nusabali

Cegah DBD, Diskes Bali Pakai Metode Wolbachia

Pertama Kali akan Diterapkan di Denpasar dan Buleleng

  • www.nusabali.com-cegah-dbd-diskes-bali-pakai-metode-wolbachia

DENPASAR, NusaBali
Pemprov Bali tahun ini akan mengadopsi metode 'Wolbachia' untuk menekan angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng akan menjadi dua wilayah pertama yang akan menerapkan teknik ini dengan menyebar ratusan ribu nyamuk yang sebelumnya sudah diinduksi dengan bakteri wolbachia.

Wolbachia merupakan salah satu bakteri alami yang hidup atau terdapat pada hampir 60 persen jenis serangga yang ada di lingkungan sekitar, seperti kupu-kupu, lalat buah, capung, kumbang, dan sebagian nyamuk yang menggigit manusia. "Sementara di Denpasar dan Buleleng karena kasus tertinggi tahun 2022 di Denpasar dan Buleleng," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr dr I Nyoman Gede Anom MKes, dikonfirmasi, Kamis (2/1).

Dikatakan, perlu sosialisasi di masyarakat mengenai metode baru yang dikembangkan oleh World Mosquito Program (WMP), Monash University, Australia ini. Berbeda dengan pemberantasan sarang nyamuk yang hendak memberangus nyamuk (Aedes aegypti), metode Wolbachia sebaliknya melepasliarkan nyamuk yang sudah diintroduksi dengan bakteri wolbachia ke lingkungan.

"Metode Wolbachia ini kan menyebarkan nyamuk, memelihara nyamuk. Kita perlu mensosialisasikan kepada masyarakat untuk mengubah image sebelumnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) sekarang justru menyebarkan nyamuk," kata Kadiskes. Dokter Anom menjelaskan, nyamuk Aedes aegypti yang sudah disusupi bakteri wolbachia akan berinteraksi dan kawin dengan nyamuk Aedes aegypti lokal yang tidak membawa bakteri wolbachia.

Keturunan mereka nantinya merupakan nyamuk Aedes aegypti yang memiliki bakteri wolbachia. Seiring berjalannya waktu diharapkan nyamuk Aedes aegypti yang membawa bakteri wolbachia akan mendominasi jenis nyamuk yang berada di wilayah yang diintervensi sebelumnya. Nyamuk dengan bakteri wolbachia juga dapat melemahkan virus dengue yang biasanya hidup dengan nyamuk Aedes aegypti dan menyebar kepada manusia melalui gigitan nyamuk.

Adanya bakteri wolbachia juga disebut dapat mengurangi usia hidup nyamuk Aedes aegypti. Dokter Anom meyakinkan masyarakat, bahwa program yang dikembangkan Monash University ini tidak berbahaya bagi kesehatan manusia maupun keseimbangan ekosistem alam. Dikatakan, Universitas Udayana juga akan terlibat dalam penerapan metode Wolbachia di Bali. Sementara pembiayaan sepenuhnya dari World Mosquito Program (WMP).

"Aman, tidak mengganggu ekosistem dan lingkungan, serta tidak berbahaya untuk manusia," kata dr Anom. Dia mengungkapkan, metode Wolbachia sebelumnya sudah diterapkan bertahun-tahun di Jogjakarta dan efektif menurunkan 77 persen kasus dengue dan menurunkan 86 persen tingkat rawat inap karena dengue. Dokter Anom menambahkan, sosialisasi akan dilakukan selama enam bulan ke depan. Untuk selanjutnya program ini sudah mulai diterapkan pada pertengahan tahun ini. Nantinya, kata dr Anom, terdapat kader-kader di masyarakat yang dipilih untuk memelihara jentik-jentik nyamuk hingga melepasliarkannya.

Sementara, untuk saat ini masyarakat tetap diimbau melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3M plus, menguras, menutup, dan memanfaatkan untuk menekan angka kasus DBD. *cr78

Komentar