nusabali

Diempon Lintas Klan, Gelar Karya Mamungkah

Pura Dalem Pejenengan/Pulesari, Samplangan

  • www.nusabali.com-diempon-lintas-klan-gelar-karya-mamungkah

GIANYAR, NusaBali
Pura Dalem Pulesari, Dalem Pejenengan, berada di Kelurahan Samplangan, Kecamatan Gianyar, Gianyar.

Pura ini salah satu pura unik di Bali. Terbukti, namanya Pura Dalem Pulesari, namun pura ini diempon oleh 39 KK lintas klan atau soroh di Gianyar.

Dari 39 KK itu, pangempon dominan (24 KK) dari Banjar Pasdalem, Desa Adat Gianyar, disusul Desa Adat Tedung, Desa Lebih dan Temesi, Kecamatan Gianyar. Ada juga beberapa  KK dari Desa Medahan dan Keramas, Kecamatan Blahbatuh. Lokasi pura di areal Alas Sabrang, Tegal Ancut, Samplangan, dapat dituju dengan naik motor, sekitar 1,1 km dari jalan di barat Pura Dalem Samprangan, Kelurahan Samplangan, ke selatan.

Di pura ini dilaksanakan Karya Mamungkah lan Padudusan Agung, puncaknya pada Buda Wage Merakih, Rabu (22/2). Serangkaian karya, krama melaksanakan Nyenuk, dari Pura Dalem Samprangan, Samplangan, menuju Pura Dalem Pulesari.

Kepada NusaBali, Prajuru Pemaksan Pura Dalem Pulesari Mangku Nyoman Artana menyatakan, pihaknya telah menggali dan menemukan sumber otentik tentang keberadaan pura tersebut. Antara lain, Purana Pura Dalem Samprangan Gianyar (diterbitkan Dinas Kebudayaan Gianyar 2016) dan rujukan Babad Dalem, kitab Bhuwana Tattwa karya Maharsi Markandheya, dan lainnya.

Dari sumber itu, pura ini merupakan bagian dari pusat pemerintahan Bali Dwipa, dari sebelumnya menjadi pusat perkemahan Mahapatih Gajahmada. Dikisahkan pula, Raja Bali Dwipa Ida Delam Ketut Kresna Kepakisan menata Alas Sabrang, Samplangan untuk membangun pusat Kerajaan Samprangan. Saat itu, para pengikut dan pengiring Dalem terserang penyakit yang ditebar makhluk halus. Maka Dalem Ketut, menyelenggarakan pemujaan berupa Caru Boganana, dipimpin Rsi Bujangga Mustika. Berkat ritual ini, keadaan menjadi pulih, lanjut dibangun
tempat suci Pura Dalem Babakan. Tata letak keraton disesuaikan dengan tata ruang keraton di Majapahit. Guna mewujudkan rencana itu, maka didirikan tempat pemujaan Pura Dalem Pejenengan. Tempat ini juga bermakna agar Yang Maha Kuasa berkenan memberikan kekuatan lahir batin dalam memperkokoh kepemimpinan Ida Dalem Ketut Kresna Kepakisan sampai keturunannya kelak di Bali Dwipa. Tidak jauh dari Pura Dalem Pejenengan dibangun Pancoran Tirta Maya atau Pure Dalem Pingit, kini disebut Pura Beten Bingin.

Pada bagian lain, Purana Pura Dalem Samprangan menyuratkan, Dewa Den Bencingah yang berkuasa di Bangli menugaskan warga Pulesari, keturunan Dalem Tarukan untuk bermukim di Alas Kostal, wawidangan Jero Kuta Geriya Anyar. Berdasarkan kesadaran dan rasa bhaktinya, maka warga Pulesari menyungsung Pura Dalem Pejenengan, lambat laun populer bernama Pure Dalem Pulesari. Nama ini karena disungsung warga Pulesari

Gempa dahsyat tahun 1917 menjadikan seluruh bangunan Pura Dalem Pejenengan dan Pura Dalem Bakbakan, hancur, hanya tersisa Babaturan. Atas inisiatif warga Pulesari dan trah Batuan, Tauman, didukung sameton pradewa dan pragusti di Pasdalem, maka pura ini digeser 300 meter ke barat dari posisi sebelumnya.

Merunut kisah tersebut, Mangku Artana meluruskan bahwa Pura Dalem Pejenengan bukan pura soroh atau klan, tapi puru umum. ‘’Di pura ini tidak ada pemujaan untuk leluhur tertentu. Kiblat pujanya murni kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa,’’ jelas pensiunan polisi AKBP ini. Terkait karya, para pangempon pura menggelar Nyegara Gunung ke Pura Goa Lawah, Klungkung, lanjut Nyineb pratima Ida Batara. Pangempon tetua setempat belum ada yang tahu di pura ini ada karya serupa. *lsa

Komentar