nusabali

Harga Cabai Merangkak Naik

Akibat Produksi Lokal Belum Tersedia

  • www.nusabali.com-harga-cabai-merangkak-naik

SINGARAJA, NusaBali
Harga cabai rawit di Pasar Tradisional Buleleng terus merangkak naik. Saat ini harga cabai rawit merah mencapai Rp 50.000 per kilogram.

Kenaikan harga cabai tembus 40 persen dalam sebulan terakhir dari harga awal Rp 36.000 per kilogramnya. Awalnya, harga cabai rawit yang menjadi salah satu komoditas pemicu inflasi di Buleleng ini sempat stabil. Yakni hanya Rp 28.000 per kilogramnya di penghujung tahun 2022 lalu. Harga bertahap naik sedikit-demi sedikit, dikarenakan pasokan produksi dari petani cabai lokal di Buleleng belum tersedia.

Seorang pedagang di Pasar Anyar Buleleng Wayan Mertada mengaku saat ini dia menjual cabai rawit merah di harga net Rp 45.000 per kilogram. Harga inipun disebutnya sebagai harga termurah yang bisa diberikan pedagang kepada pembeli.

“Sekarang ini kami rata-rata pasang harga Rp 50.000 per kilogram, kalau terjadi tawar menawar bisa Rp 48.000, paling murah Rp 45.000 per kilogram. Ini untuk jenis cabai pare yang panjang-panjang. Kalau cabai sambu bentuk yang montok-montok Rp 50.000 per kilogramnya,” ucap Mertada, Sabtu (4/2) kemarin.

Menurutnya, kenaikan harga cabai saat ini disebabkan pasokan cabai rawit di dalam daerah belum tersedia. Pedagang di pasar terpaksa membeli cabai dari luar Buleleng. Mertada mendapatkan kabar kalau produksi cabai lokal Buleleng terutama dari pusat produksi di Desa Pakisan, Kecamatan Kubutambahan baru tersedia pada akhir bulan Februari ini.

“Kami juga sebenarnya tidak mau ambil jauh-jauh, karena berat di ongkos, tetapi karena cabai lokal belum ada terpaksa ambil di luar dulu. Biasanya kalau cabai Desa Pakisan masuk, biasanya harga cabai akan turun kembali,” terang dia.

Sementara Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Buleleng I Gede Putra Aryana dikonfirmasi terpisah mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan termasuk juga Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pasar Argha Nayottama dan PD Swatantra untuk pengendalian dan distribusi komoditas.

“Memang ada peningkatan harga, karena komoditas saat ini masih terbatas. Tetapi Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Buleleng telah rutin melakukan upaya intervensi pasar berupa pasar murah dan juga penyediaan komoditas langsung di pasar melalui Perumda Pasar dan PD Swatantra,” kata Putra Aryana.

Dengan intervensi pasar yang dilakukan Perumda Pasar, penjualan harga cabai rawit yang diambil langsung dari petani lokal lebih terjangkau, yakni Rp 42.000 per kilogramnya. *k23

Komentar