nusabali

Gabus 'Dilarang' untuk Ogoh-ogoh, Penjual Sisitan Bambu Ketiban Rezeki

  • www.nusabali.com-gabus-dilarang-untuk-ogoh-ogoh-penjual-sisitan-bambu-ketiban-rezeki

DENPASAR,NusaBali
Musim pembuatan ogoh-ogoh terkait hari raya Nyepi Tahun Saka 1945 (Kamis,23/3) menjadi berkah bagi pembuat sisitan bambu (kupasan bambu,untuk anyaman).

Pesanan ramai, terutama dari kalangan anak muda, untuk pembuatan rangka ogoh-ogoh. Penjualan laris manis. Pembuat sisitan  bambu mengaku senang, memperoleh rejeki musiman yang lumayan.

“Kalau tiyang astungkara, dapatlah rejeki karena penjualan sisitan ini,” ujar  I Made Ride, seorang pembuat sisitan bambu di Banjar Taman, Desa Penatih Dangin Puri, Denpasar Timur, Denpasar, Rabu (8/2).

Untuk musim ogoh-ogoh tahun ini, Ride sudah membuat sisitan sejak 1,5 lalu. Dia  tidak sendirian. Di kampungnya di Banjar Taman, ada sekitar 5 orang pembuat sisitan bambu. “Termasuk kakak tiyang I Wayan Kadri,” ungkap Ride.

Bambu yang dipakai bahan sisitan, jenis bambu lokal yang disebut tiying (bambu) sentong. Teksturnya lentur, mudah dibentuk, sehingga banyak dicari.

“Janganlah bilang dari Badung, Denpasar dan Gianyar. Malah dari Klungkung, Tabanan dan  lainnya cari sisitan ke sini,” lanjut Ride, sambil sibuk membelah dan menyebit bambu.

Dia mengaku pendapatan dari membuat dan menjual sisitan bambu lebih besar dari penghasilannya sehari- hari sebagai buruh bangunan style Bali.

“Sekarang ini bisa dapat Rp300 ribu perhari. Tetapi hanya musiman. Akhir Februari ini permintaan akan berkurang, karena ogoh-ogoh banyak  yang sudah rampung,” ucapnya.

Tambah Ride, banyaknya permintaan dan pembelian sisitan bambu, tidak terlepas dari ‘larangan’ penggunaan bahan baku  seperti styrofoam atau gabus sebagai bahan pembuatan ogoh-ogoh.

“Kecuali untuk kepala atau topengnya masih bisa,” ungkapnya.  Karenanya dia menghargai kebijakan tidak dibolehkannya pemakaian gabus untuk bahan dan material ogoh-ogoh. “Terutama untuk di Denpasar, itu yang kami ketahui,” terang Ride. *K17.

Komentar