta-untuk-banjir-di-desa-pemuteran

Banjir yang kerap menimpa kawasan wisata di Desa Pemuteran, Kecamatan Gerokgak, mulai tertangani. 

Dibuatkan Sodetan, Air Terbuang ke Laut
 
SINGARAJA, NusaBali
Pemerintah tengah membuat sodetan dan gorong-gorong pembuangan air menuju laut. Banjir di wilayah wisata Desa Pemuteran, terjadi akibat tidak ada saluran air yang langsung menuju ke laut. Air hujan yang mengalir dari daerah tinggi, sering menimbulkan bajir hingga menggenangi ruas jalan utama Singaraja-Gilimanuk. Situasi itu cukup menganggu wisatawan yang berjalan di atas trotoar. Daerah itu pun terlihat kumuh, karena banjir juga membawa lumpur dan batu kerikil. Sehingga begitu air surut, tinggal lumpur dan batu kerikil yang menumpuk di ruas jalan hingga ke trotoar. Situasi itu sudah berlangsung cukup lama hingga pelaku pariwisata setempat mengeluh karena wisatawan banyak yang komplin.

Kini penanganan banjir di kawasan itu mulai tertangani, dengan alokasi dana diperkirakan mencapai Rp 400 juta lebih.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Buleleng, Ketut Suparta Wijaya, Minggu (4/6) mengungkapkan, sesuai kewenangan penanganan banjir di kawasan wisata Desa Pemuteran dilakukan oleh Pemerintah Pusat melalui Balai Wilayah Sungai- Bali Penida (BWS-BP) dan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN). BWS-BP menangani di bagian hilir menyangkut alur sungai, sedangkan BBPJN menangani ruas jalan, karena ruas itu dipotong guna membuat gorong-gorong. “BWS-BP dan BBPJN itu menangani sesuai kewenangan masing-masing, karena disitu ada sungai dan ruas jalan nasional,” ungkapnya.

Lebih lanjut Suparta Wijaya menyatakan, penanganan dilakukan dengan membuat sodetan di sisi Selatan jalan, ke arah timur. Sodetan diperlukan agar air yang datang dari daerah tinggi di wilayah itu bisa mengalir ke sodetan, tidak lagi menuju ruas jalan. Dari sodetan ini kemudian dibuatkan gorong-gorong dibawah ruas jalan Singaraja-Gilimanuk, sehingga air bisa langsung menuju ke laut. “Dari titik banjir, sodetan ke timur kurang lebih 200 meter, kemudian dibuatkan gorong-gorong menuju laut. Penanganan ini masih sifatnya sementara,” jelasnya.

Disinggung dampak atas keberadaan terumbu karang akibat pembuangan air hujan langsung menuju ke laut? Kadis PUPR Suparta Wijaya mengaku cukup dilemma, namun masarakat setempat mendukung pembuatan sodetan hingga membuang air ke laut. “Ya gimana lagi, masyarakatnya sendiri mendukung kok, saya rasa tidak ada masalah, karena kalau dibuang ke tempat lait yakni ke barat jaraknya juga cukup jauh,” ujarnya. *k19

Komentar