nusabali

Air Tirta di Griya Kongco Diyakini Punya Khasiat Menyembuhkan Penyakit

Cikal Bakal Griya Kongco Dwipayana Denpasar Berasal dari ‘Rembesan Air’ di Sekitar Prasasti

  • www.nusabali.com-air-tirta-di-griya-kongco-diyakini-punya-khasiat-menyembuhkan-penyakit

Hanya Ratu Pamangku dan istri yang selama ini mengambil air di dalam kongco. Selain untuk menjaga ‘taksu’, jika air diambil oleh orang sembarangan diyakini tidak akan memberikan khasiat.

DENPASAR, NusaBali
Tempat peribadatan umat Tridharma, Griya Kongco Dwipayana yang terletak di kawasan Tanah Kilap, Desa Pemogan, Denpasar Selatan, menyimpan kisah menarik di baliknya. Pendirian kongco ini konon berawal dari ditemukannya sumber air di lokasi kongco berdiri saat ini.

Sebagai tempat ibadah, Griya Kongco Dwipayana bukan hanya dikunjungi umat Budha ataupun Konghucu. Kongco yang terletak di sebelah utara Pura Candi Narmada ini juga banyak didatangi umat Hindu di Bali untuk melakukan persembahyangan. Sumber air yang ada di dalam kongco digunakan sebagai air suci tirta.

Seperti diketahui air suci tirta identik dengan agama Hindu di Bali. Tirta digunakan sebagai sarana penyucian diri maupun upakara. Setelah umat Hindu melakukan persembahyangan di Kongco Dwipayana, pamedek biasanya dipercikkan tirta oleh pamangku ataupun pangayah kongco.

Pendiri sekaligus Ratu Pemangku Griya Kongco Dwipayana Ida Bagus Adnyana, 73, menyebut sumber air yang ada di dalam kongco sebagai ‘rembesan air’. Saking besarnya debit air, hingga membentuk kolam berdiameter sekitar 3 meter. Dari kolam itulah Atu Mangku, sapaan Ida Bagus Adnyana, biasa mengambil air untuk dijadikan air tirta.

“Kolam air itu tidak kita buat, kita hanya menerima, sudah ada,” ujarnya kepada NusaBali, Selasa (17/1/2023).

Atu Mangku menyampaikan, keberadaan sumber air ini tidak terlepas dari sejarah berdirinya Griya Kongco Dwipayana. Pada tahun 1987, Ida Bagus Adnyana yang pada saat itu masih bekerja sebagai karyawan swasta menemukan batu prasasti bertuliskan Dinasti Qing serta nama Dewa Ong Tae Jin. Dari isinya prasasti tersebut diyakini berusia 500 tahun. Dan, di sekitar prasasti tersebut juga ditemukan sebuah rembesan air.

Dari sanalah Ida Bagus Adnyana yang memang sejak muda sudah giat menekuni spiritual, berkeinginan membangun tempat peribadatan berupa kongco. Banyak yang ikut menjadi donatur hingga pembangunannya rampung pada 1999.

Saat ini lokasi sumber air yang ditemukan Ida Bagus Adnyana dijadikan tempat pemujaan tujuh Dewa Dewi Konghucu. Umat Hindu yang datang ke Griya Kongco Dwipayana biasanya melakukan persembahyangan di sana, kemudian mendapatkan percikan tirta yang berasal dari sumber air di depannya.

“Air di sini rasanya juga berubah-ubah. Lagi pahit, lagi asin, manis, tidak ada rasa. Itu kata pamedek,” tambah Atu Mangku.

Atu Mangku mengatakan rembesan air tidak pernah berhenti mengalir hingga saat ini. Ratu Pamangku asal Banjar Griya, Desa Kamasan, Kecamatan/Kabupaten Klungkung, ini menyebut air tirta dari rembesan air tersebut memiliki khasiat menyembuhkan bagi yang meyakininya.

Pamedek yang sakit keras berakhir dengan kesembuhan setelah berulang kali mendapatkan tirta di Griya Kongco Dwipayana. Mereka yang datang tersebut bukan saja dari Bali tapi juga dari luar Bali.

“Kita nggak tahu rahasia alam Di Atas. Siapa saja yang diberikan mukjizat,” kata Atu Mangku. “Harapannya semoga air ini bisa banyak memberi manfaat untuk umat,” imbuhnya.

Menjelang Hari Raya Imlek seperti saat ini, rembesan air yang ada di kongco juga digunakan untuk membersihkan patung Dewa Dewi di dalam kongco. Air untuk membersihkan patung merupakan campuran air rembesan ditambah tirta dan helaian bunga mawar.

Atu Mangku menjelaskan, tidak ada ritual khusus untuk mengambil air rembesan di dalam kongco. Meski begitu hanya Ratu Pamangku dan istri (Ratu Ibu) yang selama ini mengambil air dari sumber rembesan tersebut. Selain untuk menjaga ‘taksu’ sumber air, jika air diambil oleh orang sembarangan diyakini tidak akan memberikan khasiat.

Jika diamati lokasi Griya Kongco Dwipayana juga berada di dalam kawasan mangrove. Keberadaan Griya Kongco Dwipayana sebagai simbol toleransi juga sempat disinggung pada perhelatan KTT G20 yang lalu.

Ketika para pemimpin negara melakukan ‘ritual’ menanam mangrove di Taman Hutan Raya (Tahura Ngurah Rai) yang lokasinya berada di kawasan Tanah Kilap, MC (master of ceremony) G20 sempat menjelaskan keberadaan tempat ibadah beberapa agama di sekitar lokasi penanaman mangrove. Nama Griya Kongco Dwipayana disebutkan dengan jelas oleh MC pada saat itu.

Selain terdapat patung Dewa Dewi Konghucu dan patung Budha, di dalam Griya Kongco Dwipayana juga terdapat palinggih Hindu Bali seperti palinggih Ratu Niang Sakti, Ratu Gede Mas Mecaling, dan Padmasana.  Atu Mangku meyakini kawasan Tanah Kilap menjadi tempat yang pernah disinggahi Ida Bhatara Ratu Niang Sakti. *cr78

Komentar