nusabali

Gereja Pniel Blimbingsari dan HKY Palasari di Melaya Diusulkan Jadi Cagar Budaya

  • www.nusabali.com-gereja-pniel-blimbingsari-dan-hky-palasari-di-melaya-diusulkan-jadi-cagar-budaya
  • www.nusabali.com-gereja-pniel-blimbingsari-dan-hky-palasari-di-melaya-diusulkan-jadi-cagar-budaya
  • www.nusabali.com-gereja-pniel-blimbingsari-dan-hky-palasari-di-melaya-diusulkan-jadi-cagar-budaya

NEGARA, NusaBali
Dua bangunan gereja di Kabupaten Jembrana, yakni Gereja Pniel Blimbingsari di Desa Blimbingsari, Kecamatan Melaya, dan Gereja Hati Kudus Yesus (HKY) Palasari di Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, diusulkan menjadi cagar budaya.

Bangunan gereja yang memiliki keunikan arsitektur Bali itu dinilai telah memenuhi kriteria untuk dijadikan cagar budaya dengan ketentuan berusia di atas 50 tahun.

Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jembrana Anak Agung Komang Sapta Negara, Jumat (27/1). “Dua bangunan tersebut, karena berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, telah memenuhi kriteria untuk dijadikan cagar budaya, karena telah berusia minimal 50 tahun,” ujarnya.

Menurut Sapta Negara, tim verifikator dari provinsi juga telah melakukan verifikasi terhadap kedua gereja tersebut. Kedua gereja itu pun telah dipastikan layak untuk diusulkan sebagai cagar budaya ke Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi (Kemenristek). “Sekarang masih proses pengusulan. Mudah-mudahan nanti bisa segera ditetapkan,” ucapnya.

Sapta Negara mengatakan, Jembrana sebenarnya memiliki banyak objek yang diduga cagar budaya (ODCB). Pihaknya juga telah melakukan pemetaan terhadap objek-objek tersebut. “Nantinya kita juga akan usulkan juga yang lainnya, apabila sudah memenuhi persyaratan minimal 50 tahun dan tidak pernah diubah atau masih orisinil,” ujar mantan Sekretaris Dinas Kebudayaan Bali ini.

Dari hasil pemetaan awal, kata Sapta Negara, di Jembrana ada lebih dari 1.000 ODCB, yang tersebar hampir di seluruh kecamatan di Jembrana.  “Hampir di seluruh kecamatan, kecuali Pekutatan, ada ODCB. Yang paling banyak terkait dengan benda. Salah satunya ada berupa Al-Qur’an, bedug, prasasti kuno, termasuk juga tombak, keris, sarkofagus, dan lainnya yang setelah kita identifikasi ada 1.095 benda ODCB,” kata Sapta Negara.

Untuk diketahui, Gereja Kristen Protestan Bali (GKPB) Pniel Blimbingsari dan Gereja Paroki Hati Kudus Yesus (HKY) Palasari, sama-sama memiliki keunikan bangunan dengan perpaduan arsitektur Bali. Terutama di GKPB Pniel Blimbingsari dengan hampir seluruh bangunnya menggunakan perpaduan batu bata dan paras seperti bangunan pura.

Menurut Perbekel Blimbingsari I Made John Ronny, Gereja Pniel Blimbingsari diperkirakan sudah berdiri sejak tahun 1939. Awalnya, bangunan GKPB Pniel Blimbingsari dibangun dengan gaya arsitektur Eropa. Namun bangunan gereja yang lama sempat rusak karena terkena gempa bumi pada tahun 1976 lalu, dan akhirnya dibangun ulang dengan gaya arsitektur Bali. “Untuk pembangunan ulang dengan gaya arsitektur Bali itu sekitar tahun 1976. Setelah kejadian gempa,” ujarnya.

Selain keunikan bangunan dengan gaya arsitektur Bali, John Ronny mengaku, para umat yang akan melaksanakan ibadah di Gereja Pniel Blimbingsari, biasa mengenakan pakaian adat Bali. Di samping itu, setiap menyambut Hari Raya Natal, umat Kristen di Blimbingsari biasa memasang penjor di masing-masing rumah seperti yang biasa dilakukan umat Hindu saat menyambut Hari Raya Galungan dan Kuningan.

“Kalau akulturasi budaya di sini memang sudah ada dari dulu. Itu sudah menjadi warisan leluhur kita di sini. Kalau setiap ibadah, kita pakai iringan gambelan,” ucap John Ronny.

Menurut John Ronny, keunikan adat budaya dan bangunan Gereja Pniel Blimbingsari menjadi salah satu objek daya tarik kunjungan wisata di Blimbingsari. Selain wisatawan domestik, tidak jarang wisatawan mancanegara tertarik untuk berwisata religi di Gereja Pniel Blimbingsari. “Biasanya tamu (wisatawan) ramai saat ibadah hari Minggu pertama awal bulan. Tiap ibadah, kita pakai iringan gambelan dan memakai busana adat Bali,” kata John Ronny. *ode

Komentar