nusabali

Usaba Memedi di Bungaya Berakhir Saat Tengah Malam

  • www.nusabali.com-usaba-memedi-di-bungaya-berakhir-saat-tengah-malam

AMLAPURA, NusaBali
Usaba Mumu atau Usaba Memedi kembali digelar di Desa Adat Bungaya, Kecamatan Bebandem, Karangasem.

Tradisi ini digelar bertujuan untuk menyomiakan (menetralisir) kekuatan negatif makhluk halus, sehingga tidak mengganggu kehidupan umat manusia.

Perayaan Usaba Mumu dilaksanakan seminggu sebelum Tilem Kapitu. Untuk tahun ini bertepatan Hari Suci Kuningan pada Saniscara Kliwon Kuningan, Sabtu (14/1). Perayaan diakhiri dengan membakar seluruh atribut makhluk halus pada pukul 23.00 Wita di tiap depan pintu gerbang rumah krama.

De Kubayan Wayan didampingi Pangrajeg Karya I Gede Krisna Adi Widana mengungkapkan rangkaian Usaba Mumu dimulai pada Buda Paing Kuningan, Rabu (11/1) lalu. Saat itu krama mempersembahkan banten ayunan, berisi segala atribut negatif melambangkan memedi laki-laki dan perempuan dipasang di tiap depan pintu gerbang rumah. Sejak atribut makhluk halus itu terpasang sebagai penangkalnya, di samping krama tiap rumah berjaga-jaga agar kekuatan negatif makhluk halus tidak masuk rumah.

Atribut tersebut terbuat dari setangkai pelepah pohon aren yang bergambar wujud memedi laki-laki dan perempuan, lengkap dengan kemasan banten dan berisi buah boni. Kemasan banten itu selain menangkal kekuatan negatif memedi, juga menetralisir kekuatan sad ripu dalam diri manusia. Sad Ripu yang dimaksud, yakni kama (nafsu, keinginan), lobha (tamak, rakus), krodha (kemarahan), moha (kebingungan), mada (mabuk) dan matsarya (dengki, iri hati). Itu artinya menurut De Kubayan Wayan, selama tiga hari tersebut, dari awal memulai upacara hingga berakhir paling tidak krama agar mampu menahan diri, tidak gampang emosi, tidak iri hati, dengki, dan berupaya selalu sabar. Sebab, enam musuh dalam diri tengah menggoda. "Sebab selama tiga hari itu, sangat kuat pengaruh dari kekuatan makhluk halus, memedi, harapannya agar tidak mudah terpengaruh ke dalam diri manusia," jelasnya.

Sedangkan di puncak Usaba Mumu, Sabtu malam krama se-Desa Adat Bungaya mewilayahi 15 banjar adat menggelar upacara wewantenan di Pura Pemuhunan dekat Pura Dalem. Sepulang dari Pura Pamuhunan, pukul 22.00 Wita segenap krama Desa Pakraman Bungaya berlanjut melaksanakan  ritual ngeseng (membakar) seluruh kemasan banten yang sebelumnya dipersembahkan di depan pintu gerbang. Membakarnya di jalan raya depan rumah.

Membakar gunakan sarana api prakpak (api menggunakan kayu bakar berupa daun kelapa kering yang diikat) dengan cara dikibas-kibaskan.

Hasil pembakaran tersebut, abunya dikumpulkan, kemudian direka kembali berbentuk orang-orangan, kemudian di-prateka (diupacarai), dimandikan, kemudian diisi rambut, dan diisi kekuatan mantra-mantra agar pengaruh memedi tidak lagi mendekat. Selanjutnya abu itu kembali dihaturkan di tempat semula di depan pintu gerbang rumah, lengkap dengan banten tipat kelanan, dan Usaba Mumu berakhir pada tengah malam. *k16

Komentar