nusabali

MUTIARA WEDA : Mengapa 33?

Yasya trayas trimsad devāsange gatra bibhejire, Tān vai trayastrimsad devāneke brāhma vido viduh. (Atharvaveda X.7.27)

  • www.nusabali.com-mutiara-weda-mengapa-33

Tiga puluh tiga dewa menyelesaikan tugasnya masing-masing di dalam ciptaan. Hanya beberapa orang terpelajar yang memahami 33 devata di dalam Veda.

DISEBUTKAN ada 33 devata, yakni 8 vasu (astavasu), 11 rudra (ekadasarudra), 12 aditya (dvādasāditya), ditambah Indra dan Prajapati. Siapa astavasu? Prthivi (bumi), varuna (air), agni (api), vayu (angin), Aditya (matahari), dyaus (langit/ether), chandrama (bulan), dan naksatrani (bintang-bintang) adalah astavasu. Siapa ekadasarudra? Matsya Purana menyebut Nirriti, Shambhu, Aparajita, Mrigavyadha, Kapardi, Dahana, Khara, Ahirabradhya, Kapali, Pingala, dan Senani adalah ekasadarudra. Siapa dvādasāditya? Vivasvan, Aryaman, Tvashta, Savitr, Bhaga, Dhata, Mitra, Varuna, Amsa, Pushan, Indra, and Vishnu.

Nama-nama dari ke-33 deva berbeda-beda di masing-masing teks, namun mengerucut pada fungsi yang sama. Seperti misalnya Brhadaranyaka upanisad menyebut prthivi dari salah satu nama vasu, sementara dalam Mahabharata disebut dhara. Baik prthivi maupun dhara diartikan bumi. Demikian seterusnya. Mungkin pemberian nama-nama tersebut disesuaikan dengan penampakan pada saat keberfungsiannya. Vasu dihubungkan dengan api atau cahaya. Kata ‘vasu’ dalam Sanskerta berarti ‘yang bercahaya’. Sementara ekadasarudra dikatakan sebagai pengikut loyal dari Rudra (Siva), pembantu ilahi, wujudnya menakutkan. Brhadaranyaka Upanisad menyatakan bahwa 11 rudra berhubungan dengan energi vital (rudra prana). Chandogya Upanisad berhubungan dengan sesuatu yang menyebabkan menangis atau sesuatu yang meninggalkan badan. Rg Veda menyatakan 12 aditya sebagai cerah dan murni seperti aliran air, bebas dari segala tipu muslihat dan kepalsuan, tanpa cela, sempurna. Aditya adalah sekelompok dewa matahari, dari periode Brahmana berjumlah dua belas.

Pada saat mecaru di Bali, cacaran tetandingan berjumlah 33 yang disebut uriping bhuwana. Ini sesuai urip panca wara, Umanis urip 5 di timur, Paing urip 9 di selatan, Pon urip 7 di barat, Wage urip 4 di utara, dan Kliwon urip 8 di tengah. Dalam tubuh manusia, ruas tulang belakang jumlahnya juga 33, yakni 7 ruang di leher, 12 ruas tulang torax, 5 ruas punggung bagian bawah, 5 ruas tulang sacral, 4 ruas tulang ekor. Tidakkah ada hubungan antara 33 deva, 33 tetandingan caru, dan 33 ruas tulang belakang? Jika itu berhubungan, maka jumlah 33 ini adalah fungsi baik di semesta maupun di dalam tubuh.

Bagaimana jumlah ini ditentukan? Apakah inspirasinya dari tubuh manusia (khususnya ruas tulang belakang) atau fungsi kosmik tersebut bisa diakses oleh para Maharsi zaman dulu? Jika mengacu pada teks di atas, maka deva yang jumlahnya 33 adalah fungsi dan telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Di mana menyelesaikan tugasnya? Dalam ciptaan. Apa ciptaan itu? Tentu alam semesta ini beserta dengan isinya. Fungsi dalam alam semesta (mungkin dalam konstelasi tata surya) itu juga disinyalir sama sistem kerjanya dengan tubuh-tubuh makhluk hidup. Makanya konsep makro dan mikrokosmos menjadi acuan pokok dalam memahami prinsip semesta menurut Hindu. Fungsi-fungsi di alam semesta dapat ditemukan di dalam tubuh.

Bagaimana fungsi dari jumlah 33 ini? Mungkin di zaman dulu para Maharsi telah memfinalkannya. Namun, teks di atas mempertegas, dari mereka yang terpelajar, hanya beberapa yang sukses memahami fungsi dari 33 deva tersebut. Tidak semua yang belajar mampu memahami prinsip kerja dari 33 deva ini, apalagi mereka yang tidak belajar. Zaman itu para Maharsi menemukan dan kemudian mengajarkannya. Dari semua yang diajar, hanya sedikit yang menguasai. Bagaimana dengan saat ini? Tentu apa yang tertuang di dalam teks yang masih bisa kita baca akan menjadi keyakinan atau pesan simbolik. Yang umum adalah keyakinan, sementara yang memahami itu sebagai simbol hanya beberapa. Dan, dari beberapa itu, hanya satu atau dua yang paham. Namun, meskipun demikian, dengan perkembangan sains dan teknologi, simbol yang ada di dalamnya bisa diungkap dan bisa dijadikan piranti untuk menemukan kebenaran sistem atau fungsi yang masih tersembunyi di alam semesta. Ada masanya orang saat ini untuk mengetahui dan mengalami fungsi itu sebagaimana para Maharsi zaman dulu. Anda kah? *

I Gede Suwantana

Komentar